Mongabay.co.id

Menakar Komitmen Global Penyelamatan Samudera Dunia pada OOC 2018

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam pembukaan Our Ocean Conference di Nusa Dua, Bali pada Senin (29/10/2018). Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

Selama dua hari sejak Senin (29/10/2018) kemarin, 7 kepala negara dan pemerintahan, 37 menteri, dan 2.200 delegasi tengah menghadiri Our Ocean Conference (OOC) 2018 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali.

OOC 2018 yang digelar kelima kalinya ini diawali pada 2014 dengan inisiasi dari John Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika saat itu.

Para pihak peserta OOC seperti pemerintah, organisasi nonpemerintah, akademisi, dan pelaku bisnis membicarakan berbagai inisiatif dan komitmen dalam pengelolaan dan perlindungan laut dunia yang berkelanjutan.

Komitmen tersebut diharapkan dapat dijabarkan dalam aksi dan solusi yang inovatif, terpadu serta komprehensif, dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti secara konkret melalui peningkatan kolaborasi dan kemitraan di antara berbagai pemangku kepentingan laut dunia.

Komitmen negara-negara diperlukan ketika kondisi lautan dunia semakin memprihatinkan, seperti makin menyusutnya total populasi ikan karena overfishing, rusaknya ekosistem laut dan terumbu karang karena dampak perubahan iklim, sampai masalah sampah plastik yang membanjiri samudera dunia.

Sejak 2014 hingga 2017, jumlah komitmen peserta OOC secara keseluruhan yang dibuat setiap tahun telah meningkat. Seiring waktu, platform OOC sendiri telah berkembang pesat sejak pertemuan pertama pada 2014.

baca :  Jokowi: Jangan Terlambat Berbuat untuk Laut Kita

 

Jumlah Komitmen Peserta Our Ocean Conference yang dibuat tahun 2014 – 2017. Sumber : OOC 2018

 

Pada 2014 – 2016, komitmen dikategorikan dalam 9 bidang tema, yaitu pembangunan kapasitas; iklim, pencegahan dan pemantauan pengasaman laut; mempromosikan perikanan yang berkelanjutan; perlindungan laut; pengurangan polusi laut; jaringan kerja laut yang aman; memetakan dan memahami lautan dan masa depan konferensi samudera kita.

Dari keseluruhan komitmen selama periode 2014-2016, paling besar ditujukan untuk mempromosikan perikanan berkelanjutan.

Sejak 2017, tema aksi diringkas 6, yaitu ekonomi biru berkelanjutan, kawasan konservasi perairan, perubahan iklim yang berhubungan dengan laut, perikanan berkelanjutan, polusi laut, dan keamanan maritim.

baca juga :  Our Ocean Conference 2018 Jadi Ajang Pelacakan Komitmen Isu Laut

 

Komitmen peserta Our Ocean Conference 2017 pada 6 tema aksi. Sumber : OOC 2018

 

Sedangkan dalam OOC 2017, ada sekitar 433 komitmen yang diterima. Terdiri dari 356 komitmen (54%) atau mayoritas merupakan komitmen dari negara, kemudian ada 159 komitmen (20%) dari LSM, 51 komitmen (8%) dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa/Organisasi antar Pemerintah, 61 komitmen (9%), dari sektor swasta dan lainnya ada 36 komitmen (5%).

 

Para pihak yang memberikan komitmen pada Our Ocean Conference 2017. Sumber : OOC 2018

 

Tema Aksi

Jumlah komitmen OOC 2017 terbesar ditujukan untuk penanganan polusi laut. Dari jumlah itu, mayoritas komitmen diarahkan untuk mengatasi masalah polusi plastik laut yang tercermin dalam isu-isu internasional terkini pada pencemaran sampah plastik serta dampaknya terhadap kesehatan ekosistem, spesies dan manusia.

Penanganan isu sampah plastik di lautan merupakan tema kerja yang relatif baru dalam konteks polusi laut. Pencapaian konkretnya dilakukan dengan meningkatkan kesadaran dan mengubah praktik konsumen dan produsen untuk mengurangi sampah plastik.

Caranya dengan pelarangan penggunaan kantong dan botol plastik, penelitian tentang sampah plastik, pengelolaan limbah, pembersihan pantai, peraturan tentang plastik (plastik sekali pakai), pemulihan dan daur ulang plastik.

Implementasi komitmen dilakukan dengan kerja sama dan inisiatif pendanaan untuk penanganan polusi plastik laut, selain pembahasan mengenai pengelolaan limbah, upaya peningkatan kesadaran, pengurangan polusi suara, pembangunan infrastruktur dan tata kelautan.

Perikanan berkelanjutan menjadi tema dengan jumlah komitmen kedua terbesar, dengan skala dari global sampai lokal. Penjabaran komitmennya dilakukan terkait tata kelola dan pengelolaan perikanan; peningkatan, penelusuran dan sertifikasi data perikanan; pemberantasan Ilegal, Unreported and Unregulated Fishing dan Perikanan Skala Kecil.

menarik dibaca :  Indonesia Kampanyekan Perikanan Berkelanjutan untuk Dunia, Seperti Apa Itu?

 

Lautan sampah plastik yang mengambang di Pulau Roatan, Karibia, Honduras. Foto : AFP/aawsat.com

 

Sedangkan terkait tema kawasan konservasi laut (KKL), mayoritas komitmennya terkait dengan pengelolaan, perluasan area dan usulan wilayah baru KKL.

Aksi terkait komitmen KKL ini tercermin dalam dukungan perencanaan tata ruang laut dan meningkatkan basis informasi melalui penelitian.

Tetapi ada tumpang tindih aksi terkait komitmen KKL dengan tema aksi perubahan iklim terkait lautan. Karena aksi berbasis kawasan pada KKL dengan pengelolaan yang lestari berdampak pada ketahanan kawasan tersebut terhadap perubahan iklim.

Komitmen penanganan dampak terkait perubahan iklim terhadap laut dilakukan dengan penelitian ilmiah dan kolaborasi penelitian tentang pengasaman laut, pengurangan emisi CO2, membangun ketahanan terhadap dampak pengasaman laut dan adaptasi terhadap kondisi laut yang lebih asam, kegiatan yang terkait dengan penyerap karbon pesisir, termasuk khususnya konservasi karbon biru, dan kegiatan yang terkait dengan mitigasi dan penyerapan karbon.

Sedangkan komitmen pada tema ekonomi biru berkelanjutan ternyata juga tumpang tindih dengan area aksi lainnya.

Komitmen para pihak pada OOC 2017, sepertiganya dinyatakan sudah selesai, yang berarti sepertiga dari komunitas laut global sudah melakukan aksi penyelamatan laut.

 

baca juga :  Begini Seruan Indonesia Atasi Dampak Perubahan Iklim untuk Negara Kepulauan di Dunia

 

Hutan mangrove di Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat yang masih asri. Mangrove di Teluk Etna menjadi bagian dari mangrove Kaimana yang terluas dan potensial menjadi blue carbon di Indonesia. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Pemantauan Komitmen

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat memberi keterangan resmi di Jakarta, Rabu (17/10/2018) mengatakan karena bukan diselenggarakan oleh badan PBB, maka komitmen dari hasil OOC 2018 diusulkan untuk diserahkan kepada United Nation Ocean Conference agar dimasukkan dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) ke-14 yaitu Sustainable Development Knowledge Platform

Susi melanjutkan Indonesia sebagai tuan rumah OOC 2018 dan pemimpin isu kelautan dunia, akan memantau ketat komitmen negara-negara peserta OOC.

Pemantauan komitmen dilakukan dengan sebuah sistem mekanisme pelacakan (tracking mechanism system) yang akan mengukur dan mengontrol implementasi komitmen dalam aspek kehidupan di negara yang menyatakan komitmen.

Pemantauan komitmen ini tentu sebagai penjabaran kerjasama semua pihak untuk menyelamatkan samudera global.

“Pemerintah saja tidak mungkin menyelesaikan semuanya. Kita semua harus berani membuat komitmen dan mengambil langkah konkret dimulai dari diri kita masing-masing. Komitmen dan langkah yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas dan berdampak nyata terhadap perlindungan laut,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka OOC 2018, Senin (29/10/2018).

Every little action counts, tegas Jokowi.

 

Exit mobile version