Ada kelokan ngarai cukup dalam, dam kontur bukit curam serta terjal di jalur baru pendakian Merapi dari arah Klaten ini. Tampaknya itu membuat angin kerap bertiup kencang. Bak jurus silat, Sapuangin, begitu nama tempatnya.
Jalan menuju basecamp Sapuangin, mendaki dan menantang. Setidaknya dibanding jalur pendakian dari Kaliurang, yang biasa dilalui pecinta alam. Meski lebih berat, jalur Sapuangin menjanjikan pemandangan sungguh indah. Rekahan kawah Merapi tampak menganga di kejauhan, diapit lereng bukit yang menghijau.
Angin menyapu ujung pepohonan pinus, perdu, dan rerumputan. Sesekali kicauan burung meningkahi desahan dahan yang tertiup angin, melengkapi keindahan panorama Merapi dari sisi tenggara ini.
Selama tiga hari mulai 6-8 April ratusan peserta pengamat dan pecinta burung dari berbagai kota mengikuti ajang Merapi Birdwatching Competition (MBWC). Mereka bermalam di kemah di lokasi yang disediakan, dan mengamati burung-burung di habitat aslinya.
“Kegiatan ini bisa jadi input bagi kami. Memang hanya tiga hari, perjumpaan burung akan terbatas. Meski pendek bisa memberikan tambahan informasi tentang spesies burung itu sendiri,” kata Ammy Nurwati, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Minggu, 8 April lalu.
TNGM habitat berbagai jenis burung, baik dilindungi maupun tidak, endemik maupun migran. Burung endemik Merapi itu antara lain berbagai jenis alap-alap, burung madu, elang, kepodang, srigunting, dan sikatan. Burung migrasi antara lain walet gunung, poksai kuda, bondol Jawa, kipasan ekor merah.
“Dari 2011 hingga 2017, teman-teman berhasil menginventarisasi 170 spesies burung di TNGM. Di antaranya adalah elang Jawa.”
Selain satwa, TNGM juga kaya akan berbagai jenis tumbuhan, seperti beragam cendawan, paku-pakuan, bambu, dan anggrek.
Saat ini, TNGM, satu dari 54 taman nasional di seluruh Indonesia. Wilayah kerja TNGM meliputi empat kabupaten yaitu Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali.
Merapi Birdwatching Competition merupakan agenda dua tahunan sejak 2008. Perhelatan lomba ini kali kelima, dengan peserta mencapai 211 orang.
“Dulu dilaksanakan di Bumi Perkemahan Kaliurang. Di sana, akses lebih mudah, lebih rekreatif. Melalui kegiatan ini kami ingin mengaktualisasikan TNGM lewat satwa. Tahun ini, di Sapuangin. Ini jalur pendakian baru resmi 2017.”
Ammy berharap, kegiatan semacam ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, misal, melibatkan kelompok kesenian warga dalam acara.
Selain itu, katanya, dokumen kegiatan bisa untuk mendukung balai, terutama dalam berkaitan wisata alam maupun konservasi.“Minimal makin banyak tahu, Merapi bisa dilalui lewat Sapuangin.”
Lokasi baru
Basecamp Sapuangin berada di tenggara Puncak Merapi. Tepatnya di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten. Dari Yogyakarta, bisa melalui Jalan Kaliurang km 13, lanjut ke Pasar Jangkang, menyusuri Jalan Manisrenggo, belok ke Pasar Butuh, menuju Dam Kaliworo, Pesanggarahan ke Timur, lalu belok kiri menuju Sapuangin.
Dari arah Klaten, selepas jalan Solo-Jogja ambil kiri, menyusuri Jalan Klaten Ngupit, Karangnongko, lalu Jalan Surowono, ke utara. Sebagian jalan cukup mulus, sebagian lain rusak karena truk pengangkut pasir kelebihan muatan sering lalu lalang di sekitar Kemalang.
Arif Sulfiantono, Ketua Panitia MBWC, mengatakan, Sapuangin adalah jalur pendakian Merapi relatif belum banyak dikenal. Tempat ini juga habitat berbagai burung langka.
Peserta berasal dari komunitas pengamat burung berasal dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, maupun Yogyakarta. Ada pula wakil dari Taman Nasional Matalawa (Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti), Nusa Tenggara Timur.
“Kita juga ingin tunjukkan, tempat ini kita kelola bersama masyarakat. Kita ingin memperlihatkan TNGM bisa bersinergi dengan masyarakat.”
Dalam gelaran kali ini ada dua kategori besar dilombakan, yaitu bird race (pengenalan burung) dan lomba fotografi. Bird race terdiri dari pengenalan jenis dan nama burung, membuat sketsa, ditambah kuis, tebak suara, dan tebak gambar.
Dalam lomba fotografi, peserta wajib mengambil gambar dengan obyek tumbuhan, satwa, dan pemandangan (landscape) di area Sapuangin.
Para juri adalah, Karyadi Baskoro, dosen Biologi Universitas Diponegoro Semarang. bersama Swiss Winasis dari TN Baluran, dan Imam Taufiqurrahman, Direktur Kutilang Indonesia Birding Club.
Kompetisi seperti Merapi Birdwatching ini selalu ditunggu para pengamat burung di alam liar. Ini jadi tantangan penyelenggara untuk menawarkan kemasan baru dalam kompetisi, selain menaikkan nilai hadiah.
Foto utama: Peserta tidur di tenda dan bebas mencari titik untuk memantau burung-burung. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia