Mongabay.co.id

Mungkinkah Sistem Minapadi Diterapkan di Seluruh Dunia?

Sistem minapadi yang dikembangkan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, terbukti bisa memberikan keuntungan bagi para pembudidaya ikan sekaligus petani padi. Hal itu, karena sistem tersebut mampu melaksanakan efisiensi lahan dan sekaligus menjadi tempat untuk melaksanakan perikanan budidaya dan pertanian secara bersamaan.

Keuntungan tersebut mulai mendapat perhatian dari dunia, terutama dari negara yang masuk sebagai anggota lembaga pangan dunia PBB (FAO). Di antara mereka, terdapat delapan negara yang memperlihatkan antusiasmenya saat melihat langsung sistem minapadi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka adalah Nigeria, Algeria, Thailand, Norwegia, Chili, Yordania, Amerika Serikat, dan Australia.

Menurut Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Umi Windriani, delapan negara yang hadir di Sukoharjo, menjadi representasi dari negara yanga ada di lima benua, yaitu Afrika, Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. Kehadiran mereka diharapkan bisa menyebarluaskan sistem minapadi ke seluruh dunia.

“Ada beberapa alasan kenapa minapadi kita gaungkan ke seluruh dunia. Di antaranya, karena sistem ini bisa dilakukan dengan mudah oleh petani. Kemudian, sistem tersebut juga bisa memberikan tambahan pendapatan petani hingga 40 persen,” ucapnya pekan lalu.

baca :  Budidaya Ikan dan Padi Sekaligus di Satu Lahan? Kenapa Tidak!

 

Delegasi negara-negara anggota FAO saat mempelajari sistem minapadi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP/Mongabay Indonesia

 

Selain keunggulan tersebut, Umi menjelaskan, sistem minapadi juga memberikan keuntungan karena bisa menghasilkan padi organik dan itu bisa terjadi karena proses produksi tidak menggunakan bahan pestisida ataupun pupuk. Dalam satu hektare lahan dengan menggunakan minapadi, bisa dihasilkan minimal 1 ton ikan dan padi rerata 8-10 ton.

Jumlah tersebut, menurut Umi, sangatlah banyak karena melebihi sistem konvensional yang biasa digunakan petani. Biasanya, dalam satu ha lahan yang menggunakan konvensional, padi yang didapat rerata 6-7 ton. Hasil tersebut bisa menjadi penegasan bahwa minapadi sangat layak untuk digunakan untuk pertanian padi dan perikanan budidaya sekaligus.

“Indonesia sekarang menjadi percontohan di dunia untuk sistem minapadi dan kita menjadi rujukan FAO untuk negara kelompok Asia Pasifik. Sekarang, kita sudah mengenalkan sistem minapadi ini ke seluruh dunia,” tuturnya.

 

Kampanye Dunia

Umi mengatakan, dalam melaksanakan minapadi, Indonesia sudah mendapatkan dukungan penuh dari FAO sejak 2016 lalu. Adapun, lokasi yang menjadi percontohan ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Di masing-masing daerah tersebut, dibuka lahan seluas 25 ha untuk sistem minapadi.

“Setelah itu, pada 2018 kita buka lagi lahan di Sukoharjo seluas 18 hektare,” sebutnya.

Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard mengungkapkan, keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan sistem minapadi patut untuk disebarluaskan ke seluruh dunia. Meskipun sistem tersebut menjadi yang pertama diterapkan di dunia, tetapi itu ternyata memberikan keuntungan yang banyak dan sangat cocok untuk dilaksanakan di 193 negara yang ada di dunia.

“Minapadi ini juga melibatkan peranan wanita dalam kegiatannya, sehingga ikut mendukung kegiatan gender,” tegasnya.

baca :  Mina Padi, Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Menekan Perubahan Iklim. Seperti Apakah?

 

Delegasi negara-negara anggota FAO melepaskan benih ikan saat mempelajari sistem minapadi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP/Mongabay Indonesia

 

Perwakilan Tetap Nigeria untuk PBB Yasa Adisa Olahiran yang hadir di Sukoharjo mengatakan, negaranya tertarik dengan sistem minapadi yang diterapkan Indonesia karena bisa melihat bagaimana petani bekerja keras untuk mengelola lahan yang ditanami padi dan budidayak sekaligus. Dia tertarik bagaimana petani mendapatkan benih ikan, padi, dan pakan secara bersamaan dan kemudian mengaturnya.

Ketertarikan Nigeria untuk melaksanakan minapadi, dinilai masuk akal, karena menurut Ketua Kelompok Tani Geneng Sari II, Sukoharho, Sahir, sistem tersebut memang memberikan banyak keuntungan. Dari pengalaman dia dan kelompoknya, keuntungan yang didapat adalah penyiangan rumput menjadi berkurang, penggunaan pupuk menurut hingga 50 persen, dan biaya penggunaan pestisida menjadi tidak ada.

“Yang terpenting, saat panen ikan dapat 2 ton per hektare dan juga panen padi bisa meningkat dari 6,6 ton menjadi 9 ton per hektare,” paparnya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menerangkan, sejak 2016 hingga 2018, KKP sudah mengembangkan percontohan minapadi di lahan seluas 580 ha dan menyebar di 26 kabupaten. Untuk 2019 mendatang, KKP sudah merencanakan untuk mengembangkan lagi di lahan seluas 400 ha yang menyebar di berbagai daerah.

Menurut Slamet, pelaksanaan sistem minapadi bisa menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi, karena itu mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kemudian, minapadi juga mampu menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan secara nasional, dan juga, pada akhirnya itu mampu meningkatkan produksi ikan.

“Pada akhirnya, itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendukung kedaulatan pangan serta ramah lingkungan,” tuturnya.

baca :  Mina Padi yang Membuat Petani Sergai Tersenyum, Mengapa?

 

Sistem pertanian mina padi, memberi keuntungan berupa padi dan ikan bagi petani di Bantul, Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando

 

Sistem Jajar Legowo

Saat memulai minapadi pada 2015, Slamet menyebutkan, Indonesia mengembangkannya dengan menggunakan sistem kluster dan pola tanam padi jajar legowo. Sistem tersebut digunakan, untuk meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada di pinggir.

Menurut dia, sistem pola tanam padi jajar legowo bisa menambah penghasilan petani hingga mencapai USD1.700 per hektar per musim tanam. Jumlah tersebut sangat besar, karena jika lahan ditanami padi saja, maka keuntungan per hektare mencapai Rp10 juta saja.

Dengan menggunakan sistem jajar legowo, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi padi lebih tinggi dan kualitas dari gabah yang lebih baik. Hal itu, karena tanaman padi yang ada dipinggir akan mendapatkan sinar matahari lebih banyak.

Keunggulan yang hanya didapat melalui minapadi tersebut, menurut Slamet, sudah seharusnya bisa dikembangkan di banyak negara. Terlebih, karena sistem pola tanam jajar legowo harusnya bisa menjadi pilihan juga bagi para petani budidaya. Apalagi, hingga saat ini, belum banyak petani budidaya yang menggunakan sistem tanam seperti itu.

“Sistem mina padi merupakan cara yang efektif untuk keberlanjutan usaha pertanian dan perikanan, meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan kedaulatan pangan,” tuturnya.

Tak hanya itu, Slamet menambahkan, dengan sistem tanam jajar legowo, tanaman padi yang dihasilkan akan lebih berkualitas dan juga memungkinkan terciptanya pertanian organik yang ramah lingkungan dan produknya lebih sehat untuk dikonsumsi.

Sebagai rekomendasi, untuk menggunakan sistem pola tanam jajar legowo, petani disarankan memilih tanaman padi varietas ciherang dan ikan air tawar jenis nila. Untuk 1 hektare lahan, petani bisa menanam ikan nila sebanyak 12.000 ekor.

“Ikan air tawar seperti gurame, nila, lele, dan udang galah, bahkan ikan hias jenis Koi sangat cocok dibudidayakan pada sistem mina padi,” jelas Slamet.

 

Mina padi merupakan konsep menanam padi organik yang dibarengi memelihara ikan dalam satu areal. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Diketahui, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, potensi lahan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan sistem minapadi adalah seluas 4,9 juta ha. Dari luas tersebut, lahan yang sudah termanfaatkan hanya sebesar 128 ribu ha. Slamet menyebut itu adalah potensi yang harus digarap untuk menjadi terobosan baru dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.

Pada gelaran Our Ocean Conference 2018 yang dilaksanakan pada 29-30 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali, Indonesia mengampanyekan penerapan ekonomi biru untuk berkelanjutan. Dalam kampanye tersebut, Indonesia menyatakan sudah menerapkannya melalui perikanan budidaya, termasuk sistem minapadi yang sudah dilaksanakan sejak 2015.

 

Exit mobile version