Mongabay.co.id

Puluhan Yaki, Paruh Bengkok dan Kura-kura Lepas Liar, Ini Foto-fotonya…

Pelepasan yaki ke habitatnya di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Riuh terdengar dari kandang besar di  kawasan penyangga Cagar Alam Gunung Sibela.  Kandang ini ternyata berisi puluhan  paruh bengkok siap rilis ke alam Kamis (19/7/18). Kantor Seksi Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) bersama  Polairud Polda Malut,  Polres Halsel, kesultanan dan Burung Indonesia, dan berbagai pihak lain lakukan pelepasliaran bersama di lokasi tak jauh dari  kebun demonstrasi plot (demplot) Dinas  Pertanian dan Ketahanan  Pangan, Halmahera Selatan.

Tak hanya pelepasliaran paruh bengkok (kakatua putih 30, kasturi Ternate 10, kasturi bayan 9 dan kalung ungu satu), juga 29 yaki (Macaca nigra) bersama 20 kura-kura air tawar. Satwa-satwa ini lepasliar di lokasi berbeda. Paruh bengkok di daerah penyangga Cagar Alam Sibela, yaki dan  kura-kura air tawar Hutan Sayoang,  Bacan Timur.

Meskipun  demikian,  saat pelepasan ada beberapa paruh bengkok    belum bisa terbang jauh meninggalkan kandang.  Perlu beberapa jam baru meninggalkan kandang  dan terbang ke alam bebas.

“Paruh   bengkok belum agak lama berputar-putar dekat kandang induk karena perlu penyesuaian setelah sekian lama  dalam kandang,” kata Wahyuni,  dokter hewan yang ikut membantu BKSDA merawat satwa-satwa ini.

 

Nuri bayan, salah satu satwa sitaan yang siap lepasliar. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Untuk pelepasan yaki dan  kura-kura air tawar berjalan lancar.

Yaki, saat lepas langsung berlari masuk hutan. Mereka seakan lega kembali ke rumahnya.

Abas Hurasan, Kepala KSDA Maluku Utara menjelaskan,   satwa-satwa ini lepas liar setelah proses perawatan  dan pemeriksaan sejak 2 Juni lalu.

“Syukurlah, kami dibantu beberapa pihak hingga perawatan dan pemeliharan berjalan lancar sampai pelepasliaran,” katanya.

Dengan perawatan intensif, katanya, satwa-satwa ini bisa pulih dan  kembali ke alam liar. Dua hari sebelum pelepasan,  satwa-satwa diangkut dengan mobil ke Bacan, lalu sambung dengan kapal Fery. Sampai di Bacan, ditempatkan di beberapa kandang besar, sebelum pelepasliaran.

 

Kura-kura air tawar sesaat sebelum pelepasliaran. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Paruh bengkok, katanya, dilepas  di kawasan penyangga cagar alam, sebagai tempat hidup juga banyak pakan, karena hutan masih terpelihara baik. “Yaki juga dilepasliarkan ke hutan  lebat. Tentu banyak  makanan di sana,”katanya.

Simon Purser,  Senior Consultant  Wallacea Nature Conservation Consulting bersama  rekan- rekannya   membantu KSDA merawat  satwa-satwa  ini.

Baginya, pelepasliaran ini sudah sesuai karena melalui pemeriksaan dan pemantauan intensif selama satwa masuk kandang KSDA. Dia bilang, awalnya satwa-satwa ini stres berat.  Yaki, kata Simon, hampir semua alami dehidrasi. Bahkan banyak luka-luka karena sesama saling menyerang.  Ada juga yaki kurang nutrisi hingga terancam mati.

Karena usaha semua pihak,  katanya, satwa bisa pulih dan  kembali ke habitat.

“Satwa-satwa ini dilepasliarkan di kawasan tak jauh dari daerah jelajah. Yaki  memiliki daerah jelajah sekitar 200 hektar.” Satwa-satwa ini,  sitaan Polairud Polda Malut di Perairan Bacan. Satwa-satwa ini akan diselundupkan ke Filipina, Kamis (30/5/18).

 

Keterangan foto utama: Pelepasan yaki ke habitatnya di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Paruh bengkok, siap dilepasliarkan di Bacan, Maluku Utara. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia
Pelepasliaran kura-kura sitaan di Bacan, Halmahera Selatan, Malut. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia
Persiapan pelepasliaran yaki di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version