Mongabay.co.id

Air Bersih Bergantung pada Pembuat Kebijakan dan Pencemaran Farmasi, Seperti Apa?

Indonesia menjadi satu dari banyak negara di dunia yang sedang menghadapi persoalan air bersih. Persoalan tersebut, kini semakin memuncak, karena sumber daya air juga terus berkurang. Untuk itu, perlu ada upaya bersama untuk memecahkan persoalan tersebut, agar tidak memengaruhi kehidupan masyarakat dunia.

Demikian dikatakan Hydrological Program International Initiative on Water Quality (IIWQ) UNESCO International Sarantuya Zandaryaa saat membuka UNESCO Asia and The Pacific Regional Training Workshop on Water Quality and Emerging Pollutants yang berlangsung di Jakarta, Selasa (27/11/2018). Menurut dia, persoalan air bersih akan berdampak signifikan pada kehidupan manusia.

“Untuk itu, harus dipecahkan bersama, karena itu menyangkut dengan kehidupan manusia secara umum,” ucapnya.

Sarantuya menerangkan, persoalan air bersih akan memengaruhi kesejahteraan manusia, mata pencaharian dan lingkungan yang sehat di seluruh dunia. Oleh itu, dia menyebut, persoalan air bersih di setiap negara di dunia, tidak hanya menyangkut dengan isu kesehatan saja, namun juga berkaitan dengan isu pembangunan secara keseluruhan.

baca :  Air Bersih, Persoalan Penting yang Harus Diperhatikan

 

Inilah perhuluan Sungai Ngaung Keruh yang akan dijadikan sebagai sumber air bersih bagi warga. Foto: Andi Fachrizal/Mongabay Indonesia

 

Pengaruh yang kuat dan besar dari isu air bersih tersebut, menurut Sarantuya, akan ikut menentukan harga pangan dunia beserta rantai pasoknya. Tanpa air bersih, ongkos produksi untuk pangan dunia, dipastikan akan membengkak, dan itu pun belum terjamin kesehatan untuk konsumen. Bagi dia, kondisi itu harus segera dipetakan dan dicarikan solusi yang tepat dan sesuai dengan masyarakat sekitar.

“Kualitas air sangat bagus untuk mendukung terwujudnya kehidupan yang nyaman bagi masyarakat,” jelasnya.

Untuk bisa mendapatkan air bersih, Sarantuya menyebutkan, perlu upaya keras karena itu menyangkut dengan kondisi lingkungan di sekitar. Bisa jadi, lingkungannya bagus dan lestari, tetapi air bersihnya tidak berkualitas. Kenyataan itu harus bisa diatasi, karena tanpa air bersih, kebutuhan hidup masyarakat di dunia juga akan terganggu.

“Yang menjadi kekhawatiran kita semua, air bersih tidak lagi berkualitas karena sudah tercemar. Bahkan, bisa jadi karena diakibatkan adanya makro dan mikro plastik. Ini persoalan yang harus dipecahkan segera,” tuturnya.

baca juga :  Matt Damon Blusukan Lihat Jamban dan Akses Air Bersih di Jawa Tengah

 

Matt Damon dan Gary White melihat jamban umum bersama anak dan tim water.org. Foto: Water.org/Mongabay Indonesia

 

Pembuat Kebijakan

Agar semua persoalan itu bisa dipetakan di setiap negara, Sarantuya meminta masing-masing pemerintah negara untuk bisa berpartisipasi langsung. Dengan keterlibatan tersebut, persoalan air bersih yang kualitasnya terus mengalami penurunan, juga bisa dihentikan. Selanjutnya, masing-masing negara juga bisa fokus untuk mengembalikan kualitas air bersihnya.

“Itu perlu pembuat kebijakan untuk ikut memecahkan persoalan air bersih,” tegasnya.

Sarantuya kemudian menyebut, apa yang dihadapi Indonesia sekarang, berkaitan dengan air bersih, memiliki kesamaan dengan negara-negara yang ada di kawasan Asia Pasifik. Kondisi tersebut, dipastikan akan memengaruhi rencana pembangunan dunia secara berkelanjutan. Jika tak diatasi segera, dia memprediksi kalau degradasi kualitas air bersih akan semakin sulit dihentikan.

“Ini menjadi persoalan yang sedang dihadapi di level dunia. Kita bekerja sama dengan pembuat kebijakan untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan. Kita harus melibatkan ilmu pengetahuan dan sains untuk bisa memecahkan persoalan air bersih,” ungkapnya.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin mengatakan, persoalan air bersih di Indonesia memang harus dipecahkan bersama. Mengingat, ketersediaan air bersih sudah ada dalam bahasan Sustaianable Development Goals (SDGs) yang diterbitkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Dengan fakta tersebut, kebutuhan air bersih yang berkualitas tidak bisa lagi dikesampingkan karena itu sudah mendesak,” tuturnya.

baca juga : Persoalan Air Bersih Bisa Selesai dengan Teknologi Ekohidrologi?

 

Warga pulang dari hutan membawa ranting yang kering melewati selang-selang untuk mengalirkan air bersih. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Zainal memaparkan, dalam SDGs, bahasan air bersih tertuang dalam poin 6, yaitu clean water and sanitation; poin 3, yaitu good health and well being; dan poin 12, responsible consumption and production. Oleh itu, poin-poin tersebut harus bisa menjadi perhatian bersama, karena itu menjadi kebutuhan untuk manusia.

Sementara, Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Ignasius Dwi Atmana Sutapa menjelaskan, kualitas air bersih akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Itu berarti, jika ada pencemaran di lingkungan, maka kualitas air bersih juga akan menurun. Pencemaran bisa terjadi, karena ada polutan yang terbentuk secara terus menerus

Adapun, kata Ignasius, secara umum polutan terdiri dari kandungan sintesis atau kimia natural atau organisme yang biasanya tidak termonitor atau terdeteksi di lingkungan. Keberadaan mereka di alam bisa berdampak pada ekosistem dan kesehatan manusia. Dia menambahkan, untuk polutan yang ada di air, itu bisa terdiri dari berbagai macam bahan kimia, logam, surfaktan, aditif industri, dan pelarut.

“Polutan ini dapat berasal dari limbah farmasi, rumah tangga, dan industri yang secara terus menerus dilepaskan ke lingkungan. Bahkan polusi dalam jumlah sangat rendah sekalipun dapat menyebabkan toksisitas kronis, gangguan endoktrin satwa liar dan perkembangan resistensi bakteri patogen,” ungkap Ignasius.

menarik dibaca :  Indonesia Negeri Tropis, Tapi Krisis Air Bersih di Kawasan Pesisir Terjadi?

 

Dua perempuan berjalan pulang setelah mencuci dan mengambil air bersih di di Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel. Perempuan juga rentan terhadap dampak perubahan iklim karena aksesibilitas dan ketergantungan terhadap alam. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Pencemaran Farmasi

Untuk kondisi di Asia, Ignasius menjelaskan, saat ini konsentrasi antibiotik seperti Oxytetracycline, Trimethoprim dan Sulfamethoxazole sudah tinggi, baik dalam air limbah maupun air permukaan. Sementara, di Indonesia, saat ini ada 107 polutan yang muncul senyawa dan ditemukan di perairan Cagar Alam Sagara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

“Polutan yang paling dominan adalah asam dimecrotic, hyme chromone, valeryl salisilat, dan asam phthalic mono-2-ethylhexyl ester,” papar dia.

Di sisi lain, Ignasius menyebut, walau sudah ada data dan evaluasi terkait polutan air di Asia Pasifik, namun itu ternyata masih belum mencukup. Padahal, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terkait sumber polutan yang muncul di air sangatlah penting untuk dilakukan secara komprehensif. Untuk itu, pembahasan yang digagas UNESCO di Jakarta yang mewakili kawasan Asia Pasifik, diharapkan bisa memunculkan data paling mutakhir.

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko di kesempatan sama, mengakui jika persoalan air bersih hingga saat ini masih menjadi persoalan pelik di seluruh provinsi. Menurut dia, banyaknya persoalan tersebut berkaitan dengan banyak hal dan sangat kompleks. Perlu keterlibatan banyak pihak, termasuk masyarakat di dalamnya untuk bisa memetakan persoalan air bersih.

“Di Indonesia ini, kita harus introspeksi,” tegasnya.

baca :  Air Bersih yang Begitu Dinanti Masyarakat Sekitar Gambut

 

Ibu-ibu berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih di Atambua, Nusa Tenggara Timur. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Laksana mengatakan, dengan kompleksitas masalah yang ada, penyelesaian persoalan air bersih juga tidak bisa cepat dilakukan dan justru harus secara bertahap dengan melibatkan ilmu pengetahuan dan masyarakat secara bersama. Apalagi, persoalan air bersih di Indonesia, berkaitan juga dengan perilaku bangsa yang masih masuk kelompok negara berkembang.

Setahun lalu, LIPI juga sudah menetapkan standar kualitas air bersih yang disebut metrologi air. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan air untuk konsumsi, penyebab air tercemar, dan efektifitas sistem pengolahan air.

Saat itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala LIPI Bambang Subiyanto menjelaskan, air bersih yang ideal sesuai syarat Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), adalah aman dikonsumsi, jernih, tidak berbau, tidak terasa aneh, bersuhu wajar, bersih dari bakteri, dan mengandung sedikit jumlah mineral.

“Jadi, metrologi air ini akan mengukur air dari berat, suhu, letak, maupun kandungan material seperti mineral dan sifat asam air,” jelasnya.

 

Exit mobile version