Mongabay.co.id

Kenapa Tanaman Air Masih Terbatas untuk Kalangan Pehobi?

Keberadaan tanam hias air hingga saat ini masih belum disadari oleh banyak orang. Meski biota tersebut bisa dijumpai di air tawar dan sudah menjadi komoditas ekspor bagi Indonesia, namun hanya segelintir orang saja yang sudah menyadari potensi besar dari tanaman yang juga disebut aquatic plant atau flora aquatic itu.

Bagi Indonesia, tanaman hias air berperan penting bagi perekonomian nasional, karena sudah ikut memberikan sumbangan nyata. Dari data yang pernah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008, tanaman hias air mendapatkan nilai kumulatif ekspor sebesar USD1.054.229 sepanjang 2002 hingga 2004. Dan pada 2006, komoditas tersebut sudah bernilai USD676.404 dari ekspor yang dilakukan.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengatakan, tanaman hias air memiliki potensi ekonomi yang besar dan bisa menjadi salah satu komoditas andalan ekspor. Namun, keberadaannya tidak terlalu diminati banyak orang.

“Walaupun, di Tanah Air banyak pehobi tanaman hias air dan juga di luar negeri mereka juga banyak. Permintaan dari dalam dan luar negeri itu terus meningkat dari waktu ke waktu,” ungkapnya, pekan lalu di Jakarta.

baca :  10 Tanaman Paling Mematikan di Bumi

 

Tanaman hias air in vitro yang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Foto : BRSDM KP/Mongabay Indonesia

 

Banyaknya permintaan dari dalam dan luar negeri untuk tanaman hias air, menurut Sjarief, karena tanaman tersebut memiliki fungsi lengkap. Selain untuk keindahan estetika, tanaman tersebut juga memiliki fungsi penting lain, yakni sebagai penjaga keseimbangan ekosistem perairan. Untuk itu, perlu dikembangkan secara mendalam komoditas tersebut melalui riset.

Selain riset, Sjarief menjelaskan, perlu juga dilakukan inventarisasi tanaman air endemik tersebut di seluruh provinsi, untuk mencegah munculnya pengakuan dari negara lain. Apalagi, perairan tawar tidak hanya dimiliki Indonesia saja, namun juga masih banyak negara lain yang memilikinya.

Sjarief kemudian mencontohkan, di pulau Kalimantan terdapat tanaman air endemik jenis Buchepalandra yang diketahui memiliki nilai ekonomi di dalam negeri sebesar Rp50.000 hingga Rp500.000 per rimpang (rhizome). Tanaman yang hanya ada di Kalimantan itu, diketahui bernilai ekspor hingga USD300 per rimpang.

“Itu menandakan bahwa tananam air memiliki potensi ekonomi yang besar. Hanya sayang, sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui manfaat serta kegunaan tanaman tersebut,” tuturnya.

 

Tanaman Endemik

Menurut Sjarief, saat masyarakat belum banyak mengetahui tanaman air, justru banyak pehobi tanaman hias yang melakukan perburuan untuk mendapatkan sejumlah jenis tanaman air. Potensi itu, akan dimanfaatkan dengan maksimal oleh Indonesia, salah satunya dengan terlebih dahulu pendataan awal spesies yang masuk endemik dan berpotensi sebagai estetik sekaligus obat.

Bagi Sjarief, permintaan dari para pehobi tersebut menjadi bisnis baru untuk tanaman hias air. Untuk itu, dia sangat yakin komoditas tersebut bisa bersaing dengan komoditas lain dan menjadi peluang bisnis yang potensial. Optimisme itu, diharapkan bisa memberi keyakinan kepada publik untuk ikut memanfaatkan peluang tersebut dengan baik.

“Saat ini kami membuka new frontiers untuk daerah-daerah peluang bisnis, peluang usaha, peluang ekspor, serta peluang komoditas tanaman air Indonesia yang lebih kaya,” ungkapnya.

baca juga :  Menikmati Tanaman ‘Berbicara’ di Kebun Raya Bedugul Bali

 

Tanaman hiar air yang mempercantik akuarium. Foto : jbl.de/Mongabay Indonesia

 

Mengingat besarnya potensi yang ada, Sjarief mengajak para peneliti kelautan dan perikanan untuk terus membantu nelayan serta stakeholder kelautan dan perikanan dalam meningkatkan taraf hidup. Dukungan itu, bisa melalui inovasi yang memberi solusi-solusi terbaik dalam bidang budidaya, inovasi yang mampu menjaga keanekaragaman hayati kelautan perikanan, dan inovasi yang mendorong dan mendukung kemandirian dan kedaulatan negara.

“Tempatkan Iptek pada bagian integral seluruh kegiatan pelayanan masyarakat dan wujud pengabdian kepada bangsa dan negara, baik melalui penyusunan kebijakan dan regulasi, maupun implementasi kelautan dan perikanan. Dengan demikian Iptek dapat menjadi bagian dari kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

Berkaitan dengan inovasi yang sudah dilakukan, Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) BRSDM KP berhasil melakukan riset mendalam untuk menunjang kehidupan perekonomian petani dan pembudidaya tanaman air. Pertama, adalah inovasi in vitro tanaman hias air sebagai estetika, dan kedua adalah obat herbal alami baru untuk penyakit ikan.

Riset tersebut, menurut Sjarief, dilakukan BRBIH selama dua tahun dari 2016 hingga 2018. Dalam prosesnya, BRBIH menggandeng Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (BB Biogen Kementan). Kedua lembaga riset tersebut kemudian fokus untuk melakukan perbanyakan ex situ tanaman air.

“Dengan memanfaatkan sifat totipotensi sel dan bioteknologi untuk menciptakan inovasi in vitro tanaman hias air sebagai estetika,” jelasnya.

Melalui pemanfaatan sifat totipotensi sel, tanaman air diketahui bisa hidup di luar habitat aslinya dan kemudian bisa dipanen dengan jumlah yang banyak sesuai dengan yang diinginkan. Tak hanya itu, keunggulan in vitro juga membuat tanaman air bisa tumbuh secara beragam dan bisa terbebas dari patogen, sehingga itu baik untuk ikan.

baca :  Uluna, Surga yang Tersembunyi di Minahasa

 

Tanaman air yang mempesona di Uluna, Danau Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Inovasi Riset

Diketahui, budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman yang steril, kemudian ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril, dan dalam kondisi yang aseptik. Dari situ, bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

Selain in vitro, inovasi riset yang berhasil ditelurkan BRBIH adalah obat herbal alami baru untuk penyakit ikan dari tanaman air. Menurut Peneliti BRBIH Media Fitri Isma Nugraha, inovasi tersebut bisa dihasilkan setelah melalui serangkaian uji coba dan riset. Yang pertama dilakukan, adalah melakukan inventarisasi seluruh tanaman air di pulau Sulawesi dan mencari senyawa aktif (compound active) dari tanaman air tersebut.

“Senyawa aktif tersebut akan berfungsi sebagai obat herbal alami baru pada penyakit ikan,” ucapnya.

Media Fitri menjelaskan, tanaman yang dicari sejak awal riset itu diketahui bisa mematikan patogen yang biasanya menjadi penyebab timbulnya penyakit pada ikan. Adapun, pathogen yang dimaksud, di antaranya Edwardsiella ichtaluri, Streptococcus agalactiae, Aeromonas hydrophilla, Flavobacterium columnare, Chromobacterium violeceum dan dapat menghambat quoroum sensing dari bakteri patogen.

Dari riset tersebut, Media menyebutkan, pihaknya berhasil melakukan inventarisasi sebanyak 200 spesies tanaman air dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. Selain itu, dari riset tersebut, pihaknya juga berhasil mendaftarkan satu paten.

Selain BB Biogen, inovasi yang dihasilkan melalui riset bersama itu, juga dilakukan bersama Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan – Sulsel, Universitas Sam Ratulangi – Sulawesi Utara, dan Universitas Tadulako – Sulawesi Tengah.

Diketahui, selain jenis dan spesies yang sedang dikembangkan oleh KKP, ada tanaman air yang sudah dikenal di kalangan pehobi tanaman hias. Setidaknya, ada lima jenis yang paling sering dicari oleh para pehobi, yaitu tanaman air dalam : teratai atau Nymphaea spp, tanaman pinggir marginal plant : bunga lotus atau Nelumbo spp, tanaman air mengapung atau floating plant : selada air (Pistia stratiotes), tanaman lumpur atau bog plant : keladi-keladian atau Colocasia spp, dan tanaman oksigen : Hydrilla sp.

 

Exit mobile version