Mongabay.co.id

Cerita Polhut Evakuasi Pendaki Gunung Rinjani Pasca Gempabumi

Tim Evakuasi Gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), tenaga medis, dan relawan berhasil mengevakuasi 543 orang dari Gunung Rinjani Lombok pada Senin (30/7) sore hari. Sebanyak 543 orang pendaki tersebut adalah wisatawan asing 189 orang, pendaki wisatawan nusantara 173 orang, guide 31 orang, dan porter 150 orang. Semua korban yang berhasil dievakuasi dalam kondisi sehat dan selamat.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, jumlah pengunjung yang turun sampai tanggal 29-31 Juli jam 11.36 WITA adalah WNA 723 orang, WNI 368 orang. Total 1.091 orang (1.090 selamat, 1 meninggal dunia).

Saharudin adalah petugas polisi hutan BTNGR yang sedang bertugas pada saat gempa bumi 6,4 SR terjadi Minggu (29/7) pagi. Ia mengaku bersama sekitar 500 turis, porter, dan pemandu berkoordinir, menentukan langkah siaga dan penyelamatan diri. Hingga rombongan ini akhirnya berhasil turun dengan selamat pada Senin (30/7) sore.

baca : Dampak Gempa 6,4 SR di Lombok: 16 Meninggal dan Ratusan Pendaki Rinjani Terjebak

 

Saharudin (kanan), anggota Polhut TNGR, yang juga salah satu petugas tim gabungan evakuasi pendaki di Gunung Rinjani pasca gempabumi yang terjadi pada Minggu (29/7/2018). Foto : BNPB

 

Bagaimana langkah keamanan yang disepakati ratusan pendaki ini? Mongabay Indonesia menghubungi Saharudin yang sedang merehatkan diri setelah mengalami ketegangan dua hari di kawasan gunung berapi yang sebagian tebingnya runtuh karena gempa cukup lama ini.

Minggu pagi, suasana sekitar danau Segara Anak sangat ramai. Danau sekitar 1100 hektar di kawah Gunung Rinjani adalah area berkemah. Ada sejumlah sumber mata air termasuk air hangat yang digemari pendaki. Saharudin juga sedang berada di sumber mata air ini, termasuk memeriksa apakah ada sampah plastik. Masalah laten lokasi-lokasi pendakian gunung dan wisata alam di mana saja.

Gempa menghentak dan sejumlah pendaki berlarian dari tenda. “Sekeliling danau yang biasanya ditutup kabut, saat itu putih tertutup reruntuhan,” ingatnya. Teriakan menggema memecah pagi sunyi di kawasan danau ini.

Saharudin mengaku tak begitu memikirkan gempa, yang muncul di pikirannya adalah di mana mencari sinyal ponsel untuk mencari informasi gempa susulan dan hal darurat lainnya. Terlebih ada pendaki yang segera ingin turun.

“Saya minta porter dan pemandu menenangkan tamunya. Agar kita saling sependapat, jangan ada yang mendahului,” ingat pria dengan 3 anak asal Lombok Utara ini. Untungnya, situasi saat itu menurut Saharudin sangat mendukung, para pendaki, porter, dan pemandu kompak dengan kesepakatan bersama.

baca juga : Belajar dari Gempa Lombok, Daerah Rawan Perlu Kesiagaan Bencana

 

Proses evakuasi pendaki Gunung Rinjani korban meninggal Muhammad Ainul Muksin asal Makassar berlangsung sejak Selasa (31/7/2018) pagi sampai siang. Korban meninggal karena tertimpa material reruntuhan saat ini berada di sudah di RS Bhayangkara Mataram. Foto : BNPB/Mongabay Indonesia

 

Salah satunya mencari tempat aman, yakni tempat terbuka jatuh dari potensi reruntuhan baru dan lebih bagus sinyalnya. Pelawangan Sembalun menjadi tujuan dan lokasi mereka berkumpul sebelum memastikan kondisi aman untuk turun.

Mereka bisa berkomunikasi dengan keluarga dan petugas taman nasional untuk koordinasi. Beberapa informasi penting yang diakses pertama kali adalah informasi BMKG soal gempa susulan. Saat frekuensi gempa menurun dan skalanya kecil, baru mereka memutuskan bergerak.

Mulai tengah hari usai gempa, rombongan ini jalan ke tempat aman dan menginap. Mereka memanfaatkan logistik yang ada. Sampai kemudian di pos 2-3 mendapat logistik tambahan dan tiba di bawah pada 30 Juli sore.

Saharudin tidak melihat rombongan almarhum Muhammad Ainul Muksin asal Makassar yang meninggal akibat tertimpa material longsor. Mereka berada di sisi lain danau. Pengalaman bertugas dalam situasi darurat bencana adalah pengalaman unik di kawasan lindung ini. Selain patroli dan memungut sampah yang dibuang sembarangan.

Update dari BPNB sampai Senin pagi, korban gempa 6,4 SR di Lombok hingga Selasa (31/7) pagi adalah 17 orang meninggal dunia. 228 orang luka berat (2 orang dirujuk ke RSU Provinsi), 127 orang luka ringan. 5.141 orang mengungsi. dan 1.454 rumah rusak.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB memberikan catatan proses evakuasi ini. Sejak Senin (30/7) malam Tim Evakuasi Gabungan telah dikirim ke Gunung Rinjani untuk evakuasi rombongan korban dan satu jenasah temannya yang meninggal. Tim menemukan mereka pada Selasa pukul 06.51 WITA.

Kelompok ini masih berada di Danau Segara Anak dengan memberi tanda terpal warna orange. Posisi jenazah masih pada posisi sebelumnya di Jembatan 1 dari Danau Segara Anak KM 10.

Informasi dari tim yang di Pelawangan masih terjadi longsor di jalan ke arah danau. Kemudian 9 orang Tim Evakuasi berada di Pos 3 Sembalun membawa tambahan logistik bergerak menuju Pelawangan.

 

Proses evakuasi pendaki Gunung Rinjani korban meninggal Muhammad Ainul Muksin asal Makassar menggunakan helikopter berlangsung sejak Selasa (31/7/2018) pagi sampai siang. Korban meninggal karena tertimpa material reruntuhan saat ini berada di sudah di RS Bhayangkara Mataram. Foto : Amman Mineral/Mongabay Indonesia

 

Pukul 07.00 WITA dilakukan briefing di Posko Bersama. Pukul 07.48 WITA kondisi jenasah sudah dikemas dan siap diangkut. Pada 08.50 WITA tim melakukan percobaan ke-3 penggunaan helicopter untuk evakuasi 6 orang di Danau Segara Anak. Pukul 10.44 WITA tim pembawa jenasah sudah di Pelawangan. Kemudian sekitar heli pembawa jenasah tiba di Posko Lapangan Camat Sembalun, dan dibawa ke RS Bhayangkara Mataram.

Sementara itu pada 09.07 WITA 7 orang warga lokal ditemukan di Gua Susu/Aik Kalaq. Sebanyak 3 pendaki WNI diarahkan ke heli untuk evakuasi, 3 porter dan 7 orang yang ditemukan di Gua Susu diarahkan ke Pelawangan.

Dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Salah satunya pendaki warga Malaysia, Siti Nur Iesmawida Ismail (30 tahun) tertimpa reruntuhan bangunan.

 

Update data dampak gempabumi Lombok, sampai Selasa (31/7/2018) pukul 10.00 WITA. Sumber : BNPB

 

Korban di Lombok Timur meninggal 12 orang, mereka adalah Papuk Bambang (60), Zahra (3), Adiatul Aini (27), Herniati (35), Firdaus (7) Kec. Sambelia, Mapatul Akherah (7), Baiq Bila Wati (19), Herli (9), Fatmirani (27), Inak Marah (80), dan Siti Nur Lesmawida Ismail (30) warga Malaysia.
 Korban luka-luka: 343 orang (223 luka berat, 120 luka ringan). Jumlah Pengungsi di Lombok Timur 741 KK/ 2.663 jiwa.

Sedangkan di Kabupaten Lombok Utara meninggal 5 orang, Juniarto (8), Rusdi (34), Sandi (20), dan Natrinep (20). 
Korban luka-luka 58 orang dan pengungsi 2.478 jiwa. Di Gunung Rinjani, pendaki Muhammad Ainul Muksin asal Makassar meninggal akibat tertimpa material longsor

Lombok Timur paling dekat dengan titik gempa kekuatan 6.4 SR pada pukul 05:47:39 WIB, Lintang 8.26 LS, Bujur 116.55 BT, dan kedalaman 10 km ini. Titik gempa ini sekitar 28 km Barat Laut Lombok Timur, 32 km Timur Laut Lombok Utara, 57 km Timur Laut Lombok Tengah, 61 km Timur Laut Mataram, dan 1105 km Tenggara Jakarta.

 

Exit mobile version