Mongabay.co.id

Sianjur Mula-Mula, Rumah Belajar Anak Batak Toba Mengenal Indonesia

 

Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula namanya. Bangunan khas Batak Toba yang berada di Kampung Hutabalian, Desa Sianjur Mula-mula, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, Sumatera ini, didirikan untuk anak-anak setempat belajar mengenal budayaannya. Juga, menghormati peninggalan leluhur, hingga mencintai alam Indonesia beserta kekayaannya.

Meski di dalamnya hanya tersedia papan tulis hitam, namun semangat generasi muda ini menuntut ilmu menggebu. Tumpukan sejumlah buku mulai dari sejarah budaya Batak Toba, geografi Indonesia, dan ekonomi, terpajang rapi.

Setiap anak, tak terkecuali tamu, yang masuk rumah belajar wajib memakai sarung. Mereka juga diharuskan membawa kain ulos yang dikenakan di pundak, sebagai tanda bersungguh belajar.

Adalah Nagoes Puratus Sinaga, pemuda adat Batak Toba, penggagas awal pendirian rumah belajar ini. Dia mengatakan, rumah belajar tidak hanya mengajarkan pendidikan, tapi lebih luas lagi yaitu wawasan budaya. “Anak-anak harus memakai sarung. Ini kewajiban final untuk melestarikan budaya Batak Toba. Harapan utamanya adalah menjadi contoh untuk generasi   yang lebih tua dari usia mereka,” jelasnya.

Baca: Foto: Satwa Liar Penjaga Ekosistem Danau Toba

 

Anak anak suku Batak Toba duduk di depan Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula, Samosir, Sumatera Utara. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Saat ditanya kondisi budaya Batak Toba saat ini, Nagoes mengatakan perkembangan zaman membuat budaya mereka perlahan terkikis. “Dari rumah Belajar Sianjur Mula-Mula, kami  sampaikan bahwa ulos tidak hanya dipakai saat pesta adat, tapi harus dikenalkan pada masyarakat luas sebagai identitas Batak Toba. Itu sebabnya, belajar di sini harus pakai sarung dan ulos,” jelasnya.

 

Belajar mengenal budaya leluhur Batak Toba dan budaya beserta lingkungan Indonesia diajrakan di Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Nagoes mengatakan, semua anak yang belajar memang berasal dari desanya. Karena sifat sekolah ini non-formal, maka tidak ada paksaan untuk para siswa. Usia anak didik dari belum sekolah hingga kelas 6 SD. Di umur ini, hal-hal positif ditanamkan. Jika sudah SMP terlebih SMA agak sulit dibentuk.

“Konsep pendidikan yang kami kembangkan adalah mengenal Indonesia dengan ragam budaya dan lingkungannya. Mereka harus tahu dan bangga,” ujarnya.

Baca juga: Masyarakat Sihaporas Tak Pernah Lelah Perjuangkan Tanah Adatnya

 

Ini adalah gambar cicak hasil kreasi anak-anak penerus budaya Batak Toba di Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Menghargai budaya

Di Rumah Belajar Sianjur Mula-Mula, anak-anak diarahkan menghargai perbedaan budaya. Ini penting, untuk menghindari perpecahan. Bhinneka Tunggal Ika harus dipedomani, meski berbeda tetap satu jua.

“Materi ini kami perdalam. Anak-anak banyak yang belum tahu jumlah provinsi yang ada di Sumatera, bahkan Indonesia, dan ini harus diajarkan sejak dini. Selain itu, budaya yang kita miliki harus dipertahankan agar tidak mudah hilang dari serangan budaya global,” tutur Nagoes.

 

 

Nagoes melanjutkan, terkait pariwisata, konsep investasi, dan investor yang ingin masuk ke kawasan Danau Toba, langkah yang harus dilakukan adalah membenahi dulu apa yang ada di masyarakat. Dengan begitu, siapa saja yang datang, harus taat hukum adat. Hukum dipatuhi tanpa pandang bulu.

“Kami setuju Danau Toba dijadikan kawasan strategis, tetapi konsepnya harus  berbasis budaya dan masyarakat adat. Jika tidak, maka akan selalu ada penolakan,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version