Mongabay.co.id

Tidak Bisa Terbang, Bagaimana Caranya Burung Ini Berada di Pulau Paling Terpencil di Dunia?

Inaccessible island

Gough and Inaccessible Islands (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland)

 

Di  kawasan sangat terpencil Samudera Atlantik selatan, terdapat   pulau-pulau dengan tebing nyaris vertikal dan gunung api yang sudah punah. Pulau-pulau ini mempunyai daratan aneh, mirip sebuah kue raksasa, yang kemudian dikenal sebagai Inaccessible Island, atau Pulau Tidak Dapat Diakses.   Tidak ada manusia yang hidup di sana (setidaknya hingga tahun 1873). Namun pulau tersebut  dipenuhi dengan satu spesies burung kecil, aneh, dan tidak bisa terbang. Burung Mandar di Pulau Inaccessible seluas 7,4 kilometer persegi.

Burung mandar ini begitu mungil, beratnya tak sampai seberat telur ayam, dengan bulu coklat, kaki hitam, dan mata merah. Pertanyaannya adalah: Bagaimana jenis ini ada di sana?

Para ilmuwan berdebat hal ini sejak lama. Satu abad lalu, ahli ornitologi Percy Lowe berspekulasi bahwa nenek moyang burung Mandar Pulau Inaccessible (Atlantisia rogersi) yang juga tidak dapat terbang, berhasil ke pulau ini dengan bergerak cepat di sepanjang jembatan darat yang sekarang terendam.   Namun dalam studi   Molecular Phylogenetics and Evolution   baru-baru ini, tim ilmuwan internasional mengungkapkan backstory yang jauh lebih realistis dan menakjubkan.

Martin Stervander, Ph.D adalah ahli biologi evolusi dan penulis utama dalam studi tersebut.   “Jawaban yang kami temukan adalah nenek moyang burung ini telah menghuni pulau terpencil sekitar 1,5 juta tahun lalu, waktu yang tidak terlalu lama, pada masa evolusi,” kata Stervander seperti dikutip Inverse.

“Sepertinya, burung-burung itu terbang sekitar 2.174 mil dari Amerika Selatan dan kemudian mendarat di Innaccesable Island, yang mungkin adalah salah satu dari lahan pertama yang mereka lihat, setelah terbang begitu jauh.”

 

Inilah jenis mandar yang berada di Inaccessible Island. Foto: Martim Melo via Gizmodo

 

Stervander, sekarang peneliti pasca-doktoral di University of Oregon, mempelajari burung ini  selama berada di Universitas Lund di Swedia.   Dia melakukan perjalanan ke pulau itu untuk mempelajari burung kutilang. Tetapi, seperti yang diingat Stervander, dia dan rekan-rekannya tahu bahwa burung-burung mandar aneh tak bisa terbang, tidak ada yang tahu sejarah evolusinya.

Mereka  memutuskan memasang jaring untuk menangkap burung tersebut. Dua individu berhasil ditangkap meski bukan pekerjaan mudah.

Stervander mengatakan banyak spesies mandar – bahkan yang bisa terbang – lebih suka bersembunyi, dan tak pernah jauh-jauh dari vegetasi yang cukup lebat.   Bahkan ketika Stervander berada di pulau itu, butuh lima hari sebelum dia melihat satu burung mandar tersebut.

Meski  begitu, Innaccessible Island dipenuhi burung-burung ini. Stervander mengatakan bahwa perkiraan terbaru populasinya mencapai 5.600 individu.

“Itu pada dasarnya berarti mereka ada di mana-mana,” kata Stervander. “Anda dapat mendengar mereka sepanjang waktu, berkicau memanggil kawanannya.   Mereka  juga terlihat   berlarian di sekitar vegetasi seperti hewan pengerat.”

 

Pulau Tidak Dapat Diakses sebagaimana namanya pulau ini memang sulit didatangi. Foto: Peter G. Ryan via Gizmodo

 

Penangkapan burung ini   memungkinkan tim untuk menganalisis DNA mereka dan menyimpulkan bahwa kerabat terdekat yang sekarang hidup adalah burung Crake bersayap bintik   (Porzana spiloptera) di Amerika Selatan dan mandar hitam (Laterallus jamaicensis) yang ditemukan di Amerika Selatan dan Utara.

Setelah sampai di Innacessible Island, spesies ini berubah dalam beberapa cara. Paruhnya menjadi lebih panjang, kakinya menjadi lebih kuat, dan warnanya sedikit berubah.   Tapi mungkin yang paling mengejutkan adalah, burung mandara Inaccessible Island kehilangan kemampuannya untuk terbang.

Hal ini disebabkan karena di pulau ini, burung benar-benar tidak perlu terbang.   Mereka bisa mendapatkan makanan – ngengat, berry, biji, dan cacing – dengan berjalan di tanah. Tidak ada mamalia atau predatornya di sini, jadi tidak ada urgensi untuk terbang menyelamatkan diri.   Seiring waktu, karena seleksi alam, burung ini tak mengembangkan mekanisme untuk terbang.

“Bukan berarti mereka kehilangan sayap, tetapi sayapnya memang jauh lebih pendek,” kata Stervander.   “Yang paling penting, otot penerbangan mereka telah berkurang secara dramatis.”

 

Kebaradaan mandari di pulau terpencil ini teris diteliti ilmuwan. Foto: Peter G. Ryan via Gizmodo

 

 

Pulau ini letaknya sangat terpencil di tengah lautan. Stervander berlayar ke pulau ini, yang terletak di tengah-tengah antara Amerika Selatan dan Afrika, dengan kapal penelitian yang berangkat dari Cape Town, Afrika Selatan.   Para ilmuwan melakukan perjalanan seminggu di lautan dan kemudian diterbangkan dengan helikopter ke pulau tersebut.   Kapal penelitian hanya melakukan perjalanan ke Innaccessible Island setahun sekali.

Namun, keterpencilan pulau itu sangat menguntungkan burung-burung kecil. Stervander menjelaskan, jika mamalia, seperti hewan pengerat, pernah secara tidak sengaja terbawa ke pulau ini, maka kemungkinan kita takkan pernah menjumpai burung-burung luar biasa ini.   Makhluk ini telah berevolusi untuk benar-benar ada dalam kondisi yang sangat spesifik, berkembang di dunia di mana mereka tidak perlu terbang. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version