Mongabay.co.id

Membangun Rumah Karang di Nusa Dua: Berharap jadi Taman Mini Terumbu Karang Indonesia

Pertemuan Internasional Monetary Fund (IMF) – World Bank Group (WBG) Annual Meeting di Nusa Dua Bali tanggal 8-14 Oktober, ternyata tidak melulu membicarakan persoalan ekonomi. Diantara acara perhelatan akbar itu, juga digelar acara penanaman karang yang bertempat di depan Pantai Sofitel, Bali Nusa Dua Beach Resort.

Tak hanya sekedar seremoni, transplantasi karang di Nusa Dua kedepannya digadang dapat menjadi pusat representasi karang yang ada di Indonesia. Karang dari berbagai kawasan Indonesia termasuk yang ada dalam segitiga karang dunia (coral triangle center), direncanakan akan ditanam di lokasi ini.

Safri Burhanudin, Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman berharap lokasi di Nusa Dua ini kedepan akan memberi gambaran keragaman jenis-jenis karang Indonesia. Dia menyebut lokasi di Nusa Dua ideal untuk menjadi awal Taman Mini Ekosistem Terumbu Karang Indonesia. Selain dapat menjadi tujuan wisata alternatif, lokasi ini dapat menjadi tempat penelitian akademisi dan mahasiwa.

Baca juga: Bagaimana Kesehatan Terumbu Karang di Perairan Nusa Penida Bali?

Terumbu karang di kawasan pesisir Nusa Dua ini dirancang di atas struktur “Artificial Reef Spider” yang berbentuk seperti laba-laba. Karang akan ditempelkan pada struktur besi berlapis, yang fungsinya untuk menstabilkan terumbu karang.

Bekerjasama dengan Kemenkomar dan IMF, replanting karang dipersiapkan oleh Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) bekerjasama dengan Universitas Udayana, Universitas  Warmadewa, Universitas Hasanuddin, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut-KKP, dan Balai Riset dan Observasi Laut-KKP.

Senada, hal ini akan sesuai dengan konsep “Voyage to Indonesia” yang diusung dalam pertemuan IMF-WBG 2018. Menurut Menkomar Luhut Pandjaitan, tagline ini dipilih untuk menggambarkan negara Indonesia yang merupakan negara maritim terbesar di dunia.

Lalu bagaimana persiapan lokasi yang telah dilakukan?

 

Artificial Reef Spider dengan transplantasi karang yang diletakkan di pantai Samuh, Nusa Dua. Foto: E.E. Ampou

 

Tahap Pemetaan Habitat. Sebelum proses penanaman karang dilakukan, kegiatan monitoring dan pemetaan habitat (habitat mapping) pada ekosistem terumbu karang telah dilakukan pada tanggal 16 Agustus dan 28-29 September 2018 di daerah Pantai Samuh, Nusa Dua.

Dari hasil kajian cepat dengan menggunakan Pendekatan Skala Menengah (Medium Scale Approach-MSA) dan foto transek, pada lokasi transplantasi dijumpai lebih kurang 11 jenis habitat, terbagi dalam tipe terumbu tepi (fringing reef) dengan tiga jenis tipologi karang: yakni rataan terumbu (reef flat), terumbu depan (fore reef) dan lereng terumbu (reef slope).

Hasil observasi secara geomorfologi di daerah pantai Samuh, -khususnya lokasi yang rencananya akan dijadikan lokasi kegiatan transplantasi karang, adalah tipe terumbu tepi dengan formasi spurs & grooves.

Berdasarkan klasifikasi habitat karang keras, didominasi Scleractinian berkisar 40-60 persen, dan karang lunak berkisar 60% dengan jenis dominan Sarcophyton sp dan Xenia sp. Sedangkan di daerah rataan terumbu didominasi padang lamun dari jenis Enhallus acoroides, Syringodium sp dan Thallasodendron.

Dari hasil pemetaan habitat, kelak terumbu buatan “reef spider” akan berada di habitat 10 dan 11 dengan tipologi habitat: reef slope, dengan dominasi alga merah dan sebagian karang lunak dari jenis Sarcophyton sp (habitat 10) dan teras bercampur pecahan karang (habitat 11).

Selain kegiatan monitoring juga dilakukan pengambilan sampling kualitas air laut mengacu pada baku mutu air laut untuk wisata bahari (SK MNLH Nomor 51/2004). Hasil kualitas air laut ini menjadi penting sebagai data pendukung dalam proses pengelolaan karang yang berkelanjutan di daerah Pantai Samuh dan daerah Nusa Dua sekitarnya.

 

Transplantasi karang yang dilakukan oleh mahasiswa dan pemangku kepentingan lainnya. Foto: E.E. Ampou

 

Tahap transplantasi karang. Salah satu bentuk konservasi di lokasi ini dipilih dengan menggunakan struktur besi berlapis  yang disebut Mars Coral Spiders atau Laba-laba MARRS (Mars Accelerated Coral Reef Rehabilitation System). Sistem ini memungkinkan  anakan karang dapat ditempel, untuk tujuan mengisi celah antara karang alami yang tersisa.

Sistem ini dirancang untuk menstabilkan terumbu karang, membatasi reruntuhan karang dan menyediakan dasar untuk pemulihan habitat dan peningkatan alami keragaman hayati karang dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, ikan pun dapat kembali cepat ke area rehabilitasi. Ikan berperan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem, mengendalikan lumut (rumput laut yang berupa hama) dan menciptakan landasan bagi perikanan berkelanjutan di masa depan.

Rancangan artificial reef spider ini akan diletakkan di lereng terumbu pada kedalaman 7-10 meter. Total akan diletakkan 500 unit kontruksi, 300 diantaranya telah diletakkan pada tanggal 29 September 2018 dan 200 sisanya diletakkan pada tanggal 7 Oktober 2018.

Adapun beberapa jenis genus karang yang di transplantasi pada media terumbu buatan tersebut terdiri dari jenis Scleractinia (karang keras penyusun terumbu) diantaranya dari genus: Acropora, Montipora, Pocillopora, Stylophora dan Galaxea. Yang membanggakan, seluruh karang tersebut merupakan hasil budidaya yang diperoleh dari wilayah Bali dan sekitarnya.

 

Referensi:

  1. Andréfouët, S. 2008. “Coral Reef Habitat Mapping Using Remote Sensing: A User vs Producer Perspective. Implications for Research, Management and Capacity Building.” Journal of Spatial Science 53 (1): 113–29.
  2. Andréfouët. 2014. “Fiches d’identification des habitats récifo-lagonaires de Nouvelle-Calédonie.” Notes techniques 6. Sciences de la Mer. Biologie Marine. Nouméa : IRD.
  3. Clua, E., P. Legendre, L. Vigliola, F. Magron, M. Kulbicki, S. Sarramegna, P. Labrosse, and R. Galzin. 2006. “Medium Scale Approach (MSA) for Improved Assessment of Coral Reef Fish Habitat.” Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 333 (2): 219–30.

 

* Eghbert Elvan Ampou, peneliti Balai Riset dan Observasi Laut BRSDMKP-KKP. ** Pariama Hutasoit, Direktur Nusa Dua Reef Foundation (NDRF), Bali.    *** Andreas A. Hutahaean,  staf ahli kementerian koordinator bidang kemaritiman.

 

Exit mobile version