Mongabay.co.id

Dugong dengan Luka Sayatan dan Terikat Ekornya Ditemukan Mati di Pesisir Sanur. Kenapa?

Seekor duyung ditemukan sudah mati saat ditemukan di pinggir pantai. Tali tambang plastik berwarna biru mengikat ekornya. Belasan goresan, diduga dari baling-baling kapal motor, bekas sayatan pisau di ekor, dan lubang pernafasan sebelah kanan mengeluarkan darah.

Demikian sebagian identifikasi dari para pihak yang melakukan pemeriksaan. Seekor dugong (Dugong dugon) betina dewasa ini terdampar mati di Pantai Padang Galak, Sanur, Kota Denpasar pada Sabtu (7/7/2018) sore.

Sejumlah pihak melakukan identifikasi seperti pengukuran dan pengukuran sampai Sabtu malam. Mereka adalah Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, TCEC Serangan, Dosen FKP Unud, Pecalang Padang Galak, dan masyarakat sekitar. Panjang totalnya 2,08 meter, lingkar badan tengah 1,26 meter, lingkar badan flipper 1,20 meter.

Hal lain yang ditemukan ada darah keluar dari kelamin, kelamin menggelembung, dan badan mulai membesar. “Kami belum bisa memastikan penyebabnya, dari dugaan awal banyak luka goresan baling-baling kapal, dan ada 2 luka sayatan di ekor belakang (caudal), salah satu kemungkinan disebabkan oleh seringnya tertabrak kapal,” urai Permana Yudiarso, Kepala Seksi Program dan Evaluasi BPSPL Denpasar.

baca : Miris…Dugong Mati Terdampar di Polman, Malah Dijual untuk Konsumsi

 

Seekor dugong (Dugong dugon) betina dewasa ini terdampar mati dengan kondisi terikat tali plastik biru ekornya dan terluka belasan goresan, diduga dari baling-baling kapal motor, bekas sayatan pisau di ekor, di Pantai Padang Galak, Sanur, Kota Denpasar pada Sabtu (7/7/2018) sore. Foto : BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Pantai Padang Galak, Sanur memang perlintasan kapal motor cepat atau fastboat ke pulau-pulau di Kawasan Nusa Penida. Tiap hari satu kapal bisa bolak balik empat kali dengan perjalanan sekali angkut antara 30-45 menit. “Sangat sibuk dan juga tempat dugong mencari makanan, di sini masih banyak lamun,” lanjut Yudi, panggilannya.

Dilihat dari ukuran, dugong betina cukup dewasa. Namun tidak terlihat ciri-ciri dugong menyusui karena puting tidak terlihat seperti bekas menyusui.

Ida Ayu Dian Kusuma Dewi, Koordinator Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia atau Indonesia Aquatic Megafauna (IAM) Flying Vet mengatakan dari observasi sementara beberapa luka tidak terlihat baru karena pinggirannya sudah menumpul dan berwana gelap (tidak fresh). Luka ini tidak terlalu dalam.

Namun ada temuan ekor terikat tali. “Kami masih menduga-duga, jika memang tali ini tidak dibuat didarat saat kejadian terdampar dilaporkan, bisa jadi ini adalah bukti bahwa sebelumnya dugong diikat dengan maksud tertentu,” katanya. Misalnya tidak sengaja ditemukan kemudian ditangkap dan diikat pada kapal. Atau kemungkinan ingin dipelihara.

Ikhwal penemuan ini dari laporan warga yang diterima sekitar pukul 4 sore dan Tim Respon Cepat BPSPL Denpasar segera ke lokasi. Berkoordinasi dengan tim IAM Flying Vet dan TCEC Serangan untuk membantu.

baca : Miris.. Duyung Terdampar Di Pantai Ini Malah Dipotong-potong dan Dijual

 

Sejumlah pihak meneliti seekor dugong (Dugong dugon) betina dewasa ini terdampar mati di Pantai Padang Galak, Sanur, Kota Denpasar pada Sabtu (7/7/2018) sore. Foto : BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Tiba di lokasi sekitar pukul 5 sore dan bertemu Rian, salah seorang warga yang menjaga dan melaporkan ke media sosial. Tim melakukan identifikasi dan pengukuran morfometri. Setelah itu tim menguburkan dugong di dekat lokasi, sekitar 100 meter dari garis pantai.

Dari data rekap data BPSPL dan media, pada 2 Oktober 2016 ditemukan dugong di Tanjung Benoa, Badung. Pada 2009 juga ada kasus penemuan dugong di Tanjung Benoa. Dari situs coralguardian.com, pada 2015 didokumentasikan seekor dugong dilihat berenang di perairan dangkal selama 20 menit di Uluwatu, Badung.

Terakhir, pada 20 Maret 2017 dugong ditemukan mati di pesisir Gerokgak, Buleleng.

Dikutip dari dugongconservation.org, populasi dugong di Indonesia masih belum diketahui. Perkiraan pada 1970-an dan 1994 diperkirakan populasi dugong Indonesia terdiri dari 10.000 dan 1.000 individu. Namun, angka-angka ini dianggap sedikit lebih dari dugaan, dan sedikit data ilmiah tersedia pada distribusi dugong dan kelimpahan di perairan Indonesia.

Dalam situs ini ada sejumlah dokumentasi dan penelitian terkait dugong dan padang lamun, Indonesia disebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dari lamun, tetapi tidak ada peta distribusi lengkap spesies lamun di seluruh Indonesia, dan hanya ada sedikit informasi mengenai hilangnya padang lamun di wilayah tersebut.

baca : Kisah Para Pemburu Dugong di Teluk Bogam

 

Seekor dugong (Dugong dugon) betina dewasa ini terdampar mati di Pantai Padang Galak, Sanur, Kota Denpasar pada Sabtu (7/7/2018) sore akhirnya dikubur. Foto : BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Di beberapa wilayah Indonesia dugong diyakini mewakili perempuan yang bereinkarnasi dan dihormati serta dilindungi. Namun, gigi, taring, puting dan air mata mereka (diekstraksi dari saluran air mata mereka) dianggap memiliki sifat magis, sebagian besar sebagai aphrodisiacs, dan mereka diburu untuk tujuan ini.

Beberapa orang Indonesia mengkonsumsi daging dugong, sementara di berbagai daerah taring mereka digunakan untuk membuat artefak agama, pipa atau pegangan alat. Beberapa lokasi masyarakat adat menggunakan tulang dugong sebagai obat untuk mengobati diabetes dan tekanan darah tinggi.

Duyung menghadapi berbagai ancaman di perairan Indonesia termasuk yang ditimbulkan oleh: tangkapan sampingan yang tidak disengaja (by-catch), praktek penangkapan ikan yang merusak, berburu, dan serangan kapal. Selain itu, habitat lamun mereka terancam oleh pembangunan pesisir, aliran sungai, endapan lumpur, dan pencemaran.

WWF mencatat duyung merupakan salah satu dari 35 spesies mamalia laut yang ada di Indonesia. Duyung juga biasa disebut dugong. Kata “dugong” berasal dari bahasa Tagalog yang berarti “nona laut/ lady of the sea”. Dugong merupakan herbivora yang makanan utamanya adalah tumbuhan lamun (seagrass). Satwa ini berkerabat dekat secara genetis dengan gajah. Dugong dapat ditemukan di perairan dangkal di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik.

baca : Jokowi : Ikan Putri Duyung Hanya Cerita. Begini 20 Fakta Sebenarnya Tentang Duyung

 

Seekor duyung (Dugong dugon) sedang memakan lamun di perairan Filipina. Foto : Jürgen Freund/WWF/Mongabay Indonesia

Di Indonesia, dugong tersebar di hampir semua kawasan pesisir di Indonesia, utamanya di area-area padang lamun yang menjadi habitat pakannya (feeding ground). Satwa ini kemungkinan besar dapat dijumpai di perairan Bintan, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Teluk Cenderawasih di Papua.

Perdagangan bagian tubuh duyung juga dilarang karena satwa ini termasuk ke dalam Apendiks I dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Melalui Peraturan Pemerintah No.7/1999 dan UU No.5/1990, dugong dilindungi.

Sejak tahun 2016, WWF-Indonesia bersama dengan Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor berupaya menjaga keberadaan makhluk kharismatik tersebut melalui Program Konservasi Dugong dan Lamun di Indonesia (Dugong and Seagrass Conservation Project/DSCP Indonesia).

DSCP Indonesia diinisiasi untuk mengumpulkan data dan informasi tentang duyung dan lamun. Juga mendorong pengelolaan masyarakat yang diberdayakan melalui skema insentif dan pengenalan praktik perikanan berkelanjutan.

 

Exit mobile version