Mongabay.co.id

Begini Perjuangan Masyarakat Solor Barat Dapatkan Air Bersih

Solor  merupakan pulau karang yang didominasi padang savana dan gersang sehingga sulit sekali ditemukan mata air dengan debit yang besar, bahkan lahan pertanian pun terbatas.

Ketersediaan air bersih bagi warga masyarakat di pulau Solor, satu dari dua pulau besar di kabupaten Flores Timur (Flotim) provinsi NTT hingga saat ini masih menjadi kendala terutama di wilayah kecamatan Solor Barat dengan luas wilayah 128,28 km2.

Saat warga di kota hanya memutar keran dan air bersih mengucur deras, ribuan warga di pulau Solor tetap menjalankan aktifitas rutin saban pagi dan sore berburu air bersih sejauh ratusan meter dari kediaman mereka sambil membawa timba, ember dan jeriken.

Dengan jalan bertelanjang kaki di jalanan berbatu cadas menanjak, para perempuan warga setempat terlihat perkasa dengan menjunjung ember penuh berisi air asin yang ditimba dari sumur umum berusia tua. Ada yang menggunakan sepeda motor dan gerobak kayu karena jaraknya ratusan kilometer. Terkadang jeriken 5 liter penuh air ditenteng, tangan lainnya memegang ember di atas kepala.

baca : Matt Damon Blusukan Lihat Jamban dan Akses Air Bersih di Jawa Tengah

 

Para perempuan warga Desa Balawelin II, Solor Barat, Flores Timur, NTT menjunjung ember berisi air payau yang diambil dari sumur galian di pesisir pantai utnuk dibawa ke rumah. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Setiap pagi dan sore, aktivitas mencari air menjadi pemandangan biasa di desa Balawelin I, Balawelin II, Nusadani dan Daniwato antri mengambil air di sumur air asin di pesisir pantai dan pipa air yang disalurkan dari sumur bor.

Leda Hayon, warga Desa Balawelin II kepada Mongabay Indonesia, bercerita saban pagi dari 06.00 sampai 09.00 WITA serta sore hari dari 15.00 hingga 18.00  WITA, warga mendatangi sebuah sumur galian di pesisir pantai untuk mengambil air dari sumur air payau tersebut.

“Airnya terasa agak asin tapi kami sudah terbiasa mengkonsumsinya. Tetapi kalau orang dari luar daerah pasti tidak mau meminumnya. Kalau mandi dan mencuci butuh banyak sabun dan deterjen sebab busanya hampir tidak ada,” terangnya.

Pemandangan antri mendapatkan air juga terjadi di desa Daniwato. Para perempuan setiap pagi dan sore hari mengantri air di depan kantor desa Daniwato. Ratusan ember plastik dan jeriken berbagai ukuran berjejer di dekat pipa air.

“Sudah sejak dulu kami susah air dan kalau tidak ambil  air sumur atau mengandalkan air hujan, kami mengantri mendapatkan air yang keluar dari pipa yang disalurkan dari sumur bor di desa kami,” terang Veronika Djawan, pada Jumat (13/7).

baca juga : Persoalan Air Bersih Bisa Selesai dengan Teknologi Ekohidrologi?

 

Warga desa Balawelin I, Solor Barat, Flores Timur, NTT sedang menimba air dari sumur air asin yang payau di pesisir pantai untuk dikonsumsi sehari-hari. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Air tersebut ujar Veronika, hanya mengalir 2x seminggu setiap Kamis dan Jumat untuk warga dusun Aurklebang. Air hanya mengalir jam 6 pagi sampai jam 11 siang dan jam 14.00 hingga 18.00 WITA.

Agar adil, diberlakukan antrian dan dijatah 5 ember cat kapasitas 25 kg per orang bagi pencari air. Siapa cepat, dapat duluan air.Sekali mengambil.

“Bila cepat kembali ke pipa air tersebut setelah mengantarnya ke rumah, maka setiap keluarga bisa mendapat jatah 7 kali tetapi rata-rata setiap keluarga mendapatkan jatah 6 kali ambil saja. Makanya ada yang menaruh drum plastik disini untuk tampung sementara sebelum diangkut ke rumah,” tuturnya.

Petrus Dagang Djawan mantan kepala desa Daniwato mengatakan, pipa air dan sumur bor sedalam 90 meter di desa dibuat menggunakan dana desa sebesar Rp170 juta pada 2017.

Pengambilan air pun untuk dua desa. Karena Dusun Kajomanu jumlah penduduknya lebih banyak, mendapatkan jatah air mengalir 3 hari dalam seminggu sejak hari Senin sampai Rabu sementara dusun Aurklebang hanya 2 hari yakni Kamis dan Jumat.

“Hari Sabtu dan Minggu air tidak mengalir sebab mesin pompa berhenti beroperasi untuk menjaga agar tidak cepat rusak dan juga memerlukan perawatan. Di setiap rumah air ditampung di drum bekas aspal, drum plastik serta bak penampung dan ada juga tanki air plastik bantuan desa untuk beberapa rumah rumah dalam satu lokasi,” terangnya.

menarik dibaca : Indonesia Negeri Tropis, Tapi Krisis Air Bersih di Kawasan Pesisir Terjadi?

 

Warga desa Daniwato, Solor Barat, Flores Timur, NTT, antri mengambil air dari pipa sumur bor untuk ditampung di ember plastik dan jeriken sebelum dibawa ke rumah. Warga berjalan sampai puluhan kilometer untuk mendapatkan air bersih. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Inisiatif Gali Sumur

Sulitnya air bersih, membuat dua orang pengayom masyarakat yaitu Kapospol Solor Barat Aipda Agustinus Niron dan Babinsa Solor Barat Sertu Melky Monega berinisiatif menggali sebuah sumur tua yang lama tidak terpakai lagi bekas proyek pengaspalan jalan pada 1980-an.

 “Pemerintah hanya memberi bantuan sebuah mobil tanki air berkapasitas sebesar 5 ribu liter yang dalam sehari hanya bisa sekali melayani masyarakat Solor Barat. Debit mata air di Raungsunge kecil jadi dibatasi hanya sekali saja sebab kami tidak ingin mengorbankan masyarakat di dusun tersebut yang juga membutuhkan air,” sebut Agustinus.

Setelah meminta  ijin pemilik lahan, mereka sendiri menggali kembali sumur tua itu sejak awal Juli 2018 menggunakan peralatan sederhana. Penggalian ini dilakukan di saat waktu luang mereka.

“Ternyata baru sekitar 3 meter menggali kami sudah menemukan air dan memang benar airnya tawar. Namun itu pun belum maksimal sebab masih berlumpur dan kami telah meminjam mesin penghisap lumpur agar pekerjaan lebih cepat. Kami masih terus menyedotnya dan menggali sedikit dalam hingga menemukan air yang jernih,” tutur Melky.

baca : Perlahan, Air Bersih Menjauhi Masyarakat Bandung

 

Warga desa Balawelin I, Solor Barat, Flores Timur, NTT sedang mencuci pakaian di sumur air payau yang berada di pesisir pantai. Air payau menyulitkan untuk mencuci dan air tawar juga sulit didapatkan warga setempat. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Air Asin

Dari 14 desa dan 1 kelurahan di wilayah kecamatan Solor Barat, terdapat 6 desa yang masih kekurangan air bersih konsumsi. Air dari sumur bor dan sumur galian di desa tersebut terasa asin sehingga warga hanya menggunakan untuk mandi dan mencuci.

“Ada 6 desa yang masih menggunakan air asin dari sumur bor dan sumur galian untuk kebutuhan sehari-hari. Itu pun debitnya terbatas sehingga sering kering sumurnya sehingga airnya harus dijatah setiap keluarganya,” sebut Urbanus Werang, staf kecamatan Solor Barat, Sabtu (14/7).

Desa Balawelin I dengan sebanyak 660 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 164, sebut Urbanus, memiliki 3 sumur air payau di pesisir pantai. Sementara desa Balawelin II dengan jumlah jiwa 675 dengan 195 KK hanya memiliki sebuah sumur air payau di pantai.

Untuk desa Daniwato dengan jumlah penduduk sebanyak 599 orang yang terdiri dari 130 KK serta desa Nusadani terdiri dari 464 jiwa (120 KK) mengkonsumsi air dari sebuah sumur bor. Desa Tanahlein yang memiliki 771 jiwa (205) KK serta kelurahan Ritaebang  yang dihuni 1.479 jiwa (413 KK) mendapat suplai air dari mata air di gunung.

“Mata air dari gunung pun debitnya sering menurun drastis saat musim kemarau bahkan kering sehingga warga desa Tanahlein dan kelurahan Ritaebang pun mengkonsumsi air asin dari sumur. Untuk minum dipakai air hujan yang ditampung di bak air serta membeli air galon dari Larantuka dan membawanya dengan kapal motor,” terangnya.

 

Exit mobile version