Mongabay.co.id

Di Perairan Kaimana, Susi Dipasangi Tag Satelit untuk Pantau Gerakannya

Nama Susi kini resmi disematkan kepada seekor hiu paus (Rhyncodon Typus) betina yang terpantau di perairan Kaimana, Papua Barat. Nama tersebut diberikan, setelah ikan terbesar di dunia itu mendapat pemasangan tag satelit yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama mitra instansi non pemerintah yang ada di Papua Barat.

Pemberian nama tersebut dilakukan pada 6 Maret 2018 atau saat Susi yang berukuran 6,2 meter itu mendapat tag satelit yang dipasang langsung oleh tim gabungan dari Conservation International (CI) Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (BBTNTC) dan Pemerintah Kabupatem Kaimana.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi menjelaskan, pemasangan tag satelit dilakukan kepada Susi sebagai bagian dari rangkaian kegiatan survei untuk mempelajari pola migrasi hiu paus sekaligus untuk meningkatkan perlindungan dan pengelolaannya di Indonesia.

“Seperti kita tahu, hiu paus adalah spesies misterius dan terancam punah,” ucapnya di Jakarta, pekan ini.

baca : Bertamu ke “Rumah” Hiu Paus di Teluk Triton

 

Hiu paus yang diberi nama Susi berenang di sekitar bagan setelah dipasangi tag satelit. Foto : Abraham Sianipar/Conservation International/Mongabay Indonesia

 

Menurut Brahmantya, seperti halnya di tempat-tempat lain di dunia yang bisa dijumpai hiu paus, kebanyakan agregasi hiu paus di Indonesia didominasi oleh hiu paus jantan muda, di mana rasio hewan jantan dan betina mencapai 40:1. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada penjelasan ilmiah tentang fenomena tersebut.

Walau minim, Brahmantya menyebutkan, para peneliti sudah berasumsi bahwa hiu paus betina lebih banyak menghabiskan waktunya di kedalaman perairan dibandingkan hiu paus jantan. Selain itu, masih menurut para peneliti, dibandingkan dengan jantan, hiu paus betina diketahui jarang dijumpai muncul ke permukaan.

Dengan penjelasan yang disebutkan para peneliti itu, Brahmantya mengatakan, hiu paus bernama Susi juga dipastikan memiliki kesamaan dengan ciri-ciri dan sifat yang disebutkan di atas. Dengan kekhasannya itu, Pemerintah Indonesia ingin mengetahui lebih banyak dan mempelajari tentang pola migrasi yang biasa dilakukan biota laut tersebut.

“Kita beri nama Susi, sebagai bentuk apresiasi kepedulian Menteri KP dalam membangun sektor kelautan dan perikanan di Indonesia yang berkelanjutan dan dikelola dengan baik. Susi sendiri terlihat sehat dan berpola totol dan lurik saat dijumpai,” jelasnya.

baca : llmuwan AS Periksa Kesehatan Ikan Hiu di TN Teluk Cendrawasih. Apa Hasilnya?

 

Seorag penyelam memasang tag identifikasi radio di tubuh paus hiu di Teluk Cendrawasih, Papua. Foto: Brent Stewart/Conservation Internasional

 

Potensi Pariwisata

Brahmantya melanjutkan, perlindungan kepada hiu paus bagi Indonesia memiliki peran sangat penting, mengingat spesies ambassador ini rentan mengalami ancaman kepunahan dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, khususnya bagi pariwisata dan kesehatan ekosistem laut. Dengan potensi besar tersebut, pengelolaan Jejaring Kawasan Konservasi Perairan Indonesia yang ekspansif perlu dilakukan di Indonesia.

“Tujuannya, untuk memastikan terjaganya habitat yang sehat bagi hiu paus yang nantinya akan berkontribusi bagi manfaat ekonomi yang diberikan oleh Kawasan Konservasi melalui promosi pariwisata berbasis hiu paus,” paparnya.

Brahmantya mencontohkan, pariwisata berbasis hiu paus yang dikembangkan Maladewa bisa mendatangkan pemasukan buat negara tersebut hingga USD9,5 juta per tahun atau setara dengan Rp130 miliar. Jika merujuk pada kekayaan alam dan biota laut, khususnya hiu paus di Indonesia, dia meyakini potensi Indonesia pasti jauh lebih besar dari Maladewa.

“Indonesia sebagai negara yang lebih besar, diperkirakan memiliki populasi hiu paus yang juga lebih besar. Maka, potensi ekonomi dari pariwisata hiu paus jauh lebih besar. Dengan pemikiran ini, kita harus bekerja sama untuk melaksanakan mandat Kepmen-KP No.18/2013 tentang penetapan status perlindungan penuh terhadap hiu paus di seluruh perairan Indonesia,” tegasnya.

baca : Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia

 

Seorang peneliti sedang menyelam bersama hiu paus atau whale sharks di Teluk Cendrawasih, Papua. Foto : Shawn Heinrichs / Conservation International

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan apresiasi kepada tim yang melakukan pemasangan tag satelit hiu paus di Kaimana. Menurut dia, pemasangan tag satelit sangat penting dilakukan saat ini di Indonesia. Selain sebagai bentuk perlindungan, tag satelit juga berfungsi untuk mempelajari pergerakan dan ekologi dari hiu paus dengan lebih baik

“Karena selama ini informasinya masih minim di Indonesia,” sebutnya.

Dengan pemasangan tag satelit, Susi mengungkapkan, itu akan mendukung upaya-upaya perlindungan populasi hiu paus di Indonesia, serta menjadi masukan terhadap peraturan perundangan dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pengelolaan spesies, serta pengembangan pariwisata berbasis hiu paus di Indonesia.

Direktur Program Kelautan CI Indonesia Victor Nikijuluw di Kaimana mengatakan, sejak 2015 KKP sudah bekerja sama dengan CI Indonesia untuk memasangkan tag satelit SPLASH finmount. Pemasangan tersebut untuk memonitor dan mempelajari lebih jauh pergerakan dan perilaku hiu paus. Dari pemasangan itu, sejumlah hiu paus telah memberikan data pergerakan selama dua tahun terakhir ini.

“Menunjukkan sebagian besar hiu-hiu ini melakukan perjalanan ribuan kilometer dan mengunjungi beberapa negara tetangga, di antaranya Australia, Filipina, Papua Nugini, Palau, dan Negara Federasi Mikronesia dan kebanyakan dari mereka kembali lagi ke Indonesia,” jelasnya.

baca : Hiu Terbesar Tapi Jinak Dan Bukan Karnivora, Begini 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus  

 

Seorang peneliti sedang menyelam bersama hiu paus atau whale sharks di Teluk Cendrawasih, Papua. Foto : Shawn Heinrichs / Conservation International

 

Perlindungan Populasi

Victor mengungkapkan, informasi yang didapatkan dari kegiatan tagging mendukung upaya perlindungan spesies dan sejumlah habitat penting hiu paus dengan lebih baik. Hal ini bisa terjadi karena ada kerja sama yang baik dengan Pemerintah Indonesia untuk merancang dan mengimplementasikan rencana pengelolaan spesies ini.

“Diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat untuk generasi mendatang,” tandas dia.

Terpisah, Bupati Kabupaten Kaimana Mathias Mairuma berkomitmen untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dari keberadaan hiu paus bisa dirasakan langsung oleh masyarakat di Kaimana. Untuk itu, dia menyebut pengelolaan dan pengembangan pariwisata lokal berbasis ekowisata hiu paus menjadi sangat penting di Kaimana.

“Kami telah bekerja sama dalam mengembangkan ekowisata berbasis hiu paus ini di Indonesia dan meningkatkan usaha-usaha perlindungan hiu paus di seluruh perairan Indonesia, karena populasi hiu paus yang sehat akan dapat menyediakan sumber mata pencaharian berkelanjutan yang penting untuk masyarakat kami,” tutupnya.

Sementara, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi, pada 2016 kepada Mongabay pernah mengatakan, pemanfaatan hiu paus untuk sektor pariwisata harus dilakukan dengan seksama. Hal itu, karena ikan tersebut sejak 2013 Indonesia sudah mendapat perlindungan penuh melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/2013.

baca : Hiu Paus Akan Masuk Akuarium Raksasa di Ancol?

 

Satu dari 26 ekor hiu paus di di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat yang diteliti oleh Tim peneliti memeriksa kesehatan dari 26 ekor hiu paus di di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat. Foto: Mark V Erdmann/CI Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Salah satu item yang harus diperhatikan, menurut Andi, adalah berkaitan dengan informasi tentang status populasi dan pola migrasi. Data tersebut, bisa mendukung upaya perlindungan dan menjaga populasinya dari ancaman kepunahan. Akan tetapi, untuk bisa mendapatkan data tersebut, diperlukan penelitian yang komprehensif dan dilakukan pakar yang kompeten.

“Salah satu permasalahan mendasar yang penting dalam pengelolaan hiu paus adalah keterbatasan data dan informasi tentang status populasi dan pola migrasinya, sehingga diperlukan dukungan banyak pihak dalam pelaksanaannya,” ucap dia.

Oleh karena itu, Andi menekankan, informasi lengkap terkait spesies ini perlu banyak diketahui oleh semua pihak yang ingin mengembangkan ekowisata hiu paus. Tujuannya sudah jelas, yaitu mendukung pelestarian dan pengelolaan ekowisata berbasis hiu paus di Indonesia.

Intinya, menurut Andi, pengembangan ekowisata hiu paus di Indonesia harus menekankan aspek konservasi yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan hewan. Untuk keperluan itu, KKP sendiri sudah menerbitkan buku “Pedoman Wisata Hiu Paus” yang bisa dijadikan panduan bagi siapapun.

“Pedoman tersebut bisa jadi panduan, terutama untuk menghindari interaksi langsung dari para pengunjung dengan hiu paus. Pedoman ini perlu terus disosialisasikan,” pungkas dia.

 

Exit mobile version