Mongabay.co.id

Menyedihkan.. Seekor Paus Terdampar dan Membusuk di Pantai Sikka, Malah Diambil Warga

Seekor paus yang diduga paus balin atau paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) terdampar di pantai Liwung Pireng, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Paus yang berukuran panjang sekitar 18 meter itu sudah mati dan menjadi bangkai, diduga telah terdampar sekitar seminggu.

Paus yang diduga telah terdampar seminggu ini mulai membusuk dan hanya tersisa bagian badan. Bagian kepalanya pun tidak ditemukan, meski telah dicari di pesisir pantai sejak dari desa Hepang hingga desa Kolidetung.

Seorang warga desa Hepang, Blasius Lincianus Nong yang ditemui Mongabay Indonesia, Senin (30/7/2018) menyebutkan  mamalia laut raksasa itu terdampar Rabu (25/7/2018) sore usai terjadinya gelombang besar setinggi 6 meter yang menerjang pantai.

“Sore itu ada warga yang melihat (paus) di pantai tersebut tapi tidak ada yang berani mendekat soalnya gelombang sangat tinggi. Lagipula lokasi tempat terdampar tersebut diyakini warga sebagai tempat keramat jadi warga takut. Besok paginya Kamis (26/7) baru diketahui bahwa itu seekor paus,” tuturnya.

baca : Paus Sperma Terdampar di Pantai Kepo Sabu Raijua. Bagaimana Nasibnya?

 

Bangkai seekor paus balin yang terdampar dan telah membusuk di Pantai Liwung Pireng, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Flores, NTT pada Senin (30/7/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Mengambil Tulang

Mongabay Indonesia yang datang ke lokasi pada Senin (30/7) pagi, melihat isi perut paus tersebut berserakan di pesisir pantai dan ada bagian yang terombang-ambingkan gelombang.

Bau menyengat tercium dari jalan raya yang berjarak sekitar 10 meter dari pesisir pantai, dan makin menyengat ketika mendekati bangkai. Terlihat beberapa remaja laki-laki sedang memotong tulang mamalia laut ini menggunakan parang.

“Di pantai sini pernah dua kali paus terdampar. Pertama sekitar tahun 70-an dan yang terakhir awal tahun 90-an dan dua kasus ini paus yang terdampar sudah mati terlebih dahulu baru terbawa gelombang ke pesisir pantai,” sebut Blasius.

baca juga : Paus Sperma Dihalau ke Laut Setelah Ditunggangi Banyak Orang

 

Seorang warga dari luar desa Hepang dan Kolidetung berdatangan mengambil tulang paus balin yang terdampar di Pantai Liwung Pireng, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, kabupaten Sikka, Flores, NTT, pada Senin (30/7/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Marselinus Yosef, warga desa Hepang lainnya mengakui sejak Minggu (29/7) siang, beberapa warga desa Hepang mendatangi lokasi dan mengambil tulang bagian badan dan leher sebanyak 8 lembar berukuran besar dan dibawa menggunakan gerobak menuju desa Hepang yang berjarak satu kilometer dari lokasi.

Marselinus mengakui tulang paus mudah diambil karena bangkai sudah lembek dan tulang rusuknya pun mudah terlepas. Dirinya memperkirakan paus tersebut sudah sekitar seminggu terombang-ambing di laut sebelum terdampar di pantai tersebut.

“Kami mengambil tulang paus ini untuk dijadikan cendera mata dan kenang-kenangan. Saya ambil yang dibagian leher berbentuk bulat dan bisa dipergunakan untuk dijadikan kloset wc, “ tuturnya.

menarik dibaca : Miris.. Daging Lumba-Lumba dan Kima Dijual di Pasar Waiwadan Flores Timur

 

Tulang paus yang telah diambil warga desa Hepang, kecamatan Lela, Sikka, NTT pada Senin (30/7/2018) sedang dijemur di halaman rumahnya. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Bisa Cemari Laut

Evi Odjan dari LSM Missol Baseftin cabang Larantuka kepada Mongabay Indonesia menyarankan agar bangkainya dikuburkan agar tidak mencemari lingkungan. Masyarakat juga diminta tidak mendekati bangkai paus itu.

Ikram M. Sangaji, Kepala Badan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang kepada Mongabay Indonesia, Senin (30/7/2018) mengatakan, bangkai paus tersebut pasti mencemari laut karena bakteri dalam usus dan daging akan mencemari air laut. Air laut bakal menyerap bahan cemar dari bangkai itu bila melewati ambang batas perairan.

“Kandungan kimia dalam struktur air laut memiliki kemampuan menetralkan kestabilan perairan sehingga jika jumlah bahan cemar tidak melewati ambang batas, “ terang Ikram.

Selain itu, satwa laut pemakan bangkai bakal mengkonsumsi usus dan daging yang telah terkontaminasi bakteri. Dan satwa laut yang ikut makan bangkai tersebut dan bersifat pemakan filter feeders seperti hiu paus dan pari manta juga akan menyerap bakteri dalam bangkai tersebut.

Dikhawatirkan jika kandungan bakterinya sangat tinggi dalam bangkai, tambahnya, dan dimakan oleh satwa laut lainnya maka akan masuk rantai makanan termasuk jenis ikan yang dikonsumsi masyarakat.

baca juga : Ritual Penyelamatan Paus Biru di Lembata

 

Seorang anak sedang memgambil minyak dari bangkai seekor paus berukuran panjang sekitar 15 meter dan tinggi sekitar 3 meter yang terdampar di pantai Bitan kota Ende kabupaten Ende, NTT pada Sabtu (19/8/2017). . Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Camat Lela, Ricardus Piterson mengakui pihaknya sudah mengetahuinya dan melihat paus itu terdampar sejak Rabu (25/7). Namun pihaknya sulit melakukan evakuasi sebab bangkai paus berada di atas bebatuan di pesisir pantai dan kondisi tubuh ikan sudah hampir hancur.

Sedangkan Ikram menduga kemunkinan paus itu mati akibat dibunuh atau dibom dan juga badan paus mengenai baling-baling kapal sehingga terluka dan mati.

Dalam kurun waktu 7 bulan terakhir tercatat 2 ikan hiu paus terjaring pukat nelayan di Sikka. Kejadian pertama pada Minggu (10/12/2017) dimana seekor hiu paus (Rhincodon typus) dengan panjang 15 meter dan lebar 2 meter, ditangkap nelayan Wairotang, kecamatan Kewapante.

Ikan dengan sebutan lokal hiu bodoh itu, terperangkap jaring nelayan dalam kondisi hidup. Kemudian hiu tersebut ditarik ke darat dan dibiarkan selama 2,5 jam hingga mati ,lalu disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang memberikan imbalan uang secara sukarela.

Kejadian kedua pada Sabtu (26/5/2018) pagi, nelayan dusun Bidara, desa Sikka, kecamatan Lela, menemukan seekor hiu raksasa dengan berat kurang lebih 1 ton dan panjang kurang lebih 5 meter, Saat ditemukan hiu paus ini sudah dalam keadaan mati sehingga ditarik nelayan ke pantai lalu dagingnya dipotong-potong dan dijual.

Peristiwa lainnya, seekor paus berukuran panjang sekitar 15 meter dan lebar sekitar 3 meter ditemukan warga terdampar di Pantai Bitan, Kota Ende, Kabupaten Ende  pada Sabtu (19/8/2017). Paus tersebut pun sekujur tubuhnya berwarna hitam dan diduga terkena bom yang dilakukan oleh nelayan pulau Ende.

 

Exit mobile version