Mongabay.co.id

Jangan Asal Swafoto dengan Satwa, Begini Jadinya…

Seorang balita perempuan usia 1,5 tahun harus menjalani perawatan di rumah sakit, akibat digigit unta di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Peristiwa yang terjadi pada Minggu (29/4/2018) itu, berawal dari swafoto yang dilakukan orang tua balita berinisial V, asal Surabaya Mereka berdiri di depan unta yang biasa berkeliling menarik kereta di kebun binatang tersebut.

“Tadi kena gigit unta waktu selfi di KBS,” terang sang ayah, yang tidak ingin disebutkan namanya, di UGD Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo (RKZ) Surabaya, Minggu. RKZ Surabaya dipilih karen jaraknya yang tidak jauh dari KBS, sehingga anaknya dapat segera ditangani.

Kejadian ini dibenarkan Kepala Seksi Humas Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS KBS), Wini Hustiani. “Iya, memang ada kecelakaan, tetapi sudah mendapat perawatan di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Sebelumnya memang dibawa ke RKZ untuk penanganan cepat,” jelasnya akhir pekan ini.

Wini menceritakan kronologis kejadian. Seperti biasa, kondisi kebun binatang ramai pengunjung, dan beberapa diantaranya dapat memanfaatkan kereta yang ditarik onta untuk keliling KBS.

Saat kereta berhenti, seorang pria dengan balita yang digendongnya sedang berfoto. Sang istri (ibu balita) yang mengambil gambarnya. Saat itu, tiba-tiba mulut unta menggigit balita, hingga mengalami luka-luka di kepala. “Kami lakukan penanganan, membawanya ke rumah sakit terdekat. Kondisinya saat kami jenguk, sudah jauh lebih baik,” ujar Wini.

Baca: Berhasil, Kebun Binatang Surabaya Tetaskan 11 Telur Komodo

 

Unta yang berada di Kebun Binatang Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Terkait antisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi, pengelola KBS akan terus melakukan imbauan. Baik dengan pengeras suara maupun melalui keeper talk. “Sebenarnya, kami sudah sering mengingatkan pengunjung agar tidak terlalu dekat dengan kandang satwa. Termasuk tidak memberi pakan. Saat kejadian itu, ada pawang atau keeper, serta petugas di sekitar satwa, tapi memang mereka terlalu dekat,” katanya.

Wini mengatakan, kedepan pihak KBS akan melakukan edukasi kepada pengunjung. “Dengan begitu, keamanan satwa maupun pengunjung tetap terjaga.”

Seorang warga Surabaya yang juga pengunjung KBS, Zamroni mengatakan, foto dengan satwa seharusnya dilakukan pada jarak yang aman dan wajar, bukan pada jarak yang sangat dekat. Selain itu, lampu kilat kamera, bisa jadi mengganggu dan membuat satwa kaget. “Bisa jadi satwa tidak nyaman dengan lampu kamera dan itu bisa mencelakakan pengunjung sendiri,” ujarnya.

Swafoto dengan satwa sebaiknya tidak dilakukan dan pihak lembaga konservasi tidak memberi peluang. Foto dengan satwa dapat diartikan juga sebagai eksploitasi yang dapat membuat satwa tidak nyaman.

“Foto dengan latar belakang satwa dalam kandang sudah cukup menurut saya, tidak harus bersentuhan langsung. Berapa banyak pengunjung yang minta foto dalam sehari, akan stres dan perilaku liarnya bisa saja muncul,” papar Zamroni.

 

Kenyamanan satwa harus lebih didahulukan ketimbang menjadikannya sebagai objek swafoto pengunjung. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Ketua PROFAUNA Indonesia, Rosek Nursahid, menyayangkan masih adanya lembaga konservasi yang memberi kesempatan pengunjung untuk melakukan swafoto dengan satwa. “Seharusnya dilarang, karena tidak aman untuk pengunjung dan tidak nyaman untuk satwa,” katanya.

Menurut Rosek, kontak fisik antara pengunjung dengan satwa dalam bentuk apa pun seharusnya ditiadakan, karena dapat memicu stres. “Ketika satwa stres, bisa memunculkan tindakan agresif,” lanjutnya, kemarin.

Beberapa lembaga konservasi maupun tempat rekreasi, masih menampilkan satwa sebagai salah satu daya tarik bagi pengunjung, yang ingin foto bersama. Spot atau sudut foto seringkali disiapkan, dengan menarik sejumlah nominal Rupiah dengan keterangan sebagai dukungan konservasi.

Menurut Rosek, hal ini baiknya tidak dilakukan lagi. Satwa seharusnya bebas dalam habitat yang telah disiapkan lembaga konservasi. “Yang pasti, harus ditiadakan. Ini berbahaya bagi pengunjung dan membuat satwa tidak nyaman sekaligus tertekan,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version