Mongabay.co.id

Ini Kisah Warga Jogosimo Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik

Matahari hampir saja terbenam di ufuk barat, ketika sejumlah warga membawa dua kotak yang berisi tukik yang menetas sekitar dua pekan pada Selasa (21/8/2018). Jumlahnya sekitar 50 ekor. Mereka kemudian membawa ke perahu menyeberangi Sungai Kalibuntu yang hanya selebar 100 meter ke pinggir Pantai Jogosimo yang berada di Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng).

Sesampainya di gumuk pasir pantai setempat, warga berjalan ke bibir pantai untuk melepasliarkan tukik tersebut. Satu per satu tukik berjalan menuju lautan bebas. Begitu ada ombak yang cukup besar, puluhan tukik itu terbawa. “Ini merupakan kali pertama warga di sini melepasliarkan tukik,” ungkap Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Jogosimo Ahmad Munajat.

Dia mengungkapkan sebetulnya masyarakat setempat buta bagaimana cara untuk menetaskan telur-telur penyu. Biasanya, sebagian warga kalau menemukannya dijual. Harganya bervariasi, tetapi rata-rata Rp3.000 hingga Rp5.000 per butir.

“Namun, sejak beberapa bulan silam, mulai muncul kesadaran dari warga untuk mengumpulkan telurnya agar bisa ditetaskan. Awalnya pada Mei silam, warga mengumpulkan telur-telur penyu yang ditemukan di gumuk pasir Pantai Jogosimo. Tetapi, karena belum tahu, warga membawa pulang terlebih dahulu. Kemudian keesokan harinya dibawa ke gumuk pasir untuk ditetaskan. Namun, akhirnya gagal, karena telur harus dibawa pulang dulu. Meski tujuannya baik agar tidak hilang,” katanya.

Sebulan berikutnya, warga kembali mengumpulkan telur-telur penyu dan kemudian ditetaskan di gumuk pasir pantai setempat. “Kami hanya menaruh pengaman sederhana, hanya pakai tiang-tiang kayu ditancapkan di pasir serta dengan tali rafia supaya tidak diganggu. Warga juga mengawasi setiap harinya. Ternyata, dengan cara itu akhirnya berhasil. Ada puluhan telur penyu yang menetas menjadi tukik,” jelas Munajat.

baca : Sukamsi, Pendekar Mangrove dari Kebumen

Warga siap melepasliarkan tukik di Pantai Jogosimo, Kebumen, Jawa Tengah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kepala Desa Jogosimo Sokhibun mengatakan sebenarnya ada tanda-tanda ketika penyu akan bertelur. Umumnya, pada musim dingin dan ada angin yang berhembus cukup kencang atau disebut dengan “tundan”. “Dengan tanda-tanda itu, maka kini warga bisa mulai menyelamatkan telur-telur penyu. Sebab kalau tidak diselamatkan, nantinya bisa diambil oleh para pemburu telur penyu,” kata Kades.

Menurutnya, untuk mengamankan telur-telur penyu bukan perkara mudah, sebab lokasinya juga sulit dicari. Namun, warga tidak patah arang dan ternyata menemukan. Kalau dibiarkan saja, maka telur-telur akan dibawa oleh para pemburu. Harganya bervariasi, menyesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi kisarannya antara Rp5.000, bahkan ada yang sampai Rp30 ribu kalau memang waktunya membutuhkan. “Biasanya, telur-telur penyu itu digunakan untuk konsumsi kuda tunggangan. Kuda biasanya mengonsumsi telur bebek, jumlahnya bisa sampai 10 butir. Namun, jika dengan telur penyu paling hanya lima butir saja. Ini yang membuat harganya cukup tinggi,” ujarnya.

Dijelaskan oleh Sokhibun, warga sebetulnya berhasil menetaskan 72 butir setelah diambil telurnya pada 20 Juni lalu dan menetas setelah 45 hari berikutnya. Ada 16 butir telur yang tidak menetas dan ada yang mati. Sehingga yang berhasil dilepasliarkan sebanyak 50 ekor tukik. “Dengan melakukan penetasan dan pelepasliaran, kami berharap nantinya lokasi ini akan dijadikan tempat penangkaran penyu. Langkah tersebut juga sebagai bagian dari upaya penyadaran kepada masyarakat supaya tidak sewenang-wenang terhadap penyu. Sebab, satwa itu dilindungi oleh negara,” jelasnya.

baca juga : Pascagempa Dahsyat, Warga Diingatkan Kelestarian Pelindung Alami Tsunami. Apa Itu?

 

Puluhan tukik yang berhasil ditetaskan oleh warga pesisir Pantai Jogosimo, Kebumen, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jateng Suharman yang ikut melepasliarkan tukik tersebut mengapresiasi langkah warga Desa Jogosimo. Warga di pesisir ternyata memiliki inisiatif mulia untuk turut serta dalam melestarikan satwa dilindungi khususnya penyu. “Saya mengapresiasi masyarakat yang telah berinisiatif untuk menyelamatkan telur-telur penyu dari para pemburu untuk kemudian ditetaskan menjadi tukik. Inilah bentuk kepedulian terhadap kelestarian penyu dan lingkungannya,”jelas Suharman.

Menurutnya, penyelamatan telur penyu, bahkan sampai menetas jadi tukik merupakan bagian penting dari edukasi dan penyadaran terhadap masyarakat akan pentingnya kelestarian penyu. Sebab, kalau tidak ada upaya semacam ini, cepat atau lambat penyu bakal punah. “Di sisi lain, kami juga terus melakukan sosialisasi terhadap masyarakat pesisir di wilayah Kebumen hingga Purworejo mengenai kelestarian penyu sebagai satwa yang dilindungi. Termasuk di sekitar Pantai Loano yang berada di perbatasan antara Kebumen dengan Purworejo,”katanya.

Suharman mengungkapkan kalau penyu masih terus mengalami ancaman terutama habitat bertelurnya akibat aktivitas manusia. Karena itulah, lanjutnya, pihaknya masih melakukan kajian mengenai wilayah-wilayah yang dapat dijadikan lokasi konservasi penyu. “Sebab, kalau bisa kita melakukan konservasi, maka kelestartian penyu bisa terus terjaga. Apalagi, penyu merupakan bagian penting dari rantai makanan di alam. Jika tidak ada penyu, maka akan terganggu rantai kehidupan,” jelasnya.

menarik dibaca : Ini Tempat Hidup Puluhan Ekor Buaya, Seperti Apa?

 

Tukik-tukik telah dilepas dan menuju lautan bebas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Anggota Komisi IV DPR yang salah satunya membidangi Kemaritiman, Darori Wonodipuro menambahkan pihaknya bakal terus mendorong masyarakat dan pemerintah untuk terus melakukan perlindungan terhadap satwa salah satunya penyu. Apalagi, menurutnya, ancaman penyu sangat serius. “Dagingnya juga diperjualbelikan dengan harga mahal, apalagi tempurungnya. Bahkan, harganya tidak ada patokan. Bisa sangat mahal,” ungkap Darori yang juga mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam KLHK tersebut usai ikut serta pelepasliaran tukik.

Ia meminta supaya nantinya dilakuan survei mana daerah yang layak untuk dijadikan sebagai lokasi konservasi penyu di wilayah Kebumen. “Perlu ada survei yang serius untuk menentukan daerah mana yang dapat dijadikan sebagai lokasi konservasi dan penangkaran. Dengan demikian, nantinya pemerintah bisa uikut campur tangan serta bisa mengucurkan pendanaan. Apalagi, kalau di sini masyarakatnya sudah sadar dan berinisiatif untuk menyelamatkan penyu,” tambahnya.

 

Exit mobile version