Mongabay.co.id

Aksi Warga Buton Selamatkan Lumba-lumba Terdampar di Hutan Bakau

Ilustrasi. Lumba-lumba hidup berkelompok. Kalau mereka terlepas dari kelompok kemungkinan penyebabnya, antara lain, sakit, terlupa, atau terpisah dari kelompok saat mengejar mangsa, dan lain-lain. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

Empat lumba-lumba terdampar di Pantai Nambo, Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu, Buton, Sulawesi Tenggara, Jumat (27/7/18). Mereka terjebak di hutan bakau. Belasan warga berupaya menyelamatkan dan membawa lumba-lumba ke laut bebas, keluar dari bakau. Begitu cuplikan video penyelamatan empat lumba-lumba direkam Adi Bakri dan dibagikan pada laman Facebook.

Dalam video berdurasi lima menit itu, warga tampak senang bisa menyelamatkan lumba-lumba. Mereka berjibaku di tengah padat hutan bakau. Ada warga bawa parang seraya memotong akar mangrove guna memberi ruang dan jalan bagi lumba-luma. Ada yang naik perahu. Akhirnya, mereka bisa mengevakuasi mamalia laut ini dengan selamat .

Alhamdulillah,  kami berhasil selamatkan empat lumba-lumba. Kata orang tua kampung ini pertanda kejadian 1995 terulang kembali di tempat sama,” begitu tulis Adi di status Facebooknya.

Menurut Adi, seperti dikutip dari Inilahsultra.com,  lumba-lumba terjerat di sekitar Pantai Nambo. Warga mengetahui satwa terdampar saat hendak memasang jaring ikan sekitar pukul 07.00 waktu setempat.

Empat lumba-lumba, ditemukan di tempat berbeda. Tiga bersamaan, satu cukup jauh masuk ke hutan bakau. Penyelamatan empat lumba-lumba, melibatkan sekitar 11 orang.

Samsudin, Kepala Desa Lawele, kepada Mongabay, membenarkan peristiwa ini. Warga, katanya, baru saja berhasil menyelamatkan empat lumba-lumba.

“Saya baru dapat informasi. Masyarakat tahu kalau itu hewan dilindungi maka cepat diselamatkan,” katanya.

 

Ilustrasi. Lumba-lumba hidup berkelompok. Kalau mereka terlepas dari kelompok kemungkinan penyebabnya, antara lain, sakit, terlupa, atau terpisah dari kelompok saat mengejar mangsa, dan lain-lain. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

Mengapa terdampar?

Jufri, Kepala Satuan Kerja (Satker) Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL), Sultra mengatakan, peristiwa ini menambah daftar kasus hewan laut dilindungi terdampar di laut Sultra, baik hiu, paus, lumba-lumba, dan dugong. Kasus di Buton, katanya,  lumba-luma terdampar bia jadi sakit atau terluka atau sebab lain.

Lumba-lumba terdampar ini, katanya, kemungkinan sakit atau sedang diburu predator ataupun berkelahi. Ketika mereka kalah, akan berlindung mencari tempat aman yaitu, pesisir dengan perairan dangkal.

“Kemudian lumba-lumba terseret arus ditambah air laut surut kemudian terdampar,” katanya.

Faktor lain, katanya, kemungkinan tertinggal gerombolan kala mereka berburu mangsa. “Atau juga navigasi penyebabnya.”

Bisa juga, katanya, oksigen bawah laut rendah. Oksigen rendah, mungkin karena kenaikan air bawah laut hingga kualitas yang terangkat memiliki oksigen rendah. “Ini macam-macam penyebab yang kami simpulkan.”

Untuk saat ini,  kasus hiu, paus, lumba-lumba, atau dugong yang terdampar sudah 12 kasus sepanjang 2016-2018. Kasus terbanyak di Konawe, dan Konawe Selatan, disusul Buton dan Muna. Terendah di Bombana.

Dia bilang, mereka ada dua langkah penanganan. Pertama, kalau terdampar hidup akan kembalikan ke habitat. Kedua,  kalau terdampar mati, tindakan dengan mengubur atau membakar. 

 

Sosialisasi

Pemerintah menilai, masyarakat Desa Lawele, Buton, menyelamatkan lumba-lumba terdampar di Laut Nambo, sebagai keberhasilan sosialisasi penyelamatan satwa dilindungi selama ini.

Menurut Jupri, Buton jadi sasaran sosialisasi karena dianggap rawan perburuan hewan dilindungi bahkan terdampar. Pada 2018, badan ini sudah dua kali sosialisasi di beberapa desa dan lanjut September.

Darman, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra mengucapkan rasa terima kasih kepada warga Desa Lawele. Tindakan itu, katanya,  sudah benar dan sangat baik. “Ini berkat sosialisasi hewan dilindungi BKSDA maupun BPSPL. Kami sosialisasi terus.”

 

Keterangan foto utama: Ilustrasi. Lumba-lumba hidup berkelompok. Kalau mereka terlepas dari kelompok kemungkinan penyebabnya, antara lain, sakit, terlupa, atau terpisah dari kelompok saat mengejar mangsa, dan lain-lain. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version