Mongabay.co.id

Kisah Si Ojan, Lutung Jawa Yang Sebatangkara

Wajahnya menunjukan kegembiraan yang luar biasa, ketika kang Adit, salah seorang keeper satwa di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar, menghampirinya. Si Ojan, demikian nama seekor lutung jawa berumur 12 minggu, untuk melakukan rutinitasnya yaitu berjemur di halaman setiap pagi. Si Ojan, adalah owa jawa sub species lutung jawa barat Trachyoithecus auratus mauritius. Ada dua sub species lutung jawa, yang satu lutung jawa timur, dan yang lainnya ya sub species-nya Si Ojan.

Ojan dibeli oleh warga di daerah Cibiru yang merasa kasihan akan si lutung kecil, yang dikurung di sebuah kandang di salah satu pasar hewan di Bandung, dan kemudian diserahkan ke BKSDA Jabar, yang kemudian dititipkan ke Aspinal Foundation , yang berada di Ciwidey, Bandung ini.

baca : Ini Cerita Tiga Lutung Unik yang Ikutan Mudik

 

Si Ojan bersama keeper-nya, Adit, satwa di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Ojan merupakan lutung jawa satwa serahan dari warga, dan dititipkan oleh BKSDA Jabar ke The Aspinal Foundation Patuha, Ciwidey, Bandung. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Rutinitas Si Ojan dijemur oleh keeper-nya, Adit. Si Ojan merupakan lutung jawa di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Menurut Sigit Ibrahim, kepala perawat di The Aspinal Foundation Patuha, Ciwidey, Bandung, ketika datang pertama kali, Ojan terlihat sangat kurus, dehidrasi, ketakutan dan tertekan karena kehilangan induknya. Hampir bisa dipastikan, lanjut Sigit, bahwa para pedagang illegal lutung bayi yang ada di pasar gelap, mengambilnya dengan membunuh indukannya.

Ojan segera mendapatkan perawatan yang baik, untuk mengembalikan kesehatan jasmani dan mentalnya. Ojan mulai dirawat di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa sejak 2 Mei 2018.

baca : Tujuh Individu Lutung Jawa Ini Kembali ke Habitat Aslinya

 

Si Ojan bersama dokter Putri di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Ojan merupakan lutung jawa satwa serahan dari warga, dan dititipkan oleh BKSDA Jabar ke The Aspinal Foundation Patuha, Ciwidey, Bandung. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Beberapa perlakuan telah dilakukan kepada Ojan. Seperti penanganan awal yang dilakukan oleh tim dokter yaitu dengan mengatasi dehidrasinya terlebih dahulu, dengan melakukan pemberian cairan atau susu.

Karena pencernaan si lutung ini berbeda dengan pencernaan owa atau primata lain pada umumnya, maka pemberian cairannya pun berbeda. Pencernaan lutung, lebih mirip dengan pencernaan kambing, sehingga Ojan diberikan susu kambing. Pemberian susunya dilakukan setiap 2 jam sekali. Tim dokter memberikan susu itu dengan dimasukan ke dalam botol dengan penuh rasa kasih sayang.

baca : Merumahkan Primata, Menghidupkan Manfaat

 

Si Ojan, satu lutung jawa sub jawa barat, sedang menyusui susu kambing lewat botol di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Penanganan lainnya adalah dengan menjaga suhu di dalam kandang tetap hangat, dengan memakai bantuan inkubator dan penghangat ruangan, agar si bayi Ojan tetap merasa berada di dalam kehangatan pelukan si ibu yang telah tiada. Dan Si Ojan pun sedang dalam perubahan warna dari warna emas ke hitam yang menjadi ciri khas dari lutung jawa sub spesies jawa barat, yang akan semua lutung remaja dan dewasanya berwarna hitam pekat, walaupun ketika bayi berwarna emas. Ini berbeda dengan lutung jawa sub species jawa timur, yang beberapa diantaranya bisa mempunyai warna emasnya sampai usia remaja atau bahkan dewasa.

Sigit menambahkan, bahwa pembukaan lahan, alih fungsi lahan sampai perburuan liar membuat jumlah lutung jawa sub species jawa barat mengalami penurunan, kira-kira hanya berjumlah 4000 ekor saja.

baca : Berbagi Kawasan di Gunung Tilu : Antara Manusia Dan Primata

 

Si Ojan bersama keeper-nya, Adit, satwa di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Ojan merupakan lutung jawa satwa serahan dari warga, dan dititipkan oleh BKSDA Jabar ke The Aspinal Foundation Patuha, Ciwidey, Bandung. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Karenanya perlindungan si lutung jawa ini diatur dan dilindungi oleh hukum, yaitu Kepmen No.733/kpts-11/1999 dan telah dimasukan dalam satwa liar yang menjadi prioritas untuk konservasi oleh Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (BKSDAE), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dan Lutung Jawa secara internasional juga telah dikategorikan teranam (vulnerable) oleh lembaga konservasi dunia (IUCN) sejak tahun 2008. Bahkan CITES juga memasukan spesies ini dalam Apendiks II.

Di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa sendiri, ada 7 lutung sub species Jawa Barat yang di rehabilitasi, yang nantinya akan dilepasliarkan setelah masa rehabilitasi usai.

 

Si Ojan berada di kandangnya di Pusat Perlindungan Primata, Patuha, Ciwidey, Bandung, Jabar. Ojan merupakan lutung jawa satwa serahan dari warga, dan dititipkan oleh BKSDA Jabar ke The Aspinal Foundation Patuha, Ciwidey, Bandung. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ojan yang sekarang lebih sehat dan ceria. Saat awal datang, Si Ojan hanya mempunyai berat 600 gram saja. Dan kini, dalam waktu tidak berapa lama, berat Si Ojan sudah meningkat menjadi 900 gram. Semoga Si Ojan akan semakin sehat, dan berkembang dengan baik sampai waktunya nanti kembali ke alam liar. Dan semoga saja, kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlangsungan hidup alam beserta isinya, semakin bertambah. Sehingga tidak perlu lagi ada ojan-ojan yang lain, yang harus kehilangan induk dan dirampas hak hidupnya di alam liar.

 

Exit mobile version