Mongabay.co.id

Masyarakat Tapanuli: Pembangunan PLTA Batang Toru untuk Siapa?

 

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara, mendapat reaksi dari masyarakat Tapanuli. Mereka menilai, proyek tersebut tidak hanya mengusik ekosistem Batang Toru, tapi juga mengancam kehidupan warga yang tinggal di sekitar bentang lokasi pembangunan tersebut.

“Kabar yang kami terima, air sungai akan dibendung 18 jam setiap hari dan hanya enam jam mengalir. Bagaimana dengan kebutuhan air untuk persawahan kami?” jelas Zulfitri, petani   Desa Hapesong Baru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, akhir Agustus lalu.

Dia mengatakan, sejak dulu, sungai Batang Toru sangat penting untuk kehidupan masyarakat, mulai dari hulu sampai ke hilir. Sungai ini sumber air bagi petani, peternak, dan air bersih masyarakat.   “Sebenarnya, proyek tersebut dibuat untuk siapa? Untuk segelintir orang atau masyarakat? Kalau sungai kering, yang tersiksa itu kami yang hidup mengandalkan sungai ini,” ujarnya.

Zulfitri bersama petani lain di sekitar sungai Batang Toru sangat khawatir lahan mereka kering jika proyek dibangun. Belum lagi hutan yang rusak dan akan mengulang bencana banjir.   “Sampai saat ini, perusahaan yang membangun PLTA belum pernah sosialisasi. Hutan Batang Toru ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan daerah lain.”

Baca: Para Penjaga Orangutan Tapanuli di Ekosistem Batang Toru

 

Bayi orangutan tapanuli yang terpantau di ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara. Foto: YEL-SOCP/Andayani Ginting

 

Masyarakat Desa Hapesong Baru lainnya, M. Nur Chaniago mengatakan, warga Hapesong Baru menggantungkan diri dari sungai Batang Toru. Kami berkomitmen menolak pembangunan PLTA Batang Toru karena akan mengundang bencana.

“Kami tidak mau merasakan bencana seperti di Laos pada Juli 2018 lalu. Banyak masyarakat di sana jadi korban dan ribuan rusak akibat bendungan PLTA jebol,” ungkapnya.

Secara geografis, Batang Toru terletak di pinggir sesar besar Sumatera atau great Sumatran fault yang merupakan salah satu daerah rawan gempa bumi. Dikhawatirkan, bendungan akan hancur dan mengirimkan air bah ke perkampungan penduduk jika terjadi gempa besar.

Baca: Para Ilmuan Dunia Kirim Surat ke Jokowi Khawatirkan Pembangunan PLTA Batang Toru

 

Hutan Batang Toru yang menyimpan potensi keragaman hayati luar biasa. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Potensi air yang melimpah akan terus ada bila kelestarian hutan Batang Toru kita jaga. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

Penting

Ali Bangun Dalimunthe, nelayan yang bermukim di Aek Rambe, Kecamatan Angkola Sangkanur, Kabupaten Tapanuli Selatan mengatakan, sejak puluhan tahun ia menggantungkan hidup dengan memancing ikan di sungai Batang Toru.   “Saya menafkahi keluarga dari hasil memancing ikan. Sebelum dijual, ikan saya asapi dahulu,” terang lelaki yang lahir tiga tahun sebelum Indonesia merdeka.

Ali bercerita, banyak nelayan di sekitar sungai Batang Toru menggantungkan hidup dengan memancing atau menjaring ikan. Jika sungai dibendung dan airnya ditahan, sungai akan kering dan masyarakat yang menderita.

“Hari ini, saya hanya dapat sekitar satu kilogram ikan, bagaimana bila sungai dibendung? Saya makan apa? Semua pihak, khususnya pemerintah, harus memperhatikan dampak pembangunan ini kepada kami sebagai masyarakat kecil,” terangnya.

Baca juga: Walhi Gugat Gubernur Sumatera Utara Terkait Izin Lingkungan PLTA Batang Toru

 

Potensi tumbuhan di hutan Batang Toru belum sepenuhnya diteliti. Foto: Junaid Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tumbuhan yang ada di Batang Toru harus kita jaga kehidupannya karena memberi manfaat besar untuk kehidupan manusia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Direktur Walhi Sumatera Utara, Dana Prima Tarigan menyampaikan, sebelum PLTA tersebut dimulai, Walhi telah mengatakan bila proyek yang dibangun oleh PT. NSHE lebih banyak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Kami telah mendaftarkan gugatan izin lingkungan proyek tersebut, karena wilayah pembangunan PLTA berada di kawasan hutan Batang Toru yang merupakan habitat orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) dan satwa liar beserta tumbuhan lainnya,” ujarnya.

Menurut Dana, berdasarkan survei, lokasi sekitar PLTA  mempunyai  kepadatan orangutan  paling tinggi  dari  semua  lokasi di Ekosistem Batang Toru, yaitu 26 hingga 57 persen.

 

Masyarakat sangat bergantung pada sungai Batang Toru sebagai sumber kehidupan mereka. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Bukan hanya nelayan dan petani, masyarakat sekitar juga akan mendapatkan menderita bila sungai BAtang Toru dibendung. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dana melanjutkan, PLTA Batang Toru beroperasi pada saat beban puncak yaitu pukul 18.00 hingga 24.00 WIB. Untuk menghasilan listrik enam jam itu, air akan disimpan selama 18 jam. “Apa yang terjadi ketika sungai tidak teraliri air selama 18 jam, dan apa yang terjadi ketika semua air yang dibendung itu dilepas selama enam jam. Ini tidak perlu dijelaskan lagi, semua sudah paham,” jelasnya.

Belum lagi, Batang Toru terletak di great Sumatran fault yang rawan gempa. “Jika gempa terjadi dan bendungan hancur, dampaknya pda masyarakat hilir. Ini sangat berbahaya, pemerintah harusnya sadar dengan dampak buruk ini,” ungkapnya.

 

PLTA Sipan Sihaporas yang berada di Tapanuli Tengah. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Ini adalah PLTA Sipan Sihaporas yang berada di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

PLTA Batang Toru dengan kapasitas 4×127,5 MW disebutkan memiliki catchment area seluas 2.405 hektar. PLTA tersebut ditargetkan beroperasi pada 2022. Secara teknis, hanya beroperasi saat terjadi puncak kebutuhan listrik dengan konsumsi spesifik bahan bakar mencapai 0,24 liter per kWh dengan tinggi jatuh air 276 meter.

Untuk menghasilkan 510 MW, empat turbin akan dipakai yang membutuhkan air sekitar   228   meter kubik per detik (mkpd). Aliran sungai Batang Toru rata-rata adalah 105,8 mkpd dan saat musim kemarau hanya 52,6 mkpd.

 

 

Exit mobile version