Mongabay.co.id

Polairud Malut Gagalkan Penyelundupan Puluhan Satwa Dilindungi ke Filipina

 

Empat  kandang kawat besi  berukuran 1,5×2 meter berjejer di belakang di Kantor Seksi Balai Konservasi  Sumberdaya Alam (BKSDA) Maluku Utara, sejak Minggu (3/6/18), penuh sesak. Ia berisi 28 monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau yaki hasil  sitaan   polisi  kala satwa-satwa ini akan diselundupkan ke Filipina dengan panboat melalui laut Halmahera, Maluku Utara.

Satwa dilindungi itu, menempati kandang  darurat milik  BKSDA Malut untuk perawatan lebih lanjut. Ada juga kandang  besar  berisi beragam paruh bengkok, hasil sitaan dari polisi.

Kapal berencana membawa sekitar 80 satwa lewat Maluku Utara ke Filipina pada Kamis  (30/5/18), di perairan Desa Bori Bacan, Halmahera Selatan.  Satwa-satwa itu berupa 21 kura- kura,  18 kakatua  putih, delapan nuri  bayan  hijau, lima nuri bayan merah dan 28 yaki.

Kombes (Pol) Arif B.W dari Direktur Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Malut Minggu (3/5/18) menjelaskan,   penangkapan dilakukan Kamis (31/5/18)  malam sekitar pukul 23.30.    Awalnya, mereka mendapat informasi dari warga Bacan akan ada pengangkutan satwa.

Polisi tak hanya menggagalkan rencana penyelundupan,  empat anak  buah panboat   tanpa nama itu,   ikut diamankan. Mereka    masing-masing berinisial AK, YK, NY dan S, berasal dari  Tahuna,  Sulawesi Utara.

Usai mendapatkan informasi  itu ,  polisi  kemudian bergerak  menggunakan  kapal patroli  dan berhasil  menemukan  panboat  baru selesai memuat satwa dan berencana menuju Desa Papaceda,  Gane Barat mengambil burung di desa itu.

Selain satwa diangkut  tanpa  dokumen,  panbot  ini  juga berlayar tanpa kelengkapan surat persetujuan  berlayar (SPB).  “Kita  amankan   puluhan satwa dan panboat,  juga empat  terduga pelaku ditahan,” ucap Arief.

 

Kakatua putih sitaan polairud. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Dia bilang, keempat pelaku  masih dalam pemeriksaan untuk pengembangan kasus lebih lanjut. Puluhan satwa dilindungi  telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku-Malut untuk perawatan.

BKSDA  usai menerima penyerahan  satwa hasil sitaan itu,   langsung memindahkan  ke kandang darurat  di belakang  kantor mereka.

BKSDA  menampung satwa  ini karena memiliki kandang dan dokter hewan yang bisa membantu merawat satwa-satwa ini. “Karena barang bukti,  selanjutnya kita  akan berkoordinasi lagi dengan polisi,” kata Abas Hurasan, Kepala Seksi BKSDA wilayah Ternate Malut.

Kondisi satwa sitaan sendiri, paling memprihatinkan yaki. Mereka dalam kandang berdesak- desakan. Kandang tak  hanya  berisi yaki dewasa, juga satu bayi berumur sekitar dua bulan.  Yaki  juga masih terlihat stres karena dari kapal disimpan dalam empat kotak dari kayu  dengan lebar sekitar 60 cm dan tinggi 80 cm.

Dalam kotak  yang  sempit  itu  terisi  enam sampai delapan yaki.  “Mereka butuh  penanganan serius,” katanya, seraya bilang, saat penyerahan bukti satu nuri bayan merah   dan kura-kura mati.

Saat ini beberapa lembaga konservasi termasuk Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki dari Sulawesi Utara akan membantu BKSDA merawat yaki.

“Rabu  nanti Tasikoki akan membantu kami untuk perawat yaki,” katanya.

 

Bayi yaki, salah satu dari 28 monyet hitam Sulawesi yang berhasil disita dari kapal yang akan menyelundupkan satwa ke Filipina. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Satwa-satwa sitaan yang berhasil diamankan kala akan diselundupkan ke Filipina, melalui laut. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia
Exit mobile version