Mongabay.co.id

Api Lalap Hutan Medang Kampai, Sampai Juli 1.900 Hektar Lahan Terbakar di Riau

Kebakaran gambut di Medang Kampai, Riau. Foto: dokumen warga/ Mongabay Indonesia

 

 

Edi, anggota Masyarakat Peduli Api, sudah empat hari ini berjibaku padamkan api di hutan Medang Kampai,  tepatnya di RT04, Kelurahan Mundam, Dumai, Riau. Bersamanya, sekitar 20 orang Polsek Medang Kampai, masyarakat peduli api, TNI dan beberapa karyawan perusahaan turut membantu.

Mereka gunakan tiga mesin robin, satu ukuran besar dari Wilmar ditambah satu alat berat. Sumber air mereka peroleh dari parit di sepanjang jalan yang tak berapa jauh dari lokasi terbakar.

“Sekitar 400 meter dari situ sebenarnya ada sekat kanal,” katanya, saat dihubungi lewat telepon.

Rabu pagi, (4/7/18), seperti biasa, Edi patroli dengan sepeda motor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau. Dia rutin lakukan itu dari pagi hingga sore.

Pagi hari,  Edi belum lihat ada kebakaran. Baru tahu kebakaran saat melintas sore. “Kayaknya siang sudah mulai terbakar.” Edi langsung menghubungi anggota dan tim lain.

Sejak itu, tiap pagi hingga sore mereka berjibaku memadam api. Bantuan dari udara baru datang di hari keempat. Dua helikopter dari Dumai dan satu dari Pekanbaru melakukan water boombing.

Pelu lima hari Edi dan tim memadamkan api. Dia was-was api terus menjalar jika usaha mereka tak berhasil. “Sudah satu bulan tak ada hujan. Takutnya air diparit tak cukup.”

Lokasi terbakar semak belukar dengan beberapa tegakan pohon besar. Di depan dan belakang bersempadan dengan kebun sawit perusahaan. Sebagian baru ditanam,  sebagian lagi sudah masa panen.

Edi tak tahu nama perusahaan itu tetapi karyawan mereka ikut padamkan api.

Seingat Edi, hutan yang terbakar sempat digarap beberapa orang. Pembukaan lahan dan pembuatan parit sempat dilakukan, namun tak berlanjut karena  ada yang melarang. Siapa yang larang, Edi tak tahu.

Pada beberapa pohon dalam area terbakar, ada sejengkal papan informasi dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau, memberitahu, lokasi itu Taman Wisata  Alam Sungai Dumai.

TWA Sungai Dumai mulai ditunjuk pada 1970. Setelah tata batas, SK penetapan keluar 1990 seluas 4.712 hektar. Sekarang, hampir separuh, kata Zanir, Kasi Konservasi Wilayah IV BBKSDA Riau, dirambah masyarakat untuk pemukiman dan tanam sawit.

Dalam hutan ini ada beragam jenis kayu seperti meranti dan kelat. Hidup pula beberapa  satwa seperti, trenggiling, rangkong dan beruang madu.

“Kita membagi area jadi tiga blok. Blok wisata, blok khusus dan blok perlindungan,” kata Heru Sutmantoro, Kabid Wilayah II BBKSDA Riau.

Edwar Sanger, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, sekaligus Wakil Komandan Satgas Operasional Karhutla, menyampaikan perkembangan pasca status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan diperpanjang 1 Juni-November 2018.

Hingga petang 9 Juli 2018, terpantau satu hotspot di Bengkalis melalui satelit NOAA. Cuaca di Riau cerah berawan. Potensi hujan dengan intensitas ringan maupun sedang disertai petir dan angin kencang kemungkinan di sebagian besar Riau pada sore, malam dan dini hari.

 

Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Rawa Mekar Jaya, Siak sedang memadamkan api yang hingga Senin (26/2/18) belum semua padam. Foto: FB Setiono/Mongabay Indonesia

 

Angin bertiup dari arah barat ke barat laut dengan kecepatan 3-10 knot atau 5-18 kilometer per jam.

Informasi perkiraan kebakaran diterima Edwar dari BMKG Pekanbaru, menyebutkan, Riau bagian timur dalam kategori mudah hingga sangat mudah terbakar. Meski begitu, dalam laporan itu menyebutkan,  kondisi masih kategori aman.

Indeks standar pencemaran udara (ISPU) tiga wilayah tercatat dalam kondisi sedang. Pada dua lokasi di Rokan Hilir, yakni Bangko dan Libo berada pada konsentrasi 69 dan 56. Lalu, di Duri Field, Bengkalis pada konsentrasi 57.

Untuk pemadaman api lewat udara, Riau dapat dua heli tambahan jadi ada enam heli dari BNPB siap beroperasi. Dua tipe,  Kamov KA-32A (RA-31063) dan Kamov KA-32A (RA-31035) menunggu perpanjangan kontrak BNPB.

Ada juga satu heli dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tiga heli bantuan Sinarmas dan satu TNI Angkatan Udara.

“Patroli dan sosialisasi dari seluruh jajaran Kodim, BPBD dan Manggala Agni terus dilakukan,” kata Edwar.

 

Lahan terbakar

Data terakhir diterima Edwar, dari awal tahun hingga 9 Juli 2018, sudah 1.903,21 hektar lahan terbakar. Bertambah 32,25 hektar sejak status siaga darurat diperpanjang. Rinciannya, Rokan Hulu satu hektar, Rokan Hilir (110,25), Dumai (135), Bengkalis (350), Meranti (896,61), Siak (131,5), Pekanbaru (34,6), Kampar (21,75), Pelalawan (63), Indragiri Hulu (128,5) dan Indragiri Hilir 31 hektar.

Selain itu, informasi dari Satgas Penegakan Hukum telah menangani tujuh kasus kebakaran hutan dan lahan, semua kasus perorangan.

Enam orang ditetapkan sebagai tersangka, masing-masing di Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hulu, Kampar satu tersangka dan Dumai dua tersangka.

Perkembangannya, tiga kasus dalam tahap lidik dan empat dinyatakan berkas lengkap (P21).

Sedangkan, hasil patroli dengan heli bell 214 (PK-DAS) milik KLHK menemukan, tiga titik api di Tanjung Penyembal, Sungai Sembilan, Dumai, satu titik di Rantau Bais Rokan Hilir, satu di Tasik Serai Timur Bengkalis, dua di Teluk Kelasa, satu di Sencalang, satu di Kemuning Indragiri Hilir, satu di Air Hitam Pelalawan dan tiga titik di Lubuk Kembang Bunga Pelalawan.

“Pokoknya, begitu melihat api kita langsung padamkan. Karena tugas kita sekarang bukan untuk amankan Asian Games saja. Riau akan jadi tuan rumah Hakteknas 2018,” kata Edwar, usai rapat di kantor Gubernur Riau.

Puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Pekanbaru, 10 Agustus. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir telah meluncurkan kegiatan ini 11 Februari lalu, menandakan telah dimulai beberapa rangkaian kegiatan jelang hari puncak. Acara ini pertama kali di Sumatera sejak 1995.

 

Keterangan foto utama: Kebakaran gambut di Medang Kampai, Riau. Foto: dokumen warga/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version