Mongabay.co.id

Wisata Berburu Siput di Awalolong. Perlukah Diatur?

Panas terik membakar kulit. Tidak terkecuali di pantai dekat pemukiman nelayan di Rayuan Kelapa kelurahan Lewoleba Tengah kota Lewoleba, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hari itu, Selasa (23/9/2018), Mongabay Indonesia bersama dengan 3 orang wisatawan dari luar Lembata meluncur menumpang perahu milik Ibrahim, menuju pulau berpasir putih yang berajarak ± 350 meter sebelah utara dari pesisir pantai Rayuan Kelapa.

Menurut Ibrahim, seorang nelayan dari pantai Rayuan Kelapa, hampir setiap sore saat air laut surut, puluhan orang dan wisatawan asal Lembata maupun dari luar daerah datang ke pulau Siput. Masyarakat biasanya ingin memungut siput-siput kecil yang banyak sekali berada di pulau ini.

Tak heran, pulau Awololong nama lokal pulau ini lebih dikenal dengan nama Pulau Siput karena di pulau ini banyak sekali ditemukan siput. Letak Pulau Siput di ujung timur pulau Lembata berada di kecamatan Nubatukan, persis di teluk Lewoleba.

baca :  Mengintip Semangat Pedang Wutun Lestarikan Penyu di Solor

 

Masyarakat kota Lewoleba kabupaten Lembata, NTT, sedang menggali pasir di pulau Awalolong guna mencari siput untuk dikonsumsi dan dijual. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Pulau Siput tergolong unik sebab hanya bisa muncul dan terlihat saat air laut surut semantara saat pasang pulau ini hanya terlihat seperti sebuah garis berwarna putih bila dipandang dari kota Lewoleba.

Biasanya air laut surut sekitar pukul 12.00 WITA sampai pukul 18.00 WITA. Banyak wisatawan kata Ibrahim menghabiskan waktu hingga usai sunset baru beranjak pergi meninggalkan pulau.

“Kalau melihat sunset dari pulau ini sangat menakjubkan kata beberapa wisatawan,” tuturnya.

Amir salah seorang nelayan lain yang biasa mengantar wisatawan ke pulau ini menyesalkan banyaknya masyarakat dari Lewoleba yang mengambil pasir putih di pulau ini.

“Dulu pasirnya tinggi sekali bisa 30 sentimeter tebalnya. Tapi banyak masyarakat di kota Lewoleba yang mengambilnya untuk diletakkan di atas kuburan sehingga saat ini cuma sekitar 10 sentimeter saja tebalnya,” sebutnya.

baca juga :  Benarkah Proyek Reklamasi Pantai Lembata Langgar Hukum?

 

Masyarakat kota Lewoleba kabupaten Lembata, NTT, sedang menggali pasir di pulau Awalolong guna mencari siput untuk dikonsumsi dan dijual. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Siput dan Landak

Hari itu, terdapat 30 perempuan dan anak-anak sedang asyik menggali pasir putih di pulau ini. Ember plastik diletakkan di sampingnya untuk menampung siput-siput kecil berukuran ibu jari orang dewasa.

“Seminggu sekali saya biasa datang ke pulau ini untuk pilih siput. Biasanya siput ini kami rebus dan airnya diminum sebab katanya bisa untuk mengobati penyakit lever dan lainnya,” sebut Nur Hasanah, warga Lewoleba.

Siput ini pun menurut Nur juga dijual di pasar Lewoleba seharga Rp10.000/kg .Saat musim angin kencang dan gelombang tinggi, banyak masyarakat memilih siput untuk dikonsumsi sebab harga ikan mahal.

Siput yang dikumpulkan Nur dan perempuan lainnya adalah Kerang Darah (Tegillarca granosa) dan Kerang Remis atau Kijing (Pilsbryoconcha exilis).

Kerang darah dipercaya menyembuhkan penyakit anemia dan lainnya sementara kerang remis pun bisa menyembuhkan penyakit lever dan lainnya.

Fauzan warga Lewoleba lainnya terlihat membawa seember penuh bulu babi atau landak laut. Landak laut ini (Diadema setosum) banyak terdapat di pulau Siput dan terlihat di pesisir dengan airnya yang jernih.

“Kadang-kadang kalau pingin makan baru pilih di pesisir pantai di pulau siput. Masyarakat lokal menyebutnya Lobo dan kolestorelnya tinggi sehingga jarang kami konsumsi,” ungkap Fauzan.

Rasanya pun sedikit asin dan asam saat Mongabay Indonesia mencobanya. Fauzan menawarkan belasan landak laut yang sudah dibuka cangkangnya seraya mempraktekan cara memakan gonad yang menempel di cangkang.

Amir nelayan lainnya bercerita pulau Awalolong dulu merupakan daratan dan pemukiman yang menyatu dengan pulau Lembata.

baca juga :  Digagalkan Penyelundupan Insang Pari Manta di Flores Timur

 

Bulu babi atau landak laut Landak laut (Diadema setosum) yang mudah ditemukan di bibir pantai pulau Siput berair jernih berwarna kehijauan untuk dikonsumsi sendiri. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Penataan

Pemerintah kabupaten Lembata berencana menata pulau siput dan menjadikannya sebagai destinasi wisata yang bisa memberikan pemasukan bagi daerah.

Wakil bupati kebupaten Lembata Thomas Ola Langoday yang ditanyai Mongabay Indonesia, Sabtu (13/10/2018) menjelaskan pihaknya sedang mengajukan izin ke pemerintah provinsi NTT terkait pembangunan kolan renang laut di pulau seluas 9 ha ini.

“Rencana desainnya tetap jalan dan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaannya masih menunggu persetujuan ijin yang sedang diajukan. Ini dalam rangka konservasi pulau Siput agar siputnya tidak punah, lingkungan terjaga dengan baik dan lamun-lamun juga terawat,” sebut Thomas.

Dengan adanya kolam renang apung sebut Thomas, wisatawan datang tetapi mandinya di laut dan tidak diperkenankan mengambil apapun yang ada di pulau ini. Pemda Lembata menjaga agar aktifitas pengambilan siput, landak laut, serta pasir dan lainnya tidak terjadi lagi apalagi pulau ini ada nilai historisnya.

Mantan dosen ini mengatakan pada Desember 2018 nanti Pemkab Lembata sudah memiliki kapal phinisi yang akan dipergunakan untuk mengantar wisatawan ke pulau Siput, pelabuhan ikan dan tanjung menyusuri teluk Lewoleba.

“Kami juga menyiapkan semacam hotel dan restauran terapung sehingga wisatawan bisa makan dan bersantai di atas kapal ini. Sementara kapal-kapal nelayan yang biasanya membawa wisatawan ke pulau Siput tetap dipertahankan,” tuturnya.

Pemda Lembata juga dijelaskan Thomas, berencana membangun pelabuhan terapung semacam Jetty di TPI Lewoleba sebagai tempat bersandar perahu nelayan yang akan mengantar wisatawan ke pulau Siput.

menarik dibaca:  Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Ditetapkan Presiden, Apa yang Harus Dibenahi?

 

Kapal nelayan yang sedang parkir di pulau Siput menunggu wisatawan untuk kembali ke kota Lewoleba kabupaten Lembata. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Makam Leluhur

Berbagai elemen masyarakat kabupaten Lembata yang tergabung dalam Sparta (Sentra Perjuangan Rakyat Lembata) menolak rencana Pemkab menata pulau Siput.

Alasannya, kata Brino Tolok salah satu aktifis Sparta, menurut kepercayaan masyarakat setempat tidak boleh dibangun apapun di atasnya.

Sparta khawatir rencana pembangunan itu bakal dikuasai oleh swasta dan menghilangkan akses masyarakat lokal. Padahal masyarakat menggantungkan pendapatan dari pulau Siput.

“Point ketiga, jika tetap saja pemerintah mendahulukan pembangunan Pulau Siput daripada membenahi infrastruktur dasar lainnya seperti jalan, air minum dan lainnya,“ tegasnya.

Jika Pemkab Lembata bersikeras melakukan pembangunan, maka masyarakat Lembata bakal melakukan penolakan.

Yohanes Kia Nunang, aktivis lainnya menambahkan daerah itu dulunya perkampungan tapi karena ada kesalahan maka terjadi bencana. Jadi pulau Awololong merupakan kuburan para leluhur orang Lembata sehingga perlu dirawat.

“Kita harus menjaga Awalolong ini sebab menurut tetua adat kalau salah berbuat maka akan ada bencana yang melanda kabupaten Lembata. Saya akan terus pimpin demo bila pemerintah terus bersikeras membangunnya,” pungkasnya

 

Exit mobile version