Mongabay.co.id

Cuaca Buruk di Perairan Indonesia, Kemenhub Keluarkan Maklumat Pelayaran

Dalam dua pekan terakhir, ada lima kecelakaan kapal yang terjadi di perairan, yaitu KM Sinar Bangun tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara pada 18 Juni 2018 lalu, KM Ramos Risma Marisi tenggelam di Danau Toba pada 22 Juni 2018.

Kemudian kecelakaan antara dua speedboat terjadi di perairan Sei Nyamuk, perbatasan RI-Tawau, Malaysia, 29 Juni 2018. Insiden itu menewaskan lima orang, sedangkan dua orang mengalami luka-luka.

Selanjutnya sebuah kapal yang mengangkut 44 Tenaga Kerja Indonesia karam di perairan Tanjung Balau, Kota Tinggi, Johor, Malaysia pada 2 Juli 2018. Dan KM Maju Lestari tenggelam di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Wisnu Wardana, Humas Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Hubla Kemenhub) mengatakan beberapa musibah kapal tersebut memang terjadi dikarenakan cuaca buruk di perairan laut Indonesia.

“Beberapa musibah kapal kemarin memang terjadi pada saat cuaca buruk. Namun untuk penyebabnya menunggu hasil KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi),” kata Wisnu yang dihubungi Mongabay-Indonesia pada Jumat (06/7/2018) malam.

baca : Banyak Kecelakaan Wisata Laut di Nusa Penida Bali. Ada Apa?

 

Kapal Motor Lestari Maju karam di perairan Selayar sesaat sebelum tiba di dermaga. Penyebabnya cuaca buruk dan kebocoran di lambung kapal. Sebanyak 36 korban dinyatakan meninggal dalam kecelakaan ini. Foto: Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Dia menjelaskan dalam sepekan ini, di beberapa wilayah perairan Indonesia dalam kondisi yang tidak baik. Oleh karena itu, lanjut Wisnu, Kemenhub mengeluarkan maklumat pelayaran tentang cuaca buruk.

Maklumat pelayaran No.70/VII/DM-18 tertanggal 2 Juli 2018 tentang Waspada Bahaya Cuaca Ekstrim dari Ditjen Hubla Kemenhub ditujukan kepada Syah Bandar Utama seluruh Indonesia serta Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan seluruh Indonesia.

Maklumat itu berisi antara lain agar melakukan update informasi cuaca dari BMKG dan menyebarluaskannya kepada pengguna jasa pelayaran. Juga agar menunda pemberian surat persetujuan berlayar (SPB/port clearance) kepada kapal yang akan berlayar, apabila kondisi cuaca membahayakan keselamatan kapal, sampai cuaca di sepanjang perairan aman.

 

Kapal Tenggelam

Selasa siang (3/7/2018), Kapal Motor Lestari Maju tenggelam di perairan Kepulauan Selayar. Kapal ini berlayar dari Bira Bulukumba menuju Pelabuhan Pamatata Selayar dan karam karena cuaca buruk dan adanya kebocoran di lambung kapal. Selain mengangkut 139 penumpang, 18 motor, 14 mobil, juga membawa uang sekitar Rp30 Miliar milik BPD Selayar.

Marsudi, Humas Basarnas menjelaskan kejadian itu bermula sekitar pukul 10.00 Wita, KMP Lestari Maju bertolak dari Pelabuhan Bira Kabupaten Bulukumba menuju Pelabuhan Pamatata Kabupaten Kepulauan Selayar.

“Di perjalanan, dalam kondisi cuaca buruk, lambung kapal mengalami kebocoran, di mana air masuk ke dek lantai bawah. Dengan kondisi ini, KMP Lestari Maju merapat ke pantai Pabbadilan yang berada di Desa Bungayya, Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar,” katanya.

baca : Saatnya Indonesia Kembangkan Kedokteran Kelautan untuk Lindungi Wilayah Laut

 

KM Lestari Maju ini selain mengangkut 139 penumpang, 18 motor, 14 mobil, juga membawa uang sekitar Rp30 Miliar milik BPD Selayar. Foto: Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Kapolres Kepulauan Selayar, AKB Syamsul Ridwan pada konferensi pers, Rabu malam (4/7/2018) menjelaskan peristiwa tersebut menelan 36 korban jiwa. “Sebanyak 27 korban akan segera dikembalikan ke pihak keluarga,” ungkapnya.

Dari 36 orang korban meninggal dunia yang bisa teridentifikasi sebanyak 34 orang, dua korban lainnya berusia sekitar 50-60 tahun dan seorang bocah yang masih dalam pemeriksaan. “Seluruh korban ditemukan dalam kondisi tanpa menggunakan jaket pelampung,” jelasnya.

Berdasarkan data dari Polres Selayar, profil korban yang teridentifikasn antara lain Hari Laksono (50), Rurung (58), Marlia (44), Suryono (55), Asmawati (43), Sitti Saera (58), Abd Rasyid (60), Rini Arianti (29), Abisar (2), Rosmiati (40), Demma Campong (45), Andi Leleng (47), Syamsuddin (50), Hensi (64), Ati Mala (58), Denniamang (72), Marwani (40).

Korban lainnya Hj Salmiah (55), Abd Rasyid (40), Suryana (55), Dempa (50), Nurlia (64), Andi Junaeda (70), Norma (50), Ningsih, Haidir (2), Kartini (60), Siti Baedah (55), Jumbrah (50), Anjel (8), Andi Fitri Yuliana (3), Andi Akifa (8), Andi Hanifa (9), Andi Patta Daeng (60), Jae (50), satu mayat perempuan tanpa identitas dan seorang lagi bocah perempuan tiga tahun tanpa identitas.

 

KM Lestari Maju ini selain mengangkut 139 penumpang, 18 motor, 14 mobil, juga membawa uang sekitar Rp30 Miliar milik BPD Selayar. Foto: Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Banyak cerita berkembang terkait kejadian ini dari para korban. Awaluddin, salah seorang korban yang selamat menceritakan perjuangannya berenang melawan derasnya ombak dan akhirnya selamat setelah datangnya perahu karet penyelamat. Sayangnya, pria asal Kabupaten Sinjai ini harus kehilangan ibu dan neneknya yang tak bisa menyelamatkan diri.

“Memang saat itu cuaca buruk dan terjadi kepanikan penumpang. Padahal pelabuhan sudah terlihat di depan mata,” katanya.

Korban lainnya bernama Rosmiati. Ia adalah guru di SMKN 5 Sinjai, yang baru saja pulang dari Pelatihan Kurikulum 2013 di Hotel MaxOne Makassar.

“Ibu Rosmiati, Wakil Bendahara IGI Selayar adalah guru kesehatan menjadi korban yang meninggal dalam kecelakaan KM Lestari Maju. Mohon doanya agar almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Ia baru saja pulang dari pelatihan di Makassar,” ungkap Muhammad Ramli Rahim, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), dalam rilisnya kepada media.

 

Penumpang KM Lestari Maju melompat ke laut menyelamatkan diri menggunakan jaket pelampung, namun tak semua penumpang mendapat jaket penyelemat ini. Sebanyak 30 orang yang meninggal dikabarkan tak menggunakan jaket pelampung. Foto: Istimewa/Mongabay Indonesia

 

Penyebab Kejadian

Menanggapi kejadian ini, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, R. Agus H. Purnomo, menegaskan bahwa KM Lestari Maju sengaja dikandaskan, bukan tenggelam. Ini dilakukan nahkoda kapal sebagai upaya penyelamatan.

“Dari laporan yang disampaikan Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Bulukumba disebutkan bahwa kapal tersebut kemasukan air karena cuaca buruk dan oleh Nakhoda kapal sengaja dikandaskan agar tidak tenggelam dan memudahkan evakuasi para penumpangnya,” ujarnya.

Pernyataan ini dibenarkan oleh Daeng Paroka, pakar Teknik Perkapalan dari Universitas Hasanuddin dalam ulasannya di Tribun Timur.

“Untuk menghindari kecelakaan yang lebih fatal dengan korban jiwa yang lebih banyak, nakhoda memutuskan untuk segera mencapai perairan yang lebih dangkal sehingga kapal kandas. Proses evakuasi dan penyelamatan dapat lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan,” katanya.

Menurutnya, kerusakan mesin kemungkinan besar tak berkaitan dengan kebocoran yang terjadi. Namun kerusakan tersebut tetap perlu diinvestigasi karena dengan satu mesin yang berfungsi dan kondisi cuaca yang agak berombak menyebabkan performa kapal menjadi menurun secara drastis.

 

Seorang Balita umur 3 tahun berhasil selamat berkat dekapan ibunya. Dalam kecelakaan KM Lestari Maju ini juga ditemukan korban seorang balita yang belum diketahui identitasnya. Foto: Istimewa/Mongabay Indonesia

 

KM Lestari Maju sendiri diketahui merupakan modifikasi dari LCT (Landing Craft – Tank atau Kapal Pendarat Tank) menjadi kapal feri dan terdaftar di Pelabuhan Pontianak. Status kapal sementara dalam proses registrasi di Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk mendapatkan status klas.

Survei terakhir yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi Indonesia pada kapal tersebut adalah pada Bulan Maret 2018 ketika naik dok di salah satu galangan yang ada di Makassar. Ini adalah survei pertama yang dilakukan oleh BKI Cabang Makassar terhadap kapal ini, di mana sebelumnya ditangani oleh BKI Cabang Sorong.

Menurut Daeng Paroka, sejak awal pengoperasiannya kapal tersebut telah disoroti banyak pihak terkait kelaikannya. Selain sudah tua, akomodasi untuk penumpang sangat minim, kecepatan operasi yang rendah apalagi pada saat kondisi cuaca bergelombang.

Daeng Paroka memperkirakan kapal mengalami kebocoran pada satu atau lebih kompartemen (kemungkinan lebih dari 2 kompartemen) sehingga kapal miring ke kiri. Akibat kemiringan tersebut kendaraan yang ada di geladak utama dan geladak di atas geladak utama ikut bergeser ke kiri sehingga kemiringan kapal semakin besar.

Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran dan pengalaman agar tidak menjadi penyebab kecelakaan lagi di masa yang akan datang.

“Banyak peraturan keselamatan pelayaran berlaku saat ini didasari oleh kecelakaan yang telah terjadi sebelumnya. Hasil investigasi ini pun diharapkan untuk semakin menguatkan dan meningkatkan keselamatan pelayaran di Indonesia,” tambahnya.

“Apa pun hasil kesimpulan penyebab kecelakaan KMP Lestari Maju harus menjadi dasar untuk membangun sistem transportasi laut yang aman dan nyaman di masa yang akan datang. Tidak mungkin membangun sistem transportasi dengan tingkat keselamatan seratus persen tetapi sangat mungkin untuk meminimalkan kecelakaan yang dapat terjadi,” imbuhnya.

 

Exit mobile version