Mongabay.co.id

Syamsuar akan Yakinkan Walikota dan Bupati, Riau Hijau itu Bagus

Ali Anas, Kepala Dusun Rantau Benuang, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Kubu, Rokan Hilir, Riau mendokumentasikan kebun sawit di hamparan gambut yang terbakar, Jumat (17/8/18). Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

 

Syamsuar, meraih suara telak sebanyak 799.289 pada pemilihan Gubernur Riau pada 27 Juni 2018 lalu. Dengan demikian, Syamsuar dan wakilnya Edy Nasution akan menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2019-2024.

Syamsuar adalah bupati dua periode di Kabupaten Siak. Pada 2016, putra kelahiran Jumroh, Rokan Hilir Juni 1954 ini menarik perhatian publik. Siak adalah satu-satunya kabupaten yang dinobatkan sebagai kabupaten hijau di Riau. Penetapan itu langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya di Kota Siak, disaksikan Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

Siak juga satu di antara delapan pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia yang tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)– merupakan asosiasi pemerintah yang dibentuk untuk mendorong implementasi visi pembangunan berkelanjutan.

Seperti yang tertulis dalam laman LTKL, Syamsuar menetapkan Siak dengan lima pilar strategi pembangunan hijau. Pertama, Siak menekan tingkat kerusakan sumberdaya alam khusus gambut dan daerah aliran sungai (DAS) Siak. Kedua, Siak akan menciptakan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan prinsip kelestarian dan keberlanjutan.

Ketiga, pemanfaatan sumberdaya alam dengan mengurangi dampak kerusakan terhadap fungsi dan keberlanjutan sumberdaya alam itu. Keempat, kebijakan yang menyelaraskan antara kebijakan konservasi dan pertumbahan ekonomi. Kelima, menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pemberdayaan, perekonomian pedesaan, pembangunan sektor ketenagakerjaan serta pemberataan dan pengendalian kependudukan.

Selain itu, dua tahun terakhir, 2016 dan 2017, di bawah kepemimpinan Syamsuar, Siak mendapat penghargaan Piala Adipura, sebagai kota dinilai berhasil dalam kebersihan dan pengelolaan lingkungan.

Bertempat di rumah Bupati Siak, di Siak Indrapura, Jumat, akhir September lalu, Mongabay dan tim dokumentasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mewawancarai Syamsuar soal isu pembangunan, konsep keberlanjutan dan masalah lingkungan. Berikut petikan wawancaranya: 

Kenapa Siak ingin jadi Kabupaten Hijau?

Karena kita tahu Riau ini tiap tahun kebakaran hutan lahan. Dulu, siak ini sering terjadi perambahan hutan, dan kebakaran hutan dan lahan. Kita mencermati kejadian-kejadian ini. Tentu sudah harus mempersiapkan apa langkah-langkah berikutnya agar pembangunan tidak merusak lingkungan.

Agar ke depan, semua warga, stakeholder termasuk swasta, di tengah kita membangun negeri ini harus memperhatikan lingkungan.

Apa saja yang sudah bapak lakukan dalam penanganan kebakaran hutan?

(Kebakaran hutan) dahsyat itu 2014. Waktu itu, Pak SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-red) harus turun ke sini. Tentu kita belajar dari kejadian masa lalu dan ingin memperbaiki Siak sekaligus Riau agar tak menjadi bulan-bulanan lagi kebakaran hutan dan lahan dan kerusakan lingkungan. Riau kalau musim kering, rawan kebakaran. (Kepada) semua NGO (organisasi non pemerintah-red) termasuk swasta, harapan kami, punya kepedulianlah terutama terhadap lingkungan, terutama gambut dan kawasan hutan, konservasi. Harus kita pelihara sebaiknya agar tak terjadi kebakaran seperti sebelumnya.

 

Syamsuar, Gubernur Riau, terpilih pada pilkada Juli lalu. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

Langkah-langkah pemerintah (daerah) dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan?

Sosialisasi, penyuluhan kepada masyarakat. Kita harus bersepahaman dengan NGO di Siak dan Riau, agar punya satu komitmen. Karena bagaimana pun kita tahu masyarakat lebih duluan tinggal di sini. Mereka tidak bisa menghindari lingkungan ataupun alam di mana mereka berada, ada hutan, ada gambut. Dengan ada kabupaten siak hijau ini kita harapkan masyarakat punya kepedulian dan punya harapan kepada pemerintah daerah agar ketika kita memelihara lingkungan sekaligus memelihara dari kebakaran hutan dan lahan serta ekonomi juga bisa baik.

Kebakaran hutan, apakah bapak bisa menjamin tak jerjadi lagi?

Kalau saya ditanya sekarang, (saya jawab) menjamin. Apa itu bisa 100%, tentu tidak. Siapa yang bisa mengawas masyarakat masuk hutan? Kalau bisa mengurangi atau mempertahankan seperti sekarang, insya Allah…

Menurut Bapak, apa penyebab kebakaran?

Merambah. Selagi ada perambahan, (kebakaran tetap terjadi). Jadi sekarang kita berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar tidak merambah lagi.

Apakah ada perubahan dalam pemberian perizinan penggunaan lahan setelah kebakaran hutan hebat dulu?

Siak itu sekarang gak ada hutan lagi. Tinggal hutan konservasi. Karena itu, sekarang kita tidak ada memberikan izin lagi ke perusahaan atau investasi apalagi untuk sawit. Tapi mungkin (untuk) kegiatan lain (yang) bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, seperti padi, nah ini bia saja. Kalau kepentingan perusahaan untuk tanam sawit atau HTI (hutan tanaman indusri-red) barangkali tidak ada lagi. Lahan itu tidak ada lagi. 

Seberapa kuat kearifan lokal di sini dalam melindungi lingkungan?

Kalau itu masih ada, di sini kan budaya Melayu, budaya Melayu itu budaya santun. Ini tidak bisa dihindari kaitan dengan agama. Dalam agama juga tak boleh merusak lingkungan. Kearifan lokal ini juga bermanfaat baik melalui gurindam 12, pantun, petatah-petitih, dan adat istiadat nenek moyang masa lalu yang masih terjaga sampai saat ini. Mana pernah ada (mereka) merusak lingkungan. Dulu-dulu ndak ada kebakaran hutan dan lahan. Ini kan baru sekarang inilah dengan ada industri-industri termasuk perkebunan, barulah terjadi seperti ini. Jadi mudah-mudahan dengan memberikan semangat lagi kita sosialisasikan kepada masyarakat agar bisa memelihara lingkungan. Kami juga memberikan bantuan alat-alat pertanian (yang ramah lingkungan), baik pemerintah daerah dan pusat.

Bagaimana dengan kebijakan Tora di Siak?

Tora (tanah obyek reformasi agraria-red) merupakan kebijakan di bawah kepemimpinan Jokowi (Presiden Joko Widodo-red). Alhamdulillah, kita sambut baik. Diterima masyarakat 4.000 hektar, ini semua kebetulan di wilayah gambut. Ini bagian dari hak guna usaha yang diserahkan kembali kepada pemerintah daerah, tidak bisa mereka tanam sawit di situ. Melalui BPN diberikan kepada masyarakat kita, ada 4000 hektar.

Terhadap tanaman ini kita harus sesuaikan dengan yang ramah lingkungan, tidak boleh sawit. Kita sudah sosialisasikan ke masyarakat. Masyarakat menyambut baik. Masyarakat mengucapkan terima kasih kepada bapak presiden kita.

Kami mensosialisasikan tanaman kelapa dan nenas. Kelapa dan nenas ini semacam tanaman ramah lingkungan. Bisa saja tanaman lain, yang memang itu tidak mengganggu gambut.

 

Sungai Cenaku yang melintasi wilayah Anak Talang. Kini, air mulai keruh, tak lagi jernih seperti dulu. Hutan-hutan pun sudah berganti kebun sawit… Foto: Lusia Arumingtyas

 

Bagaimana kesiapan masyarakat terhadap program Tora?

Masyarakat senang sekali. Yang dulu ndak punya tanah, kini punya tanah. Masyarakat juga sudah siap dengan tanaman ramah lingkungan yang juga meningkatkan kesejahteraan mereka. Kalau ada dukungan dari pemerintah pusat, (dan pemerintah) daerah untuk bantuan bibit, mereka sudah bisa (segera) tanam. Masyarakat sudah siap.

Sebagai Gubernur Riau terpilih, apakah Siak hijau akan jadi Riau hijau?

Nanti kan begini, di Riau ini baru Siak yang buat (kabupaten hijau). Saya akan meyakinkan bupati dan walikota se-Riau (bahwa ini) bagus untuk kita, di tengah kita membangun juga perhatian pembangunan berkelanjutan. Kalau ada kegiatan ekonomi yang tidak peduli dengan lingkungan, bisa di-cut oleh pemilik modal di Eropa, di mana-mana, akhirnya barang jadi ndak laku. Jadi ini harus diberi pengertian kepada teman-teman agar konsep ini bisa diterima teman-teman kabupaten kota. Saya pikir kalau ini untuk kebaikan, saya rasa mereka akan terima.

Yang paling susah mungkin sektor industri termasuk perkebunan, bagaimana pendekatan terhadap pelaku industri dan strateginya?

Saya pikir, ini kan kebijakan pemerintah. Kalau sudah pemerintah menentukan ndak ada lagi yang (menghindar). Kan ndak ada yang merugikan, kecuali (mereka) yang (selama ini) merusak lingkungan. Jadi kalau industri yang sekarang, istilahnya mereka ingin produk laku di internasional, mesti peduli lingkungan, kalau memang ingin merambah, pastilah mereka tidak akan senang dengan apa yang saya perbuat.

Apa masalah lingkungan di Riau yang menjadi perhatian khusus bapak selain hutan?

Lingkungan itu bukan saja hutan. Itu sungai Siak (juga) masalah lingkungan, tercemar berat. Bicara soal lingkungan itu luas bukan hutan, bukan gambut saja. Itu sungai Siak kita bereskan juga. Banyak limbah industri kan? Belum lagi sungai di Kuantan, lebih parah lagi. Itu tambang emas. Maka, saya selalu mengajak NGO jangan memperhatikan masalah gambut dan hutan saja, sungai juga diperhatikan lho. Saya harapkan rekan-rekan NGO tidak hanya hutan dan gambut, sungai juga. Kalau kita cinta lingkungan, (harus) semua.

 

Keterangan foto utama:     Ali Anas, Kepala Dusun Rantau Benuang, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Kubu, Rokan Hilir, Riau mendokumentasikan kebun sawit di hamparan gambut yang terbakar, Jumat (17/8/18). Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

Pondok Kelompok Tani Hutan Bukik Ijau, warga yang hidup dan berkomitmen menjaga dibakar para pembalak liar. Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version