Mongabay.co.id

Berwisata sambil Belajar Bercocok Tanam di Taman Agro Riau

Adi Prastowo mengecek jambu madu. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Puluhan siswa kelas dua Sekolah Dasar Islam Terpadu Diniyyah Pekanbaru, tampak berlari-lari kala seorang pemandu wisata mengajak mereka ke petakan sawah sekitar 8×8 meter di Taman Agrowisata, di Kelurahan Kulim Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau.

Berseragam biru muda dan tua, para siswa ini seperti tak sabar ingin berkubang lumpur. Sang pemandu memberi arahan.

“Sebelum kita menanam, tanah kita bajak terlebih dulu. Bajak pakai apa?” katanya dengan pengeras suara.

“Pakai kerbau,” jawab siswa serentak.

“Iya, betul. Pakai apa lagi?”

“Sapiii…”

“Iya. Ada yang tahu pakai apa lagi?”

“Pakai bebek,” jawabpara siswa itu serentak, mereka berbaris di sepanjang tanggul.

“Nanti berenang bebeknya di sini,” sahut pemandu tertawa.

Para orangtua yang menyaksikan kegiatan anak-anaknya ikut ketawa.

“Kalau sekarang bisa pakai mesin pembajak.” Pemandu memberi edukasi pada anak-anak yang penuh semangat bermain itu.

Seketika, mereka berhamburan ke kubangan yang menenggelamkan kaki hingga betis.

Pemandu minta siswa membajak tanah dengan menginjak-injaknya. Setelah itu, mereka diberi beberapa batang bibit padi.

Para siswa tampak tak begitu serius. Mereka lebih senang lari-lari, lompat-lompatan dan dorong-dorongan. Mereka diajak lomba lari dalam kubangan lumpur. Siswa senang. Ada juga menangkap lele dalam kubangan. Permainan selesai. Untuk bersihkan badan, pengelola juga menyiapkan kolom renang.

Menurut Najmi, guru yang mendampingi para siswa, kegiatan bermain di luar sekolah jadi rutinitas tiap semester. “Taman agrowisata ini kami pilih karena dekat dari sekolah dan satu-satunya di Pekanbaru,” katanya.

Adi Prastowo, pemilik Taman Agrowisata, hampir tiap Sabtu atau Minggu, guru sekolah di Pekanbaru, membawa siswa ke tempat itu. Selain menyediakan wahana bermain, juga ada paket belajar menanam dan memanen seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Mulanya, Adi hanya tanam jambu madu sekitar 100 batang. Teman-temannya kerap datang ke kebun sekadar mencicipi jambu. Orang luar pun mulai berdatangan. Dari situ, Adi disarankan membuat tempat bersantai atau beristirahat.

Dengan lahan sekitar 1,4 hektar, Adi menyulap jadi wisata berbasis pertanian. Pohon jambu madu kini ada 500 batang. Adi menanam dalam pot bekas tong air. Pohon sudah berbuah dan siap petik dibungkus dengan plastik transparan supaya tak busuk atau jatuh.

Adi sengaja menanam tak langsung ke tanah supaya pohon tidak terlalu besar dan tinggi hingga mudah dipindahkan. Adi dapat bibit jambu dari temannya di Dumai. “Katanya bibit itu dari Taiwan masuk ke Malaysia sebelum mampir ke Dumai.”

Dia juga menanam mangga dan kelengkeng dalam pot. Beberapa batang kelapa tanam langsung di tanah. Bibit kelapa di Sumatera Utara. Selain sepetak tanah untuk menanam padi, Adi juga siapkan lahan sayur mayur. Adi juga berternak kambing.

 

Anak-anak bermain sambil tanam bibit padi. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Pengunjung bebas naik ke kandang memberi makan kambing dengan rumput yang sudah disediakan.

Adi juga mengajak masyarakat sekitar bertani. Lahan pertanian warga jadi paket wisata bila ada pengunjung hendak belajar menanam atau memanen. “Ini musiman atau tergantung jenis tanaman saat itu.” Adi dan para petani kerjasama dengan sistem bagi hasil.

Beberapa bulan lalu, siswa Sekolah An Namiroh, diajari memanen jagung. Pengunjung bisa membeli jagung dari sana. Hasil penjualan dibagi pada petani pemilik lahan.

Adi senang dan terbantu atas kerjasama itu. “Wisata model pendidikan seperti ini satu-satunya di Pekanbaru,” katanya.

Pertamakali terbuka untuk umum, pengunjung yang hendak menikmati buah-buahan atau membawa pulang gratis, setelah itu dia tetapkan harga. Pengunjung yang mau metik juga didampingi pemandu agar caranya benar.

Kini, Adi hanya berhadapan pada hama seperti monyet dan ulat yang kerap menggangu tanaman. “Selebihnya tidak terlalu susah merawat tanaman ini. Tinggal dikasih pupuk.”

Taman yang dibuka pada 2013 itu juga menyediakan dua kolam pancing. Di tepi kolam ada gazebo untuk bersantai sambil memancing. Pengunjung bisa menyewa peralatan pancing atau bawa sendiri. Di dalam kolam ada ikan gurame, nila dan patin.

Ikan pancingan ditimbang untuk menentukan harga. Setelah itu boleh dibawa pulang atau dimasak pelayan restoran. Soal harga, katanya, bisa ditanya langsung pada saat berkunjung.

Bila hendak menguji nyali dari ketinggian, Adi juga menyediakan flying fox. Dari atas menara pengunjung akan dibawa meluncur dan melintasi kebun jambu madu. Segala jenis tanaman dan aktivitas bertani jadi pemandangan selama di atas menara. Bisa juga bersantai di sana.

Adi terus berbenah. Dia sedang menyiapkan taman bunga, play ground dan area berfoto. Katanya, tepat foto itu untuk memenuhi keinginan anak-anak zaman sekarang.

Dia biasa mendapat masukan dari pengunjung dalam menyiapkan wahana. “Yang penting konsep tetap mengutamakan nilai-nilai pendidikan.” Dia ingin pengunjung bisa menikmati kebun, atau anak-anak bisa mengetahui soal berkebun dan bertani sekaligus mengenal alam.

Selain dibantu teman-teman, Adi juga aktif menggunakan media sosial untuk menyebarluas informasi wisata ini. Pengunjung dari luar Pekanbaru mulai berdatangan seperti, Siak, Rengat dan Dumai.

 

Keterangan foto utama:   Adi Prastowo mengecek jambu madu. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

Kebun jambu madu dari atas menara. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version