Mongabay.co.id

Ada Sekolah Alam Leuser, Apa Tujuannya?

 

SMP Alam Leuser. Sebagaimana namanya, letak sekolah ini memang berada di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Adalah Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) melalui Yayasan Pendidikan Leuser, yang berinisiatif mendirikan sekolah di Dusun Kodam Bawah, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang ini.

Di sini, siswa mendapat pendidikan formal dan informal yang memuat materi konservasi alam. Tujuannya jelas, generasi penerus bangsa ini di masa mendatang diharapkan peduli kelestarian hutan, sungai, laut dan keragaman hayati Indonesia. Peserta didik tak lupa diperkenalkan seni budaya Indonesia, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mengapa sekolah ini diberi nama SMP Alam Leuser? Menurut Panut Hadisiswoyo, Ketua YOSL – OIC sekaligus pembina sekolah, mengatakan lokasi sekolah yang berdekatan dengan TNGL menjadi alasan utama. Dari ruang kelas, terlihat jelas bentang alam Leuser.

“Konsep pendidikannya 70 persen formal yang mengikuti kurikulum nasional, dan sisanya tentang alam. Misal, bagaimana menanam pohon, menjaga, dan merawatnya hingga besar. Ini dasar penting menjaga alam untuk kehidupan manusia di muka Bumi,” jelasnya baru-baru ini.

Baca: Selamat Tinggal Sawit di Taman Nasional Gunung Leuser

 

Konsep bertema alam mendasari lahirnya SMP Alam Leuser. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Panut menjelaskan, semua yang digunakan dalam proses belajar mengajar berasal dari alam. Termasuk, bangunan sekolah yang dibuat dari bambu. Semua biaya diberikan gratis bagi siswa yang tinggal di wilayah penyangga taman nasional.

“Awalnya, wilayah 100 hektar ini merupakan kebun sawit. Setelah proses ganti rugi selesai, kami bangun sekolah. Rencana kedepan, selain dihutankan kembali, wilayah ini juga akan dijadikan pusat pertanian ekologis,” urainya.

Kami membantu BBTNGL dalam hal penguatan masyarakat di area penyangga. Dengan begitu, masyarakat akan fokus mengelola lahannya tanpa harus melakukan perluasan yang sebenarnya tidak perlu. “Di Bukit Mas ini, dulu terkenal dengan jeruk pantai buaya. Namun setelah ada perambahan, konversi lahan dan berbagai kegiatan merusak hutan, hama muncul. Ini bagian cerita yang pernah ada,” urai Panut.

Baca juga: Ditangkap, Pemburu Burung di Zona Inti Taman Nasional Gunung Leuser

 

 

Adhi Nurul Hadi, Kepala bidang Teknis Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) mengatakan, pihaknya melakukan sosialisasi dan penyadartahuan kepada masyarakat yang hidup di sekitar kawasan taman nasional. “Konsep perhutanan sosial, konsep kemitraan, dan sebagainya lebih dikedepankan untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada,” jelasnya pekan ini.

Menurut Adhi, apa yang dilakukan YOSL – OIC merupakan konsep yang bagus. Mengingat, di wilayah tersebut sebelumnya banyak yang merambah TNGL. “Adanya Sekolah Alam Leuser diharapkan menanamkan pendidikan dini terhadap anak-anak yang tinggal di sana. Menjaga hutan itu penting untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya.”

 

Kawasan Ekosistem Leuser yang merupakan hutan mengagumkan di Sumatera. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Jika sudah ada kesadaran, generasi penerus yang tinggal di sekitar TNGL, tidak akan lagi melakukan kesalahan yang pernah dilakukan generasi sebelumnya. Yaitu, menebang hutan dan menghancurkan rumah satwa kunci seperti harimau, gajah, orangutan, dan badak. Menurut Adhi, pihaknya tengah menyusun konsep yang sama, yang bisa dilakukan di lokasi lain.

“Pendidikan alam dan lingkungan harus diajarkan. Pengetahuan konservasi harus ditingkatkan. Saat ini, sudah banyak perambah yang sadar dan akan terus kami rangkul melalui program yang ada,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version