Mongabay.co.id

Tahukah Anda, Sampah Plastik Ternyata dapat timbulkan Penyakit pada Karang

Produksi sampah pada kota-kota besar menjadi permasalahan yang tak kunjung usai. Produksi limbah, -khususnya sampah plastik, beresiko pada menurunnya kondisi lingkungan sehingga dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup termasuk manusia yang ada di sekitar lokasi tersebut. Apalagi jika sampah daratan itu terbawa ke perairan yang berpotensi mencemari laut.

Sebegitu parahnya sampah plastik mencemari laut di Indonesia, disampaikan oleh Purwaningrum yang mensitasi penelitian Jeena Jambek (2015) yang menyatakan produksi sampah plastik ke laut Indonesia mencapai 187.2 juta ton atau terbesar kedua di dunia. Beberapa waktu yang lalu pun, media sempat ramai memberitakan ratusan ton sampah yang diangkat dari Angke Kapuk yang ada di perairan Jakarta.

Baca juga:  Sampah Plastik di Lautan Indonesia

Tidak hanya mengganggu lingkungan laut, sampah plastik asal daratan juga mengganggu kehidupan hewan-hewan laut. Untung Widanto dalam tulisannya di Koran Tempo 28 Maret 2011, menyebut ada sekitar 260 spesies yang bisa terdampak akibat adanya sampah, bisa termakan ataupun terjerat jaring yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian.

Lalu apakah sampah plastik yang mencemari laut berpengaruh kepada kesehatan terumbu karang? Tulisan ini hendak menjelaskan tentang hal tersebut.

 

Penyakit Karang akibat Sampah

Penelitian penyakit karang baru dimulai kurang dari satu dekade di Indonesia. Umumnya literatur menyebut penyakit karang berhubungan dengan tingkat polusi tetapi belum secara spesifik menghubungkan antara penyakit karang dengan keberadaan sampah plastik.

Namun, sebuah publikasi yang dirilis jurnal ilmiah Science awal 2018 berjudul “Plastic waste associated with disease on coral reefs” oleh Lamb et al menyebut adanya keterkaitan antara sampah plastik dengan kesehatan perairan dan terumbu karang. Penelitian ini dilakukan dalam periode 2011-2014 dengan cakupan geografis 8 lokasi di Myanmar, Thailand, Australia dan tiga lokasi di Indonesia, yaitu perairan Sulawesi, Bali dan Papua Barat.

Artikel Science menyebut buangan sampah plastik memicu terjadinya kolonisasi mikroba patogen yang dapat menyerang 124.000 karang pembangun terumbu (reef-building coral) yang ada di 159 terumbu di wilayah Asia-Pacific. Penelitian ini menjumpai 17 genera dari 8 famili dari jenis karang yang terpapar oleh sampah.

Penelitian ini pun mengungkap terdapat total 6 jenis penyakit karang yang teridentifikasi akibat keberadaan sampah plastik; yaitu skeletal eroding band, white syndrome, black band, growth anomalies, brown band dan atramentous necrosis.

Komunitas mikroba yang didominasi bakteri Vibrio yang berkoloni dengan sampah polypropylene, merupakan pakteri patogen yang hidup secara oportunistik, yang umumnya dapat ditemukan pada penyakit karang white syndrome.

Peneliti menduga peningkatan penyakit karang akan naik dari 4% ke 89% jika karang masih mengalami hidup terpapar oleh sampah-sampah plastik yang mencapai 4.8 sampai 12.7 juta ton jumlahnya per tahun.

Karang yang kontak langsung dengan sampah plastik dapat terinfeksi sebanyak 4 jenis penyakit, sedangkan karang yang tanpa adanya sampah plastik dapat terinfeksi oleh keenam jenis penyakit namun tingkat prevalence-nya jauh lebih rendah.

Artinya, meskipun terserang oleh banyak jenis penyakit, namun keterpaparannya (prevalence) rendah, tidak berbahaya bagi karang karena masih dalam batas normal.

Secara ilustrasi dapat dijelaskan bahwa keberadaan sampah plastik dapat menyebabkan luka secara fisik dan kerusakan jaringan karang karena terjadi pergesekan antara karang dan sampah. Kondisi lain, sampah dapat menutupi koloni karang sehingga menghalangi cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesisnya.

Kondisi ini pun dapat mendukung terjadinya infeksi oleh patogen; atau karang mengalami kehabisan energi untuk proses pemulihan dari luka sehingga mengurangi sistem imun pada karang tersebut.

Hingga saat ini bahan polusi asal daratan dapat menyebabkan terjangkitnya berbagai penyakit dengan kelimpahan diluar batas normal (outbreaks) di lautan. Namun belum ada penelitian secara spesifik dampak buangan plastik terhadap resiko penyakit pada organisme laut lainnya.

 

Mencegah Sampah Turun ke Laut

Penelitian oleh Kaladharan et al di sebuah jurnal tahun 2017, dari 254 pantai di India, terungkap bahwa buangan domestik dan antropogenik merupakan sampah utama yang berada di perairan dan pantai.

Temuan itu menjadi penting, untuk melakukan edukasi bagi masyarakat agar terus menjaga dan mengetahui dampak negatif sampah plastik di lautan terhadap pelbagai keragaman laut, termasuk terumbu karang. Turunnya terumbu karang pada akhirnya akan mengurangi produktivitas hasil perikanan.

 

Mengumpulkan sampah laut di Kepulauan Seribu, Jakarta yang dilakukan oleh Yayasan Terumbu Karang Indonesia bersama masyarakat. Sumber: Yayasan Terumbu Karang Indonesia

 

Upaya pengumpulkan sampah baik di pinggiran pantai dan dalam perairan harus digiatkan bersama masyarakat.  Semoga tulisan ini dapat memberikan dukungan terhadap isu penyelamatan lingkungan dari dampak sampah plastik di Indonesia.

Foto utama: pencemaran perairan laut oleh sampah plastik di perairan Manado, Sulawesi Utara. Foto: Wisuda/Mongabay Indonesia.

 

Literatur:

Lamb, Joleah B. et al. Plastic waste associated with disease on coral reefs. Science Mag. 2018

 

Dr. Ofri Johan, M.Si. penulis adalah peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Pusat Riset Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Exit mobile version