Mongabay.co.id

Sudan, Badak Jantan Terakhir di Dunia Itu Telah Tiada

Sudan, badak putih utara jantan terakhir di dunia itu, telah pergi selamanya, Senin, 19 Maret 2018, waktu Kenya. Euthanasia adalah pilihan sulit yang harus dilakukan pada mamalia besar ini di rumahnya, Konservasi Ol Pejeta, Kenya. Dia sudah tua, 45 tahun, dan fisiknya lemah.

Para ahli dan penjaga setianya menyatakan, waktu kematiannya telah tiba. Meski berat dan sedih, kenyataannya adalah, kepergian Sudan tidak ada bedanya bagi mereka yang telah berusaha menyelamatkan jenis ini.

Sudan sudah lumpuh, dari pinggang ke bawah. Kaki belakangnya yang goyah membuatnya tidak mungkin menunggang betina untuk memberikan keturunan. Penjaganya tahu, dan dokter hewan sigap mengambil tindakan pencegahan, mengumpulkan dan membekukan sampel sperma bersama dengan spesimen empat penjantan lain yang meninggal sebelumnya. Harapannya, sampel sperma beku ini dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies badak putih utara tersisa.

Sudan ditangkap di Shambe, Sudan, oleh penjerat hewan yang dipekerjakan di   Chipperfield’s Circus pada Februari 1975, bersama lima badak putih lainnya ketika berumur dua tahun.   Dia kemudian dikirim ke Kebun Binatang Dvůr Králové di Republik Ceko.

Desember 2009, Sudan dipindahkan ke Ol Pejeta Conservancy, Kenya, untuk program   “Last Chance To Survive”, bersama tiga badak putih lainnya. Harapannya, Ol Pejeta sebagai habitat yang lebih alami untuk menginduksi pembiakan.

Baca: Kisah Sedih Badak Putih yang Fotonya Viral

 

Sudan, badak putih utara jantan ini mati diusia 45 tahun. Sumber foto: Facebook Ol Pejeta Conservancy

 

Jika kita belajar satu hal dari kepergian Sudan, saat memasuki era konservasi baru, metode tradisional seperti restorasi habitat dan skema anti-perburuan harusnya dipadukan dengan metode canggih baru seperti IVF (In-Vitro Fertilization), ilmu sel induk dan bahkan gen editing.

Untuk menyelamatkan badak putih utara, para ilmuwan membutuhkan dua bahan dasar: sperma, yang mereka miliki, dan telur, yang kini persediaannya sangat terbatas. Dua badak putih utara betina tersisa, memiliki masalah kesehatan dan secara genetis terlalu dekat dengan Sudan untuk membangun sebuah populasi badak.

 

Sudan yang merupakan badak putih utara jantan terakhir di dunia ini mati karena sakit. Sumber foto: Facebook Ol Pejeta Conservancy

 

Bertahun,   dokter hewan Thomas Hildebrandt dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research di Berlin, Jerman, dilansir dari The Guardian, telah membimbing para peneliti dengan mengambil sel kulit yang dibiopsi dari badak putih utara masa lalu. Menambahkan gen untuk mengubahnya menjadi sel induk dan kemudian berusaha membuatnya menjadi telur.

Dengan cara ini, satwa yang mati masih bisa meneruskan gen mereka. Telur yang telah tumbuh kemudian dibuahi dengan sampel sperma yang dicairkan untuk membuat badak baru yang dikawinkan dengan kerabat terdekatnya, badak putih selatan.

Bisa jadi, cara ini akan menjadi alternatif baru untuk melangsungkan dan melestarikan kehidupan spesies-spesies terancam punah. Metode konservasi konvensional   tak berhasil menyelamatkan badak putih utara. Kini setelah satu-satunya jantan pergi, ini adalah harapan terakhir.

Baca juga: The Last Rhino: Badak Jantan Terakhir ini Dijaga Pasukan Bersenjata 24 jam

 

Sudan dalam kenangan. Sumber foto: Ol Pejeta Conservancy.org

 

Sebelumnya, di dunia burung, sperma dari burung houbara bustard yang terancam punah “ditanam” di ayam yang kemudian digunakan untuk menghasilkan houbara bustard hingga kini. Di dunia tumbuhan, para periset telah mengubah DNA pohon chestnut Amerika yang ikonik, agar tahan terhadap jamur invasif yang mendorong spesies itu menuju kepunahan, yang akhirnya menyelamatkannya dari jurang kepunahan.

Badak putih utara adalah subspesies dari badak putih selatan yang jumlahnya lebih banyak, pernah menjelajahi padang rumput Afrika timur dan tengah dalam jumlah besar. Pada tahun 1960, ada lebih dari 2.000 individu.

 

 

Dengan badak putih selatan, mereka dibedakan dari   telinga yang lebih berbulu, struktur gigi berbeda, dan ukuran tubuh yang lebih kecil. Beberapa peneliti berpendapat bahwa badak putih utara harus dianggap sebagai spesies terpisah.

Perang, hilangnya habitat, dan perburuan untuk cula telah menghancurkan populasi badak putih utara. Pada 2008, para peneliti tidak lagi menemukan badak putih utara di alam liar.

Sementara itu, badak hitam barat sudah dinyatakan punah tujuh tahun lalu akibat perburuan. Lima spesies badak tersisa di seluruh dunia saat ini dianggap terancam, menurut kelompok konservasi Save the Rhino.

Kenya sendiri pada 1970-an mempunyai 20.000 badak, jumlahnya turun menjadi   400 individu di 1990-an. Kini, dikutip dari Huffington Post, ada 650 individu yang kebanyakan adalah badak hitam.   (Berbagai sumber)

 

 

Exit mobile version