Mongabay.co.id

ICBE 2018: Semangat Papua Barat Sebagai Provinsi Konservasi

 

International Conference on Biodiversity, Ecotourism, and Creative Economy (ICBE) 2018 atau Konferensi Keanekaragaman Hayati, Ekowisata, dan Ekonomi Kreatif, digelar di Manokwari, Papua Barat, 7-10 Oktober 2018. Tema pertemuan ini adalah Provinsi Berkelanjutan Solusi Cerdas Pembangunan di Tanah Papua.

ICBE 2018 memperkenalkan konsep dan inisiatif provinsi konservasi sebagai solusi cerdas pembangunan berkelanjutan di tanah Papua, secara global. Konsep yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pelestarian keanekaragaman hayati, pemanfaatan jasa lingkungan, ekonomi kreatif, dan peningkatan partisipasi masyarakat.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, dalam sambutannya mengungkapkan, pihaknya mendorong pembangunan yang memperhatikan sumber daya alam, lingkungan, dan manfaat untuk masyarakat. “Ini bukan pekerjaan mudah, dan saya yakin dengan dukungan Pemerintah Pusat, kementerian terkait, masyarakat serta mitra pembangunan, tujuan ini akan tercapai,” ungkapnya pada pembukaan ICBE di Perkantoran Gubernur Papua Barat, Minggu, 7 Oktober 2018.

Papua Barat menyebut diri sebagai Provinsi Berkelanjutan yang mengedepankan aspek konservasi dalam pembangunannya. Legalitas tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) yang rancangannya diluncurkan dalam pembukaan ICBE ini.

Penyerahan rancangan Perdasus dilakukan Dominggus Mandacan kepada Pieters Kondjol selaku Ketua DPR Provinsi Papua Barat. Hal fundamental dalam menjaga ekosistem tanah Papua Barat yang jika digabungkan dengan tetangganya, Provinsi Papua, menyumbang 50 persen keanekaragaman hayati Indonesia.

Baca: Papua Barat akan Tinjau Ulang Izin Perkebunan dan Kehutanan

 

Pameran dan festival budaya berupa tari-tarian dalam rangka konferensi ICBE 2018, digelar di halaman perkantoran gubernur Papua Barat di Manokwari, Minggu, 7 Oktober 2018. Foto: Christopel Paino./Mongabay Indonesia

 

Perdasus ini juga sebagai landasan inisiatif kaji ulang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Papua Barat yang sedang dilakukan tim Provinsi Papua Barat. Tujuannya, mengatur ulang proporsi kawasan lindung dan budidaya hutan Papua Barat yang saat ini komposisinya 36 persen berbanding 64 persen.

“Target yang diusung kebalikannya, 70 persen wilayah Papua Barat merupakan kawasan konservasi dan lindung,” tegas Dominggus.

Dalam kesempatan itu dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pembangunan berkelanjutan antara Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam sambutan Gubernur Papua, yang dibacakan Sekretaris II Provinsi Papua Noak Kapisa, dinyatakan komitmen bersama pembangunan berkelanjutan.

“Visi Pembangunan Berkelanjutan Papua adalah kebahagiaan dan kualitas hidup seluruh rakyat Papua berada pada tingkat setinggi-tingginya secara adil dan merata. Kondisi alam Papua, di daratan, perairan dan udara tetap lestari,” ungkap Noak Kapisa.

“Bagi kami di Provinsi Papua, tanah adalah Ibu. Ungkapan itu sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana hutan dan alam Papua yang kaya akan akan sumber daya alam menyediakan semua kebutuhan. Layaknya seorang mama yang memberikan makan, minum, kehangatan dan perlindungan bagi anak-anaknya.”

Penyatuan visi Papua dan Papua Barat ini merupakan hal yang diperlukan dalam mendukung pelestarian alam dan keanekaragaman hayati di Tanah Papua. “Walau secara administratif Papua dan Papua Barat berbeda, secara biologi dan ekologi kami sama. Komitmen bersama harus dibangun,” ungkap Charlie Heatubun, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat yang juga Ketua tim Kerja ICBE 2018.

Baca: Ketika Daerah Deklarasi jadi Provinsi Konservasi dan Pembangunan Hijau

 

Papua Barat, sejak 19 Oktober 2015, telah mendeklarasikan sebagai Provinsi Konservasi. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Pinang Jokowi dan Anggrek Iriana

Dalam konferensi ini juga diperkenalkan spesies pinang dan anggrek. Pinang Jokowi (Areca jokowi), temuan jenis baru yang dipublikasikan di Jurnal Phytotaxa edisi Desember 2016, memang didedikasikan untuk Joko Widodo atas kepemimpinan dan perhatian khususnya untuk pengembangan Tanah Papua.

Sementara Anggrek Iriana (Bulbophyllum irianae) didedikasikan sebagai penghargaan terhadap upaya istri Jokowi dalam mendorong dan mendukung proses pembangunan di Papua dan Papua Barat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari masyarakat yang membawa bibit buah pinang ini, spesies tersebut tumbuh di hutan lembah dengan ketinggian 300 meter. Pinang tersebut tumbuh dari bibit yang dibawa dari hutan lembah di Kepala Air Kali Ima di Gunung Daweri, dekat Kampung Kewo di perbatasan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Penyebarannya diketahui berdasarkan dua jenis pinang yang dibudidayakan di Kampung Gariau (Urubika), di pesisr Barat Daya di Yamor Lake, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Bulbophyllum irianae merupakan spesies endemic yang hidup sebagai tumbuhan epifit pada kanopi hutan primer setinggi 35- 40 dari atas tanah. Bulbophyllum irianae ditemukan di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut. Anggrek tersebut ditemukan pada batang pohon tumbang di tepi jalan raya, yang memiliki bunga sepanjang lebih dari 8 cm. Tanah Papua diperkirakan memiliki sekitar 2.000- 3.000 spesies dari sekitar 30.000 spesies anggrek yang diketahui di dunia.

Baca: Tambrauw: Mendorong Ekowisata, Menguatkan Lembaga Adat

 

Pinang Jokowi (Areca jokowi). Sumber: Jurnal Phytotaxa edisi Desember 2016

 

Dukungan Pangeran Charles

Konfrensi ini juga didukung oleh Pangeran Charles, Inggris. Dalam sambutannya melalui video, dia mengatakan bahwa acara ini penting sebagai pencapaian luar biasa menuju Konvensi Keanekaragaman Hayati di China tahun 2020.

“Maaf saya tidak hadir bersama Anda. Saya tahu konferensi ini acara penting,” ungkapnya.

Menurut Pengeran Charles, Papua memiliki hutan hujan tropis utuh terbesar ketiga di dunia, sehingga penting memastikan Papua melakukan upaya pencegahan pemanasan global tidak terkendalikan atau runaway climate change. “Wilayah ini adalah tempat tinggal burung cendrawasih yang legendaris, “makhluk berbulu paling memukau dan paling cantik di muka Bumi,” sebagaimana dikatakan Alfred Russel Wallace,” ujarnya.

 

Hutan dataran rendah yang ada di Papua. Foto: Rhett A Butler/Mongabay

 

Dalam pidatonya itu, dia juga menjelaskan Papua memiliki keanekaragaman budaya luar biasa, lebih dari 250 bahasa digunakan. Selain itu, seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, memastikan kesejahteraan jangka panjang dan mata pencaharian masyarakat Papua sama pentingnya dengan melindungi ekosistem alami tempat masyarakat tinggal. Keduanya tidak terpisahkan.

“Saya sangat gembira, Pemerintah Indonesia mengusulkan visi pembangunan Papua berkelanjutan. Visi tersebut memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Papua, dan di saat bersamaan turut menjaga hutan dan laut bagi kesejahteraan masyarakat, serta umat manusia.”

Pangeran Chalres percaya, Papua memiliki peluang menjadi contoh dunia, membawa solusi permasalahan saat ini. Sebagai imbalan, dunia harus memberikan Papua penghargaan atas visi dan kepemimpinan ambisius tersebut. “Saya terkesan Inggris dan pihak lain bisa mengambil peran kecil mendukung Indonesia dan Papua dalam usaha penting ini. Saya hanya dapat mengucapkan selamat dan terima kasih atas semua yang Anda lakukan demi anak cucu kita semua di belahan dunia yang unik ini,” ungkap Pangeran Charlesi di akhir pidato.

 

 

Exit mobile version