Mongabay.co.id

Mengerikan, 100 Ribu Lebih Jerat Dipasang di Taman Nasional

Jerat, metal atau tali plastik, telah membunuh begitu banyak satwa liar di Asia Tenggara, dari gajah hingga kancil. Begitu mengkhawatirkan, sehingga para ilmuwan mengacu pada kawasan lindung di kawasan itu sebagai “hutan kosong.”

Kawat rem sederhana untuk sepeda motor dapat membunuh harimau, beruang, bahkan gajah muda di Asia Tenggara. Pemburu lokal menggunakan kabel itu, untuk membuat jerat yang melumpuhkan dan membunuh banyak spesies Asia yang paling kharismatik dan satwa lainnya, tanpa pandang bulu.

 

Gajah remaja yang kakinya terkena jerat di Provinsi Mondulkiri, Kamboja. Foto: Wildlife Conservation Society – Kamboja via The Guardian

 

Fakta tersebut tergambar dalam Jurnal Biodiversity and Conservation, edisi Maret 2018, Volume 27, bertema The wildlife snaring crisis: an insidious and persuasive threat to biodiversity in Southeast Asia. Hal yang paling disoroti adalah di Southern Cardamom National Park di Kamboja. Ranger atau jagawana di sini bersama Wildlife Alliance telah membersihkan 109.217 perangkap dalam waktu enam tahun.

“Banyak hutan di Vietnam kini tidak memiliki mamalia yang lebih besar dari tupai,” kata Thomas Gray, penulis utama makalah baru dan Direktur Sains untuk Wildlife Alliance, dilansir dari The Guardian.

 

Beruang madu yang diselamatkan akibat kakinya kena jerat di wilayah Cardamom, Kamboja. Foto: Nick Marx/Wildlife Alliance via The Guardian

 

Menurut Gray, krisis  jerat paling parah terjadi di Vietnam dan Laos, dan kini secara cepat meningkat di Kamboja, serta Myanmar, Indonesia, dan Thailand. Di beberapa tempat – bahkan kawasan hutan lindung –  para ilmuwan menyatakan bahwa “hutan telah kosong.” Para pemburu, telah menghabisi ekosistem semua hewan ukuran menengah dan besar.

Hewan yang mati dijerat umumnya tidak dikonsumsi oleh masyarakat lokal sekitar hutan, tetapi biasanya menuju pasar besar di kota-kota. Untuk dijual ke kelas menengah dan kelas atas yang makin tumbuh di Asia.

 

Dhole atau dikenal sebagai anjing liar Asia ini mati akibat jerat di wilayah Provinsi Mondulkiri, Kamboja. Foto: WWF Kamboja via The Guardian

 

Jerat adalah pembunuh dan mutilator yang kejam, penjaga hutan rutin menemukan hewan yang mati terkena jerat yang membusuk sebelum para pemburu kembali untuk mengambilnya.

“Karena jerat-jerat seperti itu murah dan mudah dibuat. Pemburu menempatkan tali atau kawat jerat  dalam jumlah yang banyak,” kata Gray.

 

Kaki trenggiling ini juga kena jerat. Foto: Nick Marx / Wildlife Alliance via The Guardian

 

Ada juga satwa yang  lolos, tetapi sering kali dibiarkan lumpuh seumur hidup. Kamera perangkap di wilayah ini menangkap berbagai binatang – beruang, berang-berang, dan anjing liar yang dikenal sebagai dhole – berjalan dengan dengan kaki yang hilang.

“Di sini di Kamboja, kami memiliki bukti. Gajah dengan luka parah bekas jeratan di belalai mereka,” kata Gray. “Seringkali kondisinya sangat kurus karena sulit makan.”

 

Ranger menunjukkan sejumlah jerat yang dipasang pemburu di wilayah Mondulkiri, Kamboja. Foto: WWF Kamboja via The Guardian

 

Hewan yang diselamatkan terkadang dibawa ke berbagai pusat rehabilitasi satwa liar, tempat mereka dapat bertahan hidup.

Asia Tenggara menghadapi banyak tantangan besar di bidang lingkungan. Penggundulan hutan yang merajalela, dikombinasikan dengan perdagangan satwa liar mulai dari predator teratas hingga kura-kura, semua terjadi di Asia Tenggara. Epidemi penjeratan satwa kini menjadi fokus utama, karena inilah yang akan membawa kepunahan banyak satwa di hutan-hutan Asia Tenggara. Para ahli ekologi telah memberi istilah khusus terhadap hal ini, yakni  “defaunasi.” Artinya, menghilangkan fauna dari alam kita.

 

Seekor stump-tailed macaque tampak menderita akibat terkena jerat di wilayah Laos. Foto: Camille Coudrat / Project Anoulak via The Guardian

 

 

Exit mobile version