Mongabay.co.id

Sang Ksatria Pelangi Datang Bawa Pesan Jaga Alam Nusantara

Rainbow Warrior III, kapal kampanye Greenpeace akan berlayar dari Papua ke Jakarta, mulai 9 Mei hingga 10 Juni 2013. Foto: Greenpeace

Hari Minggu (11/03/2018), Kapal Greenpeace, Rainbow Warrior III,  sampai ke Manokwari, Papua, Indonesia. Kapal legendaris Greenpeace ini akan melakukan perjalanan selama dua bulan dengan tajuk, “Jelajah Harmoni Nusantara,”  dan singgah di sejumlah pulau di Indonesia, seperti Papua, Raja Ampat, Bali, Jakarta, dan Karimun Jawa (Semarang).

Ini kali kedua Rainbow Warrior III mampir ke Indonesia. Pada Mei 2013, sebulan lamanya sang ksatria pelangi juga mengarungi laut nusantara, mengamati laut dan hutan, diawali dari Jayapura, Manokwari, Bali, Batang, berakhir di Jakarta.

Hampir 40 tahun kapal ini membawa misi dari sebuah legenda ‘saat bumi mengalami kerusakan, akan turun para ksatria pelangi yang akan memulihkannya.’ Semangat inilah yang selalu dibawa dalam pelayaran dari satu negara ke negara lain, satu pulau ke pulau lain.

 

Kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace saat berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada Juni 2013. Foto : Jay Fajar/Mongabay Indonesia

 

Misi pelayaran kali ini berkaitan penjagaan hutan di Papua, kondisi udara, dan komitmen penggunaan energi terbarukan. Tema besar usungan kesatria pelangi terkait perubahan iklim dan kekuatan masyarakat (climate change and people power).

Kehadiran kapal Greenpeace kali ini mendapat sambutan positif pemerintah Indonesia. ”Kami sangat mengapresiasi kedatangan kapal Rainbow Warrior ini sebagai mitra kerja yang akan memberi masukan-masukan terhadap program KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” kata Bambang Hendroyono, Sekretaris Jenderal KLHK.

Dari kunjungan ini,  diharapkan ada bahan masukan guna percepatan program-program KLHK.

 

Direktur Greenpeace International saat itu, Kumi Naidoo bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menaiki tangga dek Kapal Rainbow Warrior yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Juni 2013. Foto : Jay Fajar/Mongabay Indonesia

 

Dia menyinggung, soal perhutanan sosial sebagai salah satu upaya pemerintah dan masyarakat dalam mengelola lingkungan maupun kehutanan. Pengelolaan hutan lestari ini, katanya, dilakukan masyarakat lokal/adat sekaligus buat peningkatkan kesejahteraan mereka.

Leonardo Simanjuntak, Direktur Eksekutif Greenpeace Indonesia mengatakan, tur kampanye ini memperkuat komitmen dan aksi bersama dalam mengarusutamakan solusi mitigasi dan adaptasi berkelanjutan mengatasi dampak perubahan iklim.

“Paling utama mendapatkan komitmen serius dari pemerintah dalam kontribusi Indonesia tekan perubahan iklim,” katanya saat dihubungi Mongabay.

Pelayaran ini, katanya, jadi pengingat bagi pemerintah dalam implementasi Paris Agreement agar langkah mitigasi dan adaptasi berjalan maju. Terutama, katanya, dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan.

 

Kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace saat berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada Juni 2013. Foto : Jay Fajar/Mongabay Indonesia

 

Dia sebutkan, antara lain proteksi gambut, moratorium sawit dan langkah lebih serius dan jelas kapan Indonesia menghentikan batubara, perlu peta jalan energi terbarukan lebih masif.  “Tak hanya dalam proyek kecil-kecilan di suatu sempat seperti saat ini, agar lebih berdampak pada bauran energi kita.”

Chalid Muhammad, aktivis lingkungan senior sekaligus penasihat Menteri LHK mengatakan, dari tur ini bisa menyampaikan ke dunia internasional, bahwa meski Indonesia banyak memiliki tantangan, namun memiliki inisiatif perbaikan tata kelola,” katanya.

Apalagi, banyak kebijakan nasional yang mendukung upaya itu, seperti perlindungan gambut, penanganan kebakaran hutan dan lahan, perhutanan sosial, penegakan hukum lingkungan dan kehutanan termasuk perdagangan satwa. Juga komitmen penurunan emisi hingga banyak pihak pun dapat turut serta mendukung KLHK dalam perbaikan tata kelola.

 

PLTU batubara Celukan. Rainbow Warrior III datang juga bawa pesan setop energi batubara, giatkan energi terbarukan. Foto : Alit Kertaraharja/Mongabay Indonesia

 

***

Setelah dari Manila, Filipina, kapal ramah lingkungan ini di Indonesia, akan mengunjungi hutan desa dampingan Greenpeace, di Kampung Manggroholo dan Sira, Sorong Selatan.

”Kita harus serius berbicara tentang masa depan hutan Papua yang masih utuh kita punya. Jangan terjadi ulangan cerita hutan di Sumatera dan Kalimantan,” kata Leonard.

Untuk itu, perlu komitmen serius terhadap program perhutanan sosial hingga ada kelola hutan berbasis masyarakat. “Hutan lestari, masyarakat makin sejahtera.”

Setelah Manokwari, pelayaran lanjut ke Raja Ampat hingga 18 Maret. DI sana, pesan Rainbow Warrior pada penekanan terumbu karang dan biota laut. Kemudian, kapal akan berlayar ke Bali hingga 16 April.

Greenpeace menekankan betapa penting isu sampah dan energi terbarukan dalam industri pariwisata, alam dan kesehatan masyarakat. ”Energi terbarukan jadi masa depan bagi Bali yang jadi unggulan pariwisata. Hentikan energi kotor, seperti PLTU batubara di Celukan Bawang,” katanya.

Setelah Papua dan Bali, kapal akan menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Di Ibukota negara ini, kapal akan membawa pesan harmoni kota, dengan permasalahan sangat kompleks.

”Kami akan membuat program Jakarta Solar City (JSC), membahas polusi udara dari industri, kendaraan bermotor hingga pembangkit batubara juga sampah.”

Melalui program JSC ini, Greenpeace bersama pemerintah Jakarta hendak mengubah pasokan dan permintaaan energi dengan solar roof top bagi kalangan menengah atas.

Beralih ke energi terbarukan dalam pemenuhan kebutuhan listrik, katanya, guna memperbaiki kualitas udara seperti mereduksi signifikan kandungan partikel polutan PM 2,5. Juga mengajak masyarakat untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong urban farming.

”Semua kami gunakan dalam skema kolaboratif, bersama pegiat lingkungan, masyarakat dan pemangku kepentingan.”

Rencananya, kedatangan kapal ini dihadiri Presiden Joko Widodo, Menteri LHK Siti Nubaya, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta sejumlah tokoh negara maupun aktivis lingkungan hidup.

Setelah di Jakarta,  kapal akan berangkat ke Thailand, sebelumnya akan singgah di Karimun Jawa, Semarang.

 

Suasana di Kampung Sira. Di kejauhan terlihat tumpukan pasir yang biasa dijual warga kepada penduduk kota. Kampung ini akan didatangi rombongan dari kapal Ksatria Pelangi III. Foto: Duma Sanda

 

 

Exit mobile version