Mongabay.co.id

Bahaya Luar Biasa, Andai Cula Badak dan Tulang Harimau Dilegalkan di China

 

Pemerintah China telah membuat kebijakan kontroversi yang mengundang amarah pegiat lingkungan. Negeri Tirai Bambu ini akhir Oktober 2018 melegalkan cula badak dan tulang harimau sebagai bahan baku obat tradisional meski dalam perkembangannya kebijakan itu ditunda, mulai 12 November 2018 hingga waktu yang belum ditentukan. Indonesia, negara pemilik dua jenis badak dan harimau sumatera, tentu saja harus mewaspadai dampak aturan “menyesatkan” tersebut.

Kepala Subdit Pengawetan Jenis Direktorat KSDAE KLHK Puja Utama mengatakan, badak merupakan satwa dilindungi. Memperjualbelikan satwa dan organ tubuhnya merupakan tindak pidana. Terkait dengan kebijakan Pemerintah China yang hendak melegalkan perdagangan cula badak, dia dengan tegas menolak hal tersebut.

“Kebijakan China ini akan membuat semakin rentannya populasi badak di Indonesia. Kita harus lebih waspada. Tetapi, biasanya hal itu diputuskan di COP CITES dan kita akan memberikan pertimbangan. Indonesia melindungi badak sumatera dan badak jawa. Di Afrika dulu boleh. Tapi di Indonesia tidak, karena jelas dilindungi, juga memperjualbelikan bagian tubuhnya dilarang” jelasnya di Jakarta, Jum’at (16/11/2018).

Puja mengatakan, jika kebijakan Pemerintah China tetap diberlakukan, akan mengancam populasi badak Indonesia. Walaupun nanti, misalnya cula badak diambil dari Afrika, tapi ada kemungkinan akan dicampur dengan cula badak hasil perburuan gelap di Indonesia.

“Prinsipnya, kita tidak mendukung kebijakan tersebut karena akan menambah tekanan populasi badak. Di alam, kita punya tim perlindungan dan pemantau di Sumatera dan Jawa yang baik, bekerja 20 hari sebulan. Bergantian. Di Sumatera juga tim mengumpulkan jerat,” lanjutnya.

Baca: Badak Sumatera, Apakah Baik-baik Saja di Habitatnya?

 

Badak sumatera, satwa langka dilindungi yang hidupnya tak lepas dari perburuan liar. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Di China, cula badak yang akan digunakan untuk pengobatan tradisional, menurut Puja, harus dipertanyakan dari mana sumbernya. Sebab, di China tak ditemukan badak.

“Badak dari mana, China tak punya. China yang menjadi anggota CITES harusnya tunduk pada aturan dan tak bisa sembarang memutuskan. China memang jadi bahasan karena menggunakan organ satwa liar sebagai bahan pengobatan. Itu juga menjadi bahasan di CITES yang terdiri 197 negara anggota,” tuturnya.

Baca: Kisah Romantis Perilaku Kawin Badak Jawa

 

Badak sumatera memiliki pendengaran dan penciuman yang tajam. Tubuhnya juga dipenuhi rambut yang pendek dan kaku. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Direktur Forum Konservasi Leuser (FKL) Rudi Putra, dihubungi terpisah menyatakan, hingga saat ini perburuan satwa langka termasuk badak dan harimau sumatera masih terjadi di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

“Salah satu cara yang harus dilakukan untuk menekan perburuan satwa langka di KEL adalah dengan meningkatkan patroli pengamanan. Saat ini ada 26 tim Ranger yang dimiliki FKL,” terangnya.

Rudi menambahkan, jika kebijakan China itu benar-benar diberlakukan, pengamanan satwa di hutan Leuser harus lebih ditingkatkan, melebihi yang selama ini dilakukan.   “Setiap saat harus ada tim patroli,” ujarnya.

 

Bekas jerat harimau yang bertebaran di hutan Kawasan Ekosistem Leuser. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Cula badak merupakan keratin yang menggumpal, pengembangan jaringan epidermis seperti kuku atau rambut pada manusia. Keratin merupakan manfaat protein yang diproduksi oleh folikel keratin. Cula tidak memberikan nilai positif untuk manusia, kecuali berguna pada badak itu sendiri sebagai pertahanan diri.

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Ethnupharmaculogy, 33 (1991) 45-50, Elsevier Scientific Publishers Ireland Ltd, menunjukkan sesungguhnya tanduk kerbau dapat digunakan sebagai pengganti cula badak untuk mengobati hipertermia. Terutama, bila disiapkan dengan herbal atau bahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip resep senyawa pengobatan China. Meski, ada kemungkinan dosis lebih tinggi dari tanduk kerbau diperlukan dalam pengobatan itu. Kajian ilmiah tersebut berjudul Ethnopharmacology of rhinoceros horn. II: antipyretic effects of prescriptions containing rhinoceros horn or water buffalo horn.

Baca: Kenapa Permintaan Cula Badak, Gading Gajah, dan Tulang Harimau Tinggi di Asia?

 

Hutan ini merupakan habitat harimau yang menghubungkan KEL dengan Ulu Masen. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Perburuan akan meningkat

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh saat menjadi pembicara diskusi terarah garapan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh bersama Forum Koservasi Leuser (FKL), 14 November 2018 menjelaskan, kebijakan China sangat berpengaruh terhadap populasi harimau sumatera di Aceh.

“Jumlah harimau di Aceh berkisar 150 hingga 200 individu, berdasarkan survei 2013-2015. Populasinya tersebar di Kawasan Ekosistem Leuser juga hutan Ulu Masen,” terang Sapto Aji Prabowo.

Sapto mengatakan, tanpa ada aturan yang melegalkan cula badak dan tulang harimau di China, perburuan satwa dilindungi saja terus terjadi. Bila aturan itu benar-benar diberlakukan, dipastikan perburuan makin meningkat.

“Kulit, tulang harimau, serta cula badak dan awetan satwa lainnya yang dicuri di Indonesia, khususnya di Aceh, umumnya dikirim ilegal ke China. Apa jadinya jika diperbolehkan di China, tentu saja akan mempercepat kepunahan satwa kebanggaan Indonesia ini,” jelasnya.

Baca juga: Melihat Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2018-2028. Seperti Apa?

 

Habitat harimau ini rusak akibat perambahan dan pembalakan liar. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sapto menambahkan, selain perburuan, nasib harimau sumatera makin tragis karena pengrusakan habitat: perambahan hutan maupun pembalakan liar. Selain itu, pengungkapan kasus perburuan harimau dan satwa liar sulit diungkap sebagaimana peredaraan narkoba. Dari kasus yang dibongkar, perdagangan bagian tubuh satwa liar tidak dilakukan satu orang, tapi jaringan.

“Bisa jadi tidak saling kenal. Sulit dilacak hingga ke pembeli utama,” ujarnya.

 

Survei pendataan harimau sumatera harus dilakukan agar diketahui persebarannya. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Ahli konservasi harimau sumatera, Hariyo Tabah Wibisono dalam diskusi itu mengatakan, sejumlah pihak sedang melakukan survei populasi harimau sumatera di sejumlah habitat. “Diharapkan berjalan maksimal sehingga bisa didapat data akurat sebaran harimau dan informasi pendukung lainnya.”

Hariyo menyebutkan, saat ini juga dipastikan   konservasi harimau di beberapa tempat yang sudah berjalan baik bisa ditingkatkan. Habitat harimau yang terabaikan juga mulai diperhatikan. “Harapannya, konservasi harimau bisa menggandakan populasi pada lanskap besar di 2022,” ujarnya.

Lelaki disapa Bibah ini melanjutkan, perlindungan koridor harimau yang menghubungkan dua kawasan hutan sangat penting dilakukan agar harimau bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.   “Seperti hutan penghubung Kawasan Ekosistem Leuser dengan Ulu Masen di wilayah Beutong, Kabupaten Nagan Raya. Hutan ini sangat penting karena di Ulu Masen populasi harimau berkurang dan harimau dari Leuser bisa pindah ke kawasan ini,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version