Mongabay.co.id

Cerita Seru Ridho Slank yang Ikut Pelepasliaran Orangutan

 

Ditengah kesibukannya bersama Slank, Mohammad Ridwan Hafiedz atau yang kerap disapa Ridho, masih menyempatkan diri ikut pelepasliaran enam individu orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin (27/8/2018).

Bersama tim Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOSF), Ridho ikut mengawal Menur (11 tahun), Josta (11), Mads (8 tahun), Riva (7), Biber (7), dan Restu (6) mengendarai mobil bak terbuka.

Seluruh orangutan dinilai telah memiliki keterampilan dan perilaku hidup mandiri di hutan. Empat orangutan jantan diberangkatkan dari Samboja Lestari, sementara Menur dan Josta dibawa dari pulau pra-pelepasliaran Juq Kehje Swen di Muara Wahau. Kedua kelompok itu bergabung di Hutan Kehje Sewen, mengakhiri perjalanan selama sekitar 20 jam dari Samboja Lestari.

Ridho mengatakan, ini kali pertamanya ia ikut aksi pelepasliaran orangutan di Kalimantan Timur. Meski harus menempuh perjalanan ratusan kilometer, Ridho tetap semangat.

“Ini pertama kali saya ikut pelepasliaran. Tadi saya lihat, pengasuhnya ngomong sama orangutan yang mau dilepasliarkan. Diperlakukan seperti manusia, ditanya mau makan apa, ditegur jangan nakal tapi dengan kata-kata yang lembut, dan itu bikin saya terharu,” terangnya.

 

Ridho Slank yang gembira bisa ikut langsung pelepasliaran orangutan. Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia

 

Ridho mengaku sangat menyukai alam. “Bicara hutan, terkadang malah orang asing yang lebih tahu banyak. Kita yang punya, kadang lupa bahkan tidak peduli. Ini fenomena yang harusnya tidak ada, kenapa? Karena hutan itu milik kita. Harus kita jaga seluruh isinya, termasuk satwa dan tumbuhannya.”

Perjalanan kali ini, menurut dia, untuk menyadarkan sekaligus mengajak seluruh anak muda terutama Slanker agar peduli pada hutan dan orangutan. Jangan ada lagi kegiatan merusak hutan akibat ulah manusia itu sendiri.

“Konflik orangutan, pembunuhan, dan pembantaian adalah hal yang tidak ingin saya dengar lagi. Jangan rusak hutan kita, jangan bunuh orangutan yang sebenarnya adalah pemilik hutan. Kita butuh orangutan agar hutan tetap terjaga. Saya mengajak semua orang terutama Slanker, ini hutan kita, ini milik Indonesia,” sebutnya.

Ridho berencana akan mengunggah semua kegiatan pelepasliaran itu ke akun media sosialnya. “Slank sudah enam tahun konsen pada pelestarian orangutan, nah kalau saya baru kali ini ikut terjun langsung. Seru juga ikut langsung, kesempatan bagus untuk mengetahui hutan Kalimantan,” jelas gitaris Slank.

 

Menyelamatkan orangutan berarti harus menjaga hutan juga sebagai habitatnya. Foto: BOSF 2018/Indrayana

 

Menyenangkan

Ikut pelepasliaran orangutan dan singgah di Kota Samarinda adalah hal yang sangat menyenangkan bagi Ridho. Pasalnya, Ridho pernah menghabiskan masa kecil di kota ini ketika ayahnya bertugas. “Ini seperti pulang kampung. Saya juga berkesempatan mengunjungi sekolah hutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari,”

Pelepasliaran ini merupakan yang ke tujuh belas sejak pertama kali dilaksanakan pada 2012 di Hutan Kehje Sewen. Kegiatan yang kian menambah populasi orangutan liar hasil rehabilitasi yang ditampung di hutan konsesi restorasi ekosistem seluas 86.450 hektar yang terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Sudah 97 individu dirilis di sini.

“Mulai sekarang, kita jaga hutan dan orangutan. Jangan sampai menyesal kemudian. Kita harus mengenali apa yang kita miliki, dan jaga baik-baik,” terangnya.

 

 

 

Edukasi anak

Ayah empat anak ini, nyatanya menerapkan sikap cinta lingkungan di rumahnya. Dari kecil, anak-anak sudah saya ajarkan untuk cinta lingkungan. Mereka mulai mengurangi sampah plastik, memilah sampah organik dan non-organik juga.

Ridho tidak lagi menggunakan pipet atau sedotan dan menerapkan membawa air minum menggunakan tumbler dari rumah. “Anak-anak saya tegaskan, bawa tumbler dari rumah. Lebih sehat dan tidak menambah jumlah sampah plastik,” tegasnya.

Selain mengurangi sampah plastik, Ridho juga menanam pohon dan enggan mengurung satwa. Aada empat pohon rambutan rimbun di belakang rumahnya, yang bersama keluarga, dia sepakat untuk tidak menebangnya. Sebab, pepohonan memberi oksigen untuk kehidupan kita. “Tidak masalah daunnya berguguran, yang penting oksigen yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi kehidupan,” sebutnya.

Ditambah lagi, pepohonan mengundang hadirnya satwa liar. Setiap pagi, ada suara burung berkicau dan malam terkadang ada musang yang datang. “Biarkan mereka hidup liar di alam, dan jangan ganggu. Kita nikmati saja suara burung di pepohonan tanpa harus mengurungnya,” jelas Ridho.

 

 

Exit mobile version