Mongabay.co.id

El Niño dan Kematian Karang Massal di Indonesia

Sebagai negara kepulauan, dampak El Niño di Indonesia bukan hanya sekedar pemicu anomali cuaca. El Niño, atau anomali iklim Pasifik Selatan yang terakhir terjadi di akhir 2015 hingga pertengahan 2016 ternyata menjadi pemicu pemutihan karang. Fenomena ini seperti mengingatkan kejadian serupa yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada periode 1997-1998.

Berbeda dengan saat siklus normal, ekosistem terumbu karang, khususnya di daerah rataan terumbu, dapat beradaptasi saat terekspos pasang-surut air laut. Namun selama periode El Niño, ekspos pasang-surut berlangsung dalam jangka lama, bahkan untuk karang yang paling dangkal sekalipun. Akibatnya terjadinya pemutihan karang, bahkan kematian karang.

Dari beberapa sumber, kejadian El Niño disebabkan anomali iklim dimana permukaan air laut yang hangat mengalir ke arah barat dari Amerika latin menuju Pasifik dan Asia Tenggara. Sebaliknya arus air dingin mengarah dari kedalaman laut menuju pesisir Amerika Latin.

Efek dari El Nino menyebabkan hujan tinggi terjadi di Amerika Latin, sebaliknya belahan bumi lainnya terancam kekeringan. Dampaknya pun dapat berujung pada bencana alam. Periode El Nino sendiri biasanya bertahan selama setahun.

 

Gambar diatas adalah salah satu contoh informasi daerah yang berpotensi terkena dampak pemutihan pada karang berdasarkan temperatur (sumber : http://reefcheck.or.id/bleaching-indonesia-peringatan/). Klik pada gambar untuk memperbesar.

 

Riset Pertama kali di Dunia

Untuk pertamakalinya di dunia, hasil kombinasi data citra satelit altimetri (SARAL/Altika) Geophysical Data Records (GDRs) yang didistribusi oleh AVISO (http://www.aviso.altimetry.fr/) menunjukkan surutnya air laut dengan periode yang cukup lama akan berdampak pada kehidupan terumbu karang.

Hasil observasi pada bulan September 2015 di pulau Bunaken, Sulawesi Utara, data altimetri menunjukkan bahwa permukaan laut berada pada titik terendah dalam 12 tahun terakhir. Di area ini tercatat pengaruh El Niño yang terkuat, yang turut berpengaruh pada karang yang paling dangkal.

Dari hasil observasi langsung pada bulan Maret 2016, menunjukkan hingga 85% kematian pada dataran terumbu yang didominasi oleh karang Porites, Heliopora dan Goniastrea dengan tingkat kematian tergantung pada genus karang.

Hampir semua dataran karang mengalami kematian, mewakili 30% dari terumbu di pulau Bunaken. Namun yang menarik disini adalah hanya bagian atas karang saja yang mengalami kematian dengan amplitudo -+ 15 cm/yang terkena dampak surutnya air laut.

Lewat data altimetri, -yang digunakan untuk memetakan penurunan permukaan laut di seluruh Indonesia, teridentifikasi bahwa mortalitas yang sama bisa meluas pada ekosistem pesisir khususnya pada daerah rataan terumbu di Indonesia.

Catatan sejarah altimetri juga menunjukkan bahwa peristiwa semacam itu tidak unik dalam dua dekade terakhir. Karena itu surutnya air laut yang cepat dapat menjadi lebih penting dalam melihat dinamika dan kemampuan adaptasi karang di Indonesia daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dengan adanya fenomena ini perlu adanya monitoring secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah (Litbang, Universitas, LSM, dll) bukan saja hanya melihat faktor suhu, namun pasang-surut air laut. Penggunaan data citra satelit altimetri serta observasi langsung (in situ) harus menjadi perhatian tersendiri dalam menjawab fenomena pemutihan / kematian massal pada terumbu karang.

 

Hasil monitoring pada bulan Februari 2016 karang dari jenis Porites sp yang mengalami kematian khususnya pada bagian atas permukaan (± 8-15 cm) yang terdedah dalam periode El-Nino pada lokasi yang sama di bagian selatan pulau Bunaken. Dok. Foto: S. Andrefouet

 

Status karang dari jenis Porites sp pada lokasi yang sama di pulau Bunaken pada tanggal, 04 September 2017. Terlihat dengan jelas koloni karang bagian bawah sehat sedangkan pada bagian atas mengalami kematian akibat surutnya permukaan laut ekstrim dalam kurun waktu El-Nino 2015-2016. Dok. Foto: S. Andrefouet.

 

Tulisan ini merupakan adaptasi dari hasil riset: Ampou, E., Johan, O., Menkes, C.E., Niño, F., Birol, F., Ouillon, S., Andréfouët, S., 2017. Coral mortality induced by the 2015-2016 El-Niño event in Indonesia: the effect of rapid sea level fall. Biogeosciences 14, 817–826.

Foto utama: Karang dari jenis Porites sp yang terdedah di rataan terumbu bagian selatan Pulau Bunaken, Taman Nasional Bunaken, Provinsi Sulawesi Utara. Dok. Foto: S. Andrefouet, 15 April 2014.

 

*Eghbert Elvan Ampou, Ph.D. Penulis adalah peneliti di Balai Riset dan Observasi Laut, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Negara, Jembrana, Bali, Indonesia. 

 

 

Exit mobile version