Mongabay.co.id

Yanir, Berkali Gagal Hingga Berhasil Kembangkan Pertanian Tanpa Bakar di Lahan Gambut

Ragam sayur yang dihasilkan oleh Yanir. Dok. pribadi

Peristiwa kebakaran hutan dan lahan hebat yang melanda Kalimantan Tengah 2015 menimbulkan banyak kerugian. Aktivitas perekonomian lumpuh, masyarakat banyak yang terserang penyakit pernafasan, sekolah diliburkan serta berbagai dampak kerugian lainnya. Tak pelak, Pemerintah kontan mengambil kebijakan larangan bakar untuk kegiatan pembukaan lahan.

Di sisi lain, kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Sudah menjadi budaya turun-temurun, warga di Kalimantan Tengah terbiasa membuka lahan dengan cara membakar lahan.

Adalah sosok Yanir, Kepala Desa Anjir Kalampan, yang tak menyerah begitu saja. Dia mencoba mencari cara agar kebakaran lahan gambut bisa dihindari, tapi masyarakat tak dirugikan secara ekonomi. Dia pun mencoba mencari teknik pengelolaan lahan tanpa bakar atau PLTB lewat dana mandiri.

“Saya ingin mengubah mindset mengelola lahan secara intensifikasi. Gagal sudah biasa. Sampai akhirnya bisa kelola lahan secara swadaya,” tutur lelaki yang menamatkan pendidikan di Jurusan Sosial Politik Universitas Lambung Mangkurat tahun 1993 tersebut.

Yanir mengaku tidak memiliki pengetahuan, hanya bermodal nekat. Selama dua tahun, katanya, dia mencoba menanam di lahannya berbagai tanaman pertanian seperti melon, semangka, tomat dan tanaman lainnya lewat metode PLTB.

Hasilnya kini bisa Yanir nikmati, bahkan dia pun bisa berbagi pengetahuan dengan petani lainnya.

 

Menggunakan Bahan-Bahan dari Alam

Teknik pembukaan lahan tanpa bakar yang diterapkan Yanir sebenarnya sederhana. Caranya lewat pemanfaatan rumput dan semak-semak, dicampur dengan pupuk kandang untuk bahan baku kompos.

Jika menemukan tunggul di kebun, Yanir akan membiarkannya. Jelasnya, tunggul kayu yang membusuk akan menguntungkan untuk kesuburan tanah.

“Tunggul busuk, nanti banyak cacing yang hidup dan menyuburkan tanah. Murah biayanya karena tak membeli pupuk. Cacing pengurai terbaik, kita jangan tergantung dengan pupuk kimia. Alam sudah sediakan yang terbaik untuk kita,” jelas lelaki kelahiran 6 Desember 1966 ini.

Untuk mengurangi kadar keasaman tanah gambut, Yanir menyiasati dengan membuat blok penanaman lebar sekitar dua kali sepuluh meter. Blok penamanan dibuat agak tinggi sekitar 20-30 sentimeter dari tinggi permukaan tanah datar. Hal ini dimaksud agar air asam di bawah permukaan tanah tidak menyentuh akar tanaman yang ditanam.

 

Lahan miik Yanir yang dikelola dengan cara Pengelolaan Lahan Tanpa bakar. Dok. pribadi

 

“Kapur prokal juga dapat dipakai, ini bahan ramah lingkungan untuk mengurangi kadar asam. Bagian terpentingnya jangan sampai akar menyentuh air asam, sudah pasti aman itu,” ujarnya memberi tips suksesnya.

Yanir mengaku, kegagalan adalah sobat karibnya. Berkali-kali dia gagal, jatuh bangun dan menjumpai kendala. Berbagai metode pun sudah dia coba. Yanir tak memungkiri jika banyak dana yang telah dia keluarkan. Untungnya ada hasil kebun lain yang dapat ia putar keuntungannya untuk membiayai kebun percobannya ini.

“Di awal memang berat, terutama soal permodalan. Beratnya masyarakat umumnya di situ,” jelasnya mengakui.

Sebagai perbandingan. Jika menggunakan teknik bakar lahan dibutuhkan dana Rp2 juta/hektar. Dengan teknik PLTB setidaknya dibutuhkan dana sepuluh kali lipatnya, sekitar Rp20 juta/hektar yang digunakan untuk upah pekerja, bahan bakar, mesin operasional dan biaya pengomposan.

Yanir menyarankan, masyarakat tidak harus langsung menyiapkan dana sebegitu besar. Menurutnya, dapat disiasati tahap demi tahap lewat luasan yang kecil.

“Tidak perlu langsung garap satu hektar. Setahap demi setahap. Misal tanam seribu batang cabai dulu. Kalau berhasil, nanti dikembangkan lagi. Jangan dipaksakan harus satu hektar. Sesuai kemampuan saja,” terangnya.

Dalam jangka panjangnya PLTB menguntungkan. Petani tidak perlu lagi mencari lahan lain untuk tebas dan bakar yang mengeluarkan biaya tambahan. Penggunaan pupuk organik akan mengurangi biaya produksi. Petani pun bisa fokus di zona pertanian intensif. “Yang banyak biaya hanya diawalnya saja. Setelah itu gak ada biaya lagi. Hanya tinggal dirawat. Pengeluaran hanya untuk kompos, kapur, dan pupuk kandang,”

Dia pun menyarankan agar petani dapat mengakses dana kredit usaha berbunga ringan. Juga meminta bimbingan dan arahan dari mereka yang sudah berhasil.

 

Ragam sayur yang ditanam oleh Yanir. Dok. pribadi

 

Produk Dipasarkan Lewat Media Sosial

Apa yang dilakukan oleh Yanir, sekarang mulai diikuti oleh warga desa yang lain. Kini di Desa Anjir Kalampan, ada 9 kelompok petani dengan total sekitar 200 orang yang dia bina. Dari 6 hektar lahan miliknya yang menggunakan PLTB, sekitar 2,5 hektarnya didedikasikan untuk pelatihan masyarakat. Hasilnya pada 2016 di Anjir Kalampan petani mulai panen raya, melon dan semangka berton-ton.

Yanir mengaku hasil kebun PLTB-nya, dia pasarkan melalui jejaring sosial media. Hasilnya cukup menggembirakan. Banyak yang tertarik membeli hasil taninya dari berbagai daerah. Seperti dari Pulang Pisau dan Kuala Kapuas.

“Hasil kebun saya upload di BBM,Whatsapp, Facebook, dan lainnya. Mereka datang menghubungi. Ada yang telepon, ada yang datang sendiri. Atau minta ke saya, lalu kami antar. Sudah banyak yang pesan.”

Selain PLTB, Yanir juga aktif menanami lahan agroforestri seluas 150 hektar, -yang sekitar separuhnya rawa, dengan berbagai tanaman keras seperti jengkol, petai, dan tanaman keras lainnya. Untuk area rawa, Yanir pun sedang getol untuk mencari bibit tanaman yang cocok tumbuh di rawa. “Saya perkirakan tanaman sagu. Saya akan jalin kerjasama untuk penyediaan bibit tanaman yang cocok untuk rawa.”

Atas kerja kerasnya, Yanir pun telah diganjar oleh pemerintah sebagai “Pelopor Ketahanan Pangan” tahun lalu. Dia juga mendapat bantuan berupa peralatan perkebunan dari berbagai instansi untuk dukungan bagi kegiatan pengembangan masyarakat.

Sekarang sosok Yanir pun dikenal tidak saja sebagai Kepala Desa, tapi pelopor dan penggerak petani. “Saya gembira, sekarang 90% petani di Anjir Kalampan sudah tidak bakar lahan lagi,” tutupnya.

 

Foto utama: Yanir, pelopor PLTB di Anjir Kalampan. Dia juga memelihara bebek dan menanam tanaman agroforestry. Dok. pribadi

Exit mobile version