Mongabay.co.id

Bayi Beruang Ini Terpisah dari Sang Induk di Konsesi Arara Abadi

Bayi beruang yang diserahkan oleh pekerja PT Arara Abadi, kini dalam perawatan BKSDA Riau. Foto:Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

Setelah sempat dipelihara sepekan lebih oleh pekerja PT Arara Abadi, bayi beruang madu (Helarctos malayanus) akhirnya diserahkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Senin (8/10/18). Sebelumnya, ada dua bayi beruang juga dari konsesi Arara Abadi pada konsesi berbeda.

Yuliantoni, Direktur Eksekutif Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) mengatakan, menerima informasi keberadaan bayi beruang betina usia satu bulan itu pada Jumat (5/10/18). Saat itu juga Tim Patroli Smart TNTN bersama Tim Forest Protection Arara Abadi mengevakuasi dari seorang pekerja.

“Arara Abadi sedang penebangan (panen). Lalu mereka menemukan anak beruang lalu pelihara sebentar, mereka laporkan ke sekuriti. Bersama kita evakuasi anak beruang itu,” kata Yuliantoni kepada Mongabay.

Informasi yang diperoleh Yuliantoni, saat alat berat Arara Abadi memanen akasia di Sorek, Pelalawan, para pekerja menemukan bayi beruang. Mereka juga sempat menyaksikan sang induk. Mungkin karena terganggu, sang induk menjauh dan tak sempat menyelamatkan si bayi.

“Kalau informasi dari teman-teman pekerja, saat mereka pakai alat berat, mungkin terganggu kemudian (induk) memisahkan diri. Mereka (pekerja) masih melihat jejak-jejak beruang di sekitar itu,” katanya.

 

Bayi beruang ini diperkirakan berusia, 15-18 bulan dan seharusnya masih menyusui. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

Setelah evakuasi dari tangan pekerja, bayi beruang dibawa ke kamp Arara Abadi di Sorek. Sekarang, katanya, bayi sudah diantar ke BKSDA. “Sekarang di klinik BKSDA, katanya sih sore tadi,” katanya, Senin sore.

Nurul Huda, Humas Arara Abadi kepada Mongabay mengatakan, perusahaannya punya standar prosedur operasional soal penanganan satwa dilindungi di areal konsesi.

“Maka SOP perusahaan, kalau ada nemu hewan dilindungi kita melaporkan kepada BKSDA,” katanya.

Rini Deswita, dokter hewan BKSDA Riau, mengatakan, secara umum kondisi bayi beruang dalam keadaan sehat tetapi belum bisa minum susu pakai dot hingga asupan kurang maksimal.

“Karena belum terbiasa pakai dot, tidak lancar. Kita kasih dikit, dia nolak. Kita kasih dua sampai tiga jam sekali. Malam pun butuh susu, kita kasih juga, ada petugas standby,” katanya, di Pekanbaru, Selasa (9/10/18).

Sebenarnya, bayi beruang masih menyusui hingga. Usia 15 atau 18 bulan. Pada usia dua tahun, individu beruang baru belajar mandiri.

“Kita rawat dulu sampai benar-benar mandiri. Kalau di alam liar, masih menyusui, masih asi.”

Saat ini, BKSDA Riau merawat tiga bayi beruang di bawah satu tahun. Dua bayi dari konsesi Arara Abadi di lokasi berbeda. Bayi beruang pertama terpisah dari induk karena terganggu panen kayu akasia.

 

Keterangan foto utama:   Bayi beruang yang diserahkan oleh pekerja PT Arara Abadi, kini dalam perawatan BKSDA Riau. Foto:Zamzami/ Mongabay Indonesia

Anak beruang yang diserahkan pekerja dari konsesi PT Arara Abadi. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version