Mongabay.co.id

Paus Mati di Teluk Wondama, yang Terdampar di Fakfak pun Tak Selamat…

Paus baleen (sei whale) yang ditemukan mati di Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi (bagian dari Taman Nasional Teluk Cenderawasih), Kabupaten Teluk Wondama pada Minggu (3/6/18).Foto: Loka PSPL Sorong untuk Mongabay Indonesia

 

 

Satu lagi paus ditemukan terdampar di Papua Barat, di pesisir Kabupaten Teluk Wondama, selang tiga hari setelah satu paus sperma terjebak di Teluk Kampung Siboru, Distrik Wartutin, Fakfak, Papua Barat, Kamis (31/6/18). Paus baleen terdampar di Teluk Wondama panjang sekitar 9,4 meter dengan lingkar badan  4,1 meter ketika ditemukan mati dan mulai membusuk pada Minggu (3/6/18).  Sementara, paus sperma di Fakfak, tak berhasil dievakuasi dan akhirnya mati, Senin (4/6/18).

Baca juga: Paus Terdampar di Teluk Numbrai, Evakuasi Belum Berhasil

Paus baleen di Teluk Wondama ditemukan di pesisir pantai Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi, oleh warga, Yunus Rumanderi yang mencium bau anyir menyengat Minggu pagi.

Yunus mengatakan, pertama kali menemukan paus  sekitar pukul 06.00 di pinggir pantai tak jauh dari pemukiman Kampung Sobei. Mamalia raksasa itu sudah mati dengan posisi terbalik, perut ke atas.

Dia khawatir pembusukan paus bisa memancing anjing di sekitar pemukiman mencabik-cabik mamalia laut ini. Dia pun berinisiatif menarik memakai speed boat sekitar 500 meter ke Tanjung Sobei.

Warga memperkirakan paus masih muda yang hanyut dari perairan Teluk Cenderawasih di Kabupaten Nabire, Papua, tempat persinggahan satwa ini. Distrik Teluk Duairi merupakan bagian dari Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC).

Dia bilang, paus terdampar di kampung itu baru pertama terjadi dan jadi tontotan warga.

 

Paus terlihat mulai membusuk ini dipindahkan sekitar 500 meter dari tempat semula oleh warga yang pertama kali menemukan di Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi (bagian dari Taman Nasional Teluk Cenderawasih), Kabupaten Teluk Wondama pada Minggu (3/6/18). Foto: Loka PSPL Sorong untuk Mongabay

 

Pemerintah Distrik Teluk Duairi akan mengubur paus agar tak menimbulkan baus busuk di sekitar kampung. “Kami meminta bantuan eksavator untuk mengubur supaya tak bikin bau. Kalau sampai membusuk bisa buat laut tercemar,” kata Aleksandra Mambor, Kepala Distrik Teluk Duairi, yang sudah melihat langsung bangkai paus itu.

Kala dihubungi, Santoso BW, Kepala Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPLSorong mengatakan, penemuan paus telah ditangani tim first responder. Tim ini tergabung dalam jejaring first responder penanganan mamalia laut terdampar Papua Barat.

Ridho Zul Fahri, bagian monitoring dan surveilance officer WWF Indonesia site Teluk Cenderawasih, kepada Mongabay mengatakan, sesuai rencana, paus yang didentifikasi berjenis Balaenoptera borealis (sei whale) itu akhirnya dikubur Selasa siang pukul 13.00.

Paus itu dikuburkan tak jauh dari pantai. “Paus dikuburkan di kedalaman empat meter. Syukur, waktu ditarik kembali ke lokasi yang tak jauh dari tempat awal, tak ada bagian tubuh terlepas, seluruh utuh,” katanya.

Zul mengatakan,  tim belum bisa menyimpulkan penyebab kematian paus. Namun warga mengaku menemukan paus itu sudah membusuk.

Dia bilang, kematian paus ini cukup mengejutkan karena rentang hampir 11 tahun, sejak 2007–2018,  belum pernah ada paus mati di Teluk Wondama.

 

Titik merah merupakan posisi paus sperma di Kampung Siboru, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak tanggal 2 Juni sebelum ditarik dan titik putih tanggal 3 Juni adalah posisi paus setelah ditarik. Meski telah ditarik berpindah ke teluk lebih dalam namun paus akhirnya kembali tak jauh dari titik semula dan mati lokasi tersebut pada hari keempat. Foto: Loka PSPL Sorong untuk Mongabay

 

Paus sperma di Fakfak mati

Sementara itu, informasi terbaru seperti disampaikan Santoso, paus sperma yang ditemukan di Teluk Murmre (sebelumnya disebut Teluk Numbrai–red) Kampung Siboru, Distrik Wartutin, di Pulau Borteptep mati pada hari keempat, atau Senin (4/6/18) pagi sekitar pukul 10.00.

Santoso mengatakan, Bupati Fakfak Mohammad Uswanas, langsung meninjau lokasi setelah mendengar kabar kematian paus itu begitu tiba dari Jakarta.

Uswanas juga bertemu tim penanganan di lapangan. “Pada 4 Juni tim belum dapat informasi karena baru laksanakan pertemuan di DKP untuk evaluasi capaian penanganan,” katanya.

Pada Selasa malam.  5 Juni 2018, multi pihak berencana bertemu di rumah bupati untuk membahas teknis penanganan paus. Mereka berencana menenggelamkan paus itu.

Reza Pahlevi, pejabat teknis di Loka PSPL Sorong menambahkan, warga meminta penengelaman jauh dari kampung, karena khawatir mencemari teluk.

“Warga bilang tahun lalu paus mati di lokasi sama mencemari laut hampir enam bulan. Mereka meminta ditenggelamkan di laut jauh,” katanya. “Tulang-tulang paus kemudian diambil untuk bahan edukasi kepada masyarakat di kemudian hari.”

Sebelum mati, kata Santoso, pada hari pertama setelah ditarik sejauh 200 meter dari lokasi semula, paus sperma kembali lagi ke lokasi semula. Pertama kali ditemukan paus berjarak dua kilometer dari mulut teluk.

Dalam penanganan hari kedua, tim kembali mencoba agar paus keluar teluk. Upaya mereka memakai bel di dalam air tak berhasil. Tim balik ke Fakfak untuk merapatkan penanganan lanjutan bersama multi pihak.

 

Bupati Fakfak Mohammad Uswanas (sebelah kiri menggunakan kacamata) bertemu tim penangangan paus sperma di Kampung Siboru, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, begitu kembali dari tugas di Jakarta. Foto: Loka PSPL Sorong untuk Mongabay

 

“Dalam rapat dan diskusi dengan beberapa ahli cetacean dari dalam dan luar negeri, tim gabungan memutuskan untuk pengamatan kondisi paus dari jarak aman dan membiarkan paus mencoba merecovery diri hingga diharapkan cukup kuat untuk kembali ke laut secara alami,” katanya.

Saat itu,  tim juga merencanakan mengunjungi lokasi kejadian pada Selasa untuk pengamatan kondisi terakhir paus, pemasangan spanduk berisi imbauan tata cara melihat paus terdampar. Termasuk,  tim Loka PSPL Sorong akan memberikan bimbingan penanganan mamalia laut terdampar kepada stakeholder terkait di lokasi kejadian.

“Kami juga berencana sosialisasi jenis satwa dilindungi dan masuk Appendix CITES kepada masyarakat Kampung Siboru,” katanya.

Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong mencatat selama 2016 dan 2017,  menangani cukup banyak biota laut terdampar termasuk paus.

Untuk 2016,  tiga paus terdampar di wilayah kerja Loka PSPL Sorong. Tahun 2017, 18 kasus biota laut terdampar di PSPL Sorong. Wilayah kerja Loka PSPL adalah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat

 

 

Keterangan foto utama: Paus baleen (sei whale) yang ditemukan mati di Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi (bagian dari Taman Nasional Teluk Cenderawasih), Kabupaten Teluk Wondama pada Minggu (3/6/18).Foto: Loka PSPL Sorong untuk Mongabay Indonesia

 

Tim evakuasi tiba di Teluk Numbrai, Kampung Siboru, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, untuk mengevakuasi paus sperma yang terdampar di lokasi, Sabtu 2 Juni 2018. Foto: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Fakfak.

 

 

 

 

Exit mobile version