Mongabay.co.id

Melihat Penangkaran Jalak Bali di TNBB Bali. Begini Ceritanya

Burung Jalak Putih atau terkenal di Bali dengan nama Curik merupakan burung endemik Jawa dan Bali. Jenis burung yang pernah kerap diburu untuk perdagangan illegal karena harganya pernah menyentuh puluhan juta. Pada tahun 90-an burung ini disimpulkan langka, sangat sulit ditemui di habitatnya, Bali Barat. Ini alasan kenapa upaya penangkarannya digenjot.

Salah satu pusat penangkaran ada di samping kantor Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Namanya Pusat Pelepasliaran Jalak Bali Cekik, masuk wilayah seksi I (Jembrana) TNBB.

Area penangkaran dan pelepasliaran ini disebut salah satu habitat asli Jalak Bali. Jalak Bali menyukai area savana atau padang rumput karena makanannya serangga terutama di rerumputan. Seperti ulat, belalang, jangkrik, rayap, dan semut.

baca : Jalak Bali: Si Cantik dari Pulau Dewata

 

Kandang besar di Sanctuary Tegal Bunder kawasan TN Bali Barat ini diisi puluhan burung yang sudah melewati masa reproduksi. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di Cekik, padang rumput kombinasi pohon lontar. Jalak Bali yang lepas liar sangat mudah dilihat tanpa alat bantu sekali pun. Sementara kawannya ada yang masih dalam kandang penangkaran.

Untuk mempercepat proses pemandirian dan mengurangi waktu dalam kandang, para petugas melakukan intervensi dengan menyediakan pojok-pojok tempat makanan di sejumlah titik. Penangkaran dinilai cukup berhasil karena itu target populasinya ditambah. Nana Rukmana, salah satu petugas menyebut ini salah satu habitat asli Jalak Bali berupa padang savanna dan lontar. Sementara ekosistem burung ini lainnya adalah hutan mangrove. “Ini habitat asli terakhir, kalau tak dikonservasi bisa punah,” katanya.

Area penangkaran lain di TNBB adalah sanctuari Tegal Bunder. Saat tiba, pengunjung akan melihat kandang besar dan tinggi berisi sekitar 40 ekor Jalak Putih yang sudah tak produktif. Masa reproduksinya sudah lewat. Jadi dimanfaatkan untuk pajangan, anak-anak bisa melihat dengan mudah burung berbulu dominan putih ini melompat dan hinggap di pojokan kandang.

Sementara di kandang perkembangbiakan ada 47 unit yang berisi masing-masing sepasang dan dipasangkan sejak umur setahun. Rata-rata mereka sudah 10 tahun di kandang.

baca : Jalan Panjang Melindungi Jalak Bali dari Kepunahan (Bagian – 1)

 

Burung Jalak Putih dipisahkan kandangnya di TN Bali Barat, ada yang khusus untuk sepasang calon indukan, kandang khusus anakan, dan kandang burung remaja yang siap dipasangkan seperti ini. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Perawat burung Kasidi dan Putu Yasa sebagai teknisi menyambut ramah dan siap mengajak berkeliling di Tegal Bunder yang teduh. Mereka berbagi kisah lucu dan sedih terkait perilaku burung. Ada yang sangat sensitif, suka mematok telur-telurnya sendiri dan akhirnya anaknya mati. Ada yang agresif, petugas mendata burung ini sudah 3 bunuh anaknya agar betina mau kawin lagi.

Tiap pasang rata-rata bertelur 2-4 kali setahun. Setelah bertelur dibiarkan seminggu kemudian dieram 18 hari oleh induknya, jadi perkiraan menetas setelah 25 hari. Dari pantauan, tiap pasang menghasilkan 2-4 telur per sekali kawin.

Anakan dirawat induknya selama 40-45 hari sambil belajar makan. Setelah itu baru diambil dari induknya lalu dipindahkan ke kandang-kandang kecil di sanctuary anakan. Ada yang berusia 1-3 bulan, dan kandang anakan berusia 3-5 bulan. Ada juga kandang remaja burung yang berusia 8 bulan ke atas untuk calon pasangan induk.

Seiring keberhasilan penangkaran, populasi makin naik. Harga jual dulu mahal sekali sehingga banyak diburu. Namun dengan sanksi hukuman penjualan illegal yang tinggi dan harga menjadi turun.

Sedikitnya sudah 240 ekor Jalak Putih dipasang cincin di Tegal Bunder. Cincin aluminium ini berisi nomor identitas di kaki kanan dengan angka 4 digit.

baca : Manuk Jegeg, Menangkarkan Jalak Putih di Rumah Warga

 

Jalak Putih ditangkarkan dan dilepasliarkan di TN Bali Barat, namun untuk memastikan daya tahannya dibantu dengan pojok-pojok makanan dan minuman. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

Mendorong pengembangbiakan secara alami di habitatnya bukan perkara mudah. Misalnya Made Mudana petugas TNBB mengingat pengalaman melepasliarkan 7 pasang. Berhasil berkembang jadi sekitar 30 ekor setelah dipantau tapi kemudian terus berkurang. Burung hasil penangkaran bercincin sementara yang lahir di alam tidak. Namun saat cuaca buruk seperti panas, debu ekstrem dan air minum terbatas, petugas khawatir dengan daya tahan burung-burung ini. Siasatnya adalah menyediakan bak-bak wadah air dan buah papaya di TNBB.

Birds watching adalah salah satu ekowisata populer di TNBB. Ada paket pengamatan burung 1-3 hari, pagi dan sore hari. Sedikitnya ada 35 jenis endemik Bali dan Jawa seperti facon pancawana, raja udang, dan jalak putih. Pengunjung juga bisa mengamati perbedaan penangkaran semi natural dan rumahan oleh warga.

 

Exit mobile version