Mongabay.co.id

Kisah Topan, Gajah Sumatera Korban Kebakaran Hutan yang Beranjak Dewasa

 

Topan, gajah sumatera yang sejak kecil terpisah dari induknya akibat kebakaran hutan dan lahan, kini beranjak dewasa. Usianya 17 tahun. Ia berada di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) SM Padang Sugihan Sebokor, Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. Sikap liarnya masih tampak, dia tidak bisa didekati sembarang orang.

“Topan hanya mau didekati saya,” kata Cahyadi Soleh, pawang gajah di PLG Padang Sugihan Sebokor. “Pernah ada dua pawang di sini yang hendak diserangnya. Bahkan, saat dia mandi di Kanal 21, dan merasa terganggu, dia ingin menyerang kapal yang melintas,” lanjutnya.

Jumat (10/8/2018) siang, Topan mandi sendirian di Kanal 21. Topan tampaknya cukup dikenal oleh awak kapal tongkang, yang hampir setiap hari melintasi wilayah ini. Saat dia mandi, seorang awak kapal yang melaju tak jauh darinya berteriak. “Topan! Mandi itu pakai sabun,” teriaknya dari atas kapal yang memilih jalur pingiran kanal. Topan cuek dan terus berendam. Ketika kapal menjauh, dia pun naik ke darat.

 

Topan (17) gajah sumatera yang kini beranjak dewasa di SM Padang Sugihan Sebokor, Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. Foto: Nopri Ismi

 

Dia kemudian mendekati Tulus (45), pemimpin gajah jinak di PLG SM Padang Sugihan Sebokor. Belalai mereka bersentuhan. Sejenak kemudian tubuh Topan bergetar. “Jika tidak ada saya, Topan biasanya langsung berlari menjauhi Tulus. Dia sangat segan dengan Tulus. Untungnya, Tulus adalah gajah yang ramah, pintar, sehingga menjadi pemimpin gajah jinak di sini,” katanya.

Tak lama kemudian, Topan dan Tulus kembali ke Kanal 21 untuk mandi dan berendam.

Tahun 2002, ketika kebakaran hutan dan lahan melanda SM Padang Sugihan Sebokor dan sekitarnya, sekelompok gajah liar di Sebokor terganggu. Setiap gajah liar mencoba menyelamatkan diri. Topan, yang saat itu berusia sekitar satu tahun, tertinggal rombongan. Mujur, Topan ditemukan di hutan gelam yang berada di belakang kantor PLG SM Padang Sugihan Sebokor.

“Mungkin ibunya sengaja menitipkan ke kami. Ibunya tahu jika kami dapat mengurus Topan, yang jika terus ikut rombongan hidupnya tidak akan selamat,” kata Soleh.

 

Topan, gajah sumatera yang terpisah induknya saat usia setahun saat kebakaran hutan tahun 2002 silam. Foto: Nopri Ismi

 

Saat ini jumlah gajah jinak di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) SM Padang Sugihan Sebokor sebanyak 31 individu. Gajah termuda berusia empat bulan, yang belum diberi nama. Dia anak kedua dari pasangan Tulus (45) dan Een (45). Anak pertama yang dilahirkan Een yakni Azis, umurnya 4,5 tahun.

Namun, anak kedua Een tersebut tidak terlihat. Dia tengah disusui di hutan yang berada di belakang Pusat Pelatihan Gajah (PLG) SM Padang Sugihan Sebokor. “Een pun akan menjadi ganas jika ada manusia yang mendekati, kecuali pawangnya,” kata Suwandi, pawing lainnya.

 

Topan (belakang) yang menghormati Tulus (depan) sebagai pemimpin gajah di SM Padang Sugihan Sebokor. Foto: Nopri Ismi

 

Tulus (kiri) dan Topan (kanan) ketika mandi bersama di Kanal 21. Foto: Nopri Ismi

 

Jumlah pawang di pusat pelatihan gajah ini sebanyak 31 orang yang sebagian besar warga Dusun Sumber Makmur, Desa Sebokor, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).

“Gajah liar masih banyak yang melintas dan menetap di SM Padang Sugihan Sebokor. Tapi, jumlah pastinya saya tidak tahu. Berdasarkan catatan BKSDA Sumsel gajah di sini sekitar 250-an individu. Jadi gajah liarnya berkisar 220-an individu,” jelas Suwandi.

 

Tulus (45), gajah angkatan pertama yang dilatih di PLG SM Padang Sugihan Sebokor. Foto: Nopri Ismi

 

Tulus yang saat ini telah memiliki dua keturunan. Foto: Nopri Ismi

 

Hingga awal Agustus 2018, padang rumput di SM Padang Sugihan Sebokor terhindar dari kebakaran. Sebagian lahan juga terlihat basah atau kubangan dan sungai kecil masih teraliri air. “Semoga tidak terbakar. Jika terbakar bukan hanya kami yang repot, kasihan juga gajah-gajah di sini,” kata Sugeng Hainudin, pawang gajah yang mengurusi Palice (4,5).

Selain mengurusi gajah, para pawang juga bertugas menjadi tim patroli kebakaran hutan dan lahan di suaka margasatwa tersebut. “Kita fokus pada wilayah yang berbatasan dengan Desa Perigi Talangnangka di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jika wilayah tersebut terbakar, habislah wilayah di sini, dan kabut asapnya hingga ke Palembang,” jelas Sugeng.

SM Padang Sugihan Sebokor pada awalnya diperuntukan sebagai lokasi transmigrasi yang sebelumnya merupakan konsesi perusahaan HPH. Namun, karena sering terjadi konflik dengan gajah liar, daerah ini dijadikan kawasan konservasi. Kanal 21 merupakan kanal yang awalnya ditujukan sebagai permukiman transmigran.

 

Palice (4,5) anak gajah sumatera yang hidup di SM Padang Sugihan Sebokor. Foto: Nopri Ismi

 

Nopri Ismi, Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Ukhuwah UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan. Penulis   mengikuti pelatihan jurnalistik Mongabay   Indonesia di Palembang pada 2017 dan 2018

 

 

Exit mobile version