Mongabay.co.id

Sebelas Badak Langka Direlokasi, dan Delapan Diantaranya Mati. Apa yang Terjadi?

Delapan badak hitam mati secara mengenaskan setelah diangkut dari  Nairobi, ibukota Kenya ke Taman Nasionak Tsavo East di negara tersebut, yang berjarak 400 km lebih.

Pemerintah Kenya rencananya memindahkan  (translokasi) 14 badak hitam, untuk melindungi spesies itu dari para pemburu, dan agar populasi badak hitam kembali tumbuh terutama di Kenya.

Akan tetapi ketika proses pemindahan 11 badak hitam dilakukan, 8 individu diantaranya malah mati.

Para pejabat di Kenya Wildlife Service (KWS)  telah mengonfirmasi matinya kedelapan badak dan menyatakan investigasi telah dilakukan sebelum informasi itu sampai ke publik. Relokasi satwa langka yang terancam punah ini itu dilakukan dengan membius mereka hingga tertidur selama perjalanan dan kemudian menyadarkan binatang itu selama proses pemindahan.

World Wildlife Fund (WWF) yang bermitra dengan KWS untuk memfasilitasi langkah tersebut, mengakui bahwa translokasi, atau gerakan hewan hidup yang dikelola dari satu habitat ke habitat lainnya, menimbulkan risiko yang sangat besar terhadap spesies.

Ukuran besar sang badak dan beratnya yang mencapai 1,3 ton harus dibius untuk melakukan perjalanan panjang di bak truk. Tetapi karena badak hitam menghadapi ancaman yang lebih besar di lokasinya, menurut WWF translokasi penting untuk dilakukan demi menjaga populasinya.

 

baca : Sudan, Badak Jantan Terakhir di Dunia Itu Telah Tiada

 

Proses pemindahann badak hitam Afrika. Foto : African Parks

 

Di Nairobi, populasi badak sudah melebihi daya tampungnya, dan kepadatan populasi ini  mempercepat penyebaran penyakit dan menurunkan tingkat reproduksi badak. Kenya Wildlife Service melaporkan kini ada 745 individu badak hitam di negara itu di tahun  2017, sementara itu hanya tersisa sekitar 5.000 individu tersebar di seluruh benua Afrika.

Kementerian Pariwisata Kenya menyatakan bahwa, berdasarkan investigasi awal yang dilakukan oleh KWS, kematian delapan badak itu kemungkinan disebabkan keracunan garam setelah minum air yang berbeda di tempat baru mereka. Menurut para pekerja di margasatwa tersebut, kadar garam air minum badak-badak tersebut lebih tinggi dari air yang biasa mereka minum di habitat sebelumnya.

Pemerintah tidak menyebutkan kapan badak itu mati, tetapi mengatakan angka kematian yang tinggi dalam transportasi semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.

Pemerintah Kenya akan memberikan laporan  lengkap tentang kejadian ini pekan depan dan berjanji akan  menjatuhkan sanksi berat jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemindahan satwa-satwa tersbeut itu.

baca : Apakah Pemindahan Badak dari Afrika ke Australia Sebagai Langkah Perlindungan yang Tepat?

 

Seekor badak hitam betina di Afrika Timur. Foto : Rhett A. Butler/Mongabay Indonesia

 

Meski  tujuannya baik,  tapi menurut sebuah penelitian tahun 2012, sebagian besar upaya translokasi tidak dapat dibenarkan dari perspektif konservasi,  terutama jika perencanaannya buruk, seperti dilansir dari Newsweek. Pada tahun  2015, para peneliti melayangkan kritik terhadap upaya translokasi satwa karena telah menempatkan satwa di habitat yang salah, yang waktu itu adalah karena habitat barunya sangat rawan konflik pemanfaatan lahan.

Karena jumlah satwa liar Afrika telah menurun drastis akibat perburuan dan hilangnya habitat, para pelestari lingkungan dan pemerintah kini semakin berupaya melakukan translokasi di tempat-tempat terpencil di mana mereka lebih terlindung dari ancaman kepunahan dan populasinya meningkat.

Sebuah LSM bernama African Parks , telah merelokasi beberapa spesies yang terancam punah di berbagai kawasan di benua Afrika, termasuk badak hitam, yang telah diterbangkan dari Afrika Selatan ke Rwanda dan Chad. Kenya memindahkan 149 badak antara 2005 dan 2017. Namun delapan dari mereka meninggal, jumlah ini tidak termasuk badak hitam di Tsavo East yang mati belum lama ini.

Ini membuktikan bahwa upaya translokasi adalah upaya berbahaya dan penuh resiko. “Memindahkan badak adalah sebuah upaya  yang rumit dan berisiko, mirip dengan memindahkan emas batangan. Perlu perencanaan yang sangat hati-hati dan tingkat keamanan yang prima karena nilai tak terhingga dari satwa langka ini,” kata Paula Kahumbu, dari  Wildlife Direct seperti dikutip dari Washington Post.

 

baca juga :  Antisipasi Punahnya Badak Jawa, Rencana Habitat Kedua Kembali Menggema

 

Badak hitam yang hidup di Afrika. Foto: International Rhino Foundation

 

Populasi badak hitam Kenya terus turun dalam kurun waktu  1970-an dan 1980-an, yang dari awalnya 20.000 individu menjadi sekitar 250. Menurut WWF, saat ini yang tersisa hanya  sekitar 650 individu. Turunnya populasi ini dikarenakan badak hitam menjadi target para pemburu yang mengincar culanya untuk dijual di Asia, terutama ke China dan Vietnam.

 

Exit mobile version