Mongabay.co.id

Arkeolog Menemukan Kerangka Satwa Punah di Makam Kuno Cina

Ada penemuan mengejutkan ketika para ilmuwan menggali makam kuno di Tiongkok. Tulang dan rahang spesies kera yang sudah lama terlupakan dan tak pernah dilihat manusia modern ditemukan di makam yang berusia 2.300 tahun.

Makam itu berisi beberapa hewan eksotis yang dikubur di dalam 12 lubang, termasuk di dalamnya adalah macan tutul dan beruang, yang mungkin adalah hewat piaraan  seorang anggota elit kerajaan . Di antara sisa-sisa ini, ekskavator menemukan tulang rahang kecil dan tengkorak dengan gigi taring yang menonjol.

Monyet yang ditemukan tersebut adalah sejenis owa, yang para ilmuwan beri nama  Junzi imperialis.

Owa adalah jenis kera terkecil, banyak mengeluarkan suara, dan bertubuh langsing, dan mereka juga lebih dekat dengan manusia daripada jenis monyet mana pun. Mereka dikenal cekatan melompat antar pohon dengan kecepatan tinggi.

baca : Owa Jawa, Primata Setia dari Tatar Sunda

 

Fosil seekor owa (Junzi imperialis) yang ditemukan di makam 2.300 tahun di kota Chang’an, China. Foto : Sam Turvey/ZSL/sciencealert.com

 

Para arkeolog menggali situs pemakaman, di ibu kota Cina kuno Chang’an, yang dulunya adalah kota kekaisaran penting di era Cina kuno, dan sekarang bagian dari Xi’an modern, pada tahun 2004. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science yang diterbitkan minggu lalu,  penemuan ini membuktikan peran langsung manusia dalam kepunahan Junzi, kepunahan pertama dari jenisnya di antara primata.

“Yang luar biasa dari penelitian ini adalah bahwa ia mewakili genera yang unik,  sesuatu yang benar-benar baru bagi sains,” kata James Hansford, salah satu penulis studi tersebut. “Tapi ini juga merupakan kepunahan primata pertama yang diketahui manusia di era modern ini ”

Banyak spesies telah punah. Tapi sejak akhir Zaman Es, ketika manusia mulai banyak mempengaruhi populasi benyak spesies, tidak ada bukti kepunahan kera yang digerakkan oleh manusia, menurut Hansford.

“Semua bukti (di penemuan ini) menunjukkan kepada manusia sebagai faktor yang mendominasi di balik hilangnya spesies ini,” kata Susan Cheyne, direktur Borneo Nature Foundation.

“Awalnya kita  pikir bahwa spesies ini  secara historis jauh lebih tahan terhadap efek manusia, kini kita ketahui bahwa  mereka sebenarnya telah menderita lebih lama dari yang kita duga,” kata Hansford. ” Mudah-mudahan hal ini akan menimbukan kesadaran kita semua akan  penderitaan para owa dan spesies primata lainnya, akibat ulah manusia”

Makam itu berusia sekitar 2.300 atau 2.200 tahun, dan mungkin tempat peristirahatan terakhir dari Lady Xia, nenek dari kaisar pertama dinasti Qin.

baca : Kisah Mudiknya 6 Owa Jawa ke Tanah Pasundan

 

Seekor owa Hainan betina dengan anaknya. Foto : Jessica Bryant/ZSL/bbc.com

 

Para elit kerajaan di Cina di masa lalu menganggap bahwa Owa adalah anggota kerajaan dari keluarga primata – sedangkan spesies lain dianggap sebagai hewan biasa. Sehingga sebenarnya tidak mengejutkan bahwa tulang belulang Owa ditemukan di makam kerajaan, menurut Susan Cheyne. Junzi sendiri berarti pria yang terpelajar, dan ini mencerminkan  bagaimana kaum elit kekaisaran Cina menempatkan owa ini.

Gibbons ditemukan di seluruh Asia, dengan beberapa spesies – termasuk owa jambul hitam Hainan dan owa jambul Cao-vit – yang terancam oleh kepunahan yang akan segera terjadi. Hanya ada 26 owa Hainan yang tersisa di dunia, menurut Hansford. Spesies owa hidup menderita lebih banyak dari kehilangan habitat dan perdagangan hewan peliharaan ilegal di Asia, menurut Cheyne.

Owa Hainan yang ditemukan dua tahun yang lalu di pulau Hainan China, adalah mamalia paling langka di dunia, dengan hanya 25 hewan yang tersisa. Juga Owa Skywalker yang juga asli  Cina, baru saja ditemukan di pegunungan Gaoligong tahun lalu dan juga dianggap terancam punah.

 

Exit mobile version