Mongabay.co.id

Kepedulian Kita pada Pelestarian Pohon Masih Rendah?

 

Bagaimana nasib pohon-pohon di Indonesia saat ini? Bagaimana pula perlindungan terhadap pohon langka?

Ketua Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI), Tukirin Partomihardjo, mengatakan nasib pohon-pohon di Indonesia belum menentu hingga saat ini. Kondisi tersebut terjadi akibat belum adanya keberpihakan para pengambil kebijakan untuk benar-benar melindunginya. Belum lagi, kepedulian masyarakat yang rendah untuk menjaga kehidupan pepohonan.

“Ancaman utama yang terlihat jelas adalah pemanfaatan berlebihan yang tidak diimbangi penanaman secara nyata. Dampaknya, pohon-pohon di Indonesia berkurang, terbatas jumlahnya, menjadi langka dan endemik keberadaannya,” terangnya.

Tukirin menjelaskan, Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat, lebih dari 487 jenis pohon di Indonesia terancam punah. Selebihnya, masih banyak yang belum diketahui.

“Peneliti di dunia memperingatkan, saat ini Bumi sedang memasuki era kepunahan massal keenam. Sebagian besar spesies hidupan liar berada dalam krisis menghadapi kepunahan, tidak terkecuali jenis pohon. Kondisi yang tak terkecuali terjadi di Indonesia, untuk itu kita harus bergerak,” tuturnya baru-baru ini di Jakarta pada talkshow Pohon Langka Melawan Punah.

Baca: Pohon-pohon Langka Indonesia, Bagaimana Nasibnya?

 

Pohon tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi juga untuk kehidupan satwa, lingkungan kita, dan alam semesta. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Forum Pohon Langka Indonesia, sejak September 2017, telah mengusulkan perlindungan 12 jenis pohon langka. Status pohon-pohon tersebut adalah empat jenis digolongkan Kritis (Critically Endangered), satu jenis Genting (Endangered), dua jenis Rentan (Vulnerable), dan lima jenis belum dilakukan penilaian.

Dua belas jenis tersebut adalah pelahlar (Dipterocarpus littoralis), lagan bras (Dipterocarpus cinereus), resak banten (Vatica bantamensis), dan resak brebes atau pelahlar laki (Vatica javanica ssp. javanica). Lalu, damar mata kucing atau pelahlar lengo (Shorea javanica), kapur (Dryobalanops aromatica), ulin atau belian (Eusideroxylon zwageri), serta durian daun atau kerantongan (Durio oxleyanus). Berikutnya, tengkawang pinang (Shorea pinanga), durian burung atau tabelak (Durio graveolens), saninten atau berangan (Castanopsis argentea), dan mersawa atau ki tenjo (Anisoptera costata).

“Banyak cara untuk menyelamatkan pohon-pohon di Indonesia. Misalnya, ikut gerakan penanaman, mengurangi pemakaian produk yang berasal dari pohon, menyebarluaskan kepedulian pelestarian pohon, atau menanam pohon di sekitar rumah atau kebun,” papar Tukirin.

Baca: Hasanudin, Pelestari Pohon Buah Lokal yang Tak Kenal Lelah

 

Merawat pohon berarti kita merawat kehidupan makhluk hidup di Bumi. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Tukirin berharap, kepedulian semua pihak terhadap kelestarian pohon, terutama jenis langka, meningkat. “Saya bersama para peneliti pohon di Indonesia akan terus kampanye pelestarian pohon. Juga, mendorong kebijakan pemerintah untuk memberikan porsi khusus pada kehidupan pohon langka asli Indonesia,” ujarnya.

Baca: Keren, Ada Aplikasi Pendataan Pohon di Pontianak

 

Hanif Wicaksono, sejak 2012 melakukan pelestarian pohon buah langka di Kalimantan Selatan. Foto: Dok. Hanif Wicaksono

 

Upaya penyelamatan

Di Kalimantan Selatan, upaya penyelamatan telah dilakukan aktivitis peduli pohon buah langka, Hanif Wicaksono, sejak 2012. Kegiatan yang ia lakukan adalah eksplorasi dan dokumentasi, pembibitan dan edukasi, serta pemberdayaan masyarakat.

Hanif menuturkan, ia telah mengelilingi Kalimantan Selatan untuk mendokumentasikan tanaman buah hutan maupun yang akrab dengan masyarakat. Ia juga melakukan pembibitan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan membagikan tanamannya ke beberapa kebun raya, instansi, yayasan, dan masyarakat umum.

“Lebih 100 jenis buah lokal yang ternyata ada di Kalimantan Selatan. Sejak 2017, bersama masyarakat sekitar Desa Marajai, kami mengelola sebuah desa plasma nutfah. Nantinya, tanaman-tanaman tersebut, berupa tanaman buah unggul, dapat dijadikan sumber peningkatan ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Baca juga: Menyakiti Pohon Sama Saja Merusak Lingkungan

 

Durio graveolens. Foto: Hanif Wicaksono

 

Hanif menambahkan, dari kegiatan yang ia geluti telah menghasilkan dua buku tentang buah lokal. Ada buku “Potensi Buah Nusantara” yang ia tulis bersama Reza Tirtawinata serta buku berjudul “Buah Hutan Kalimantan Selatan: Sebuah Dokumentasi dan Upaya Konservasi 1-6”.

“Ada 17 spesies Artocarpus, 7 spesies Baccaurea, 7 spesies Durio, 21 jenis Mangifera, dan masih banyak lagi yang saya kumpulkan bersama keluarga dan masyarakat lokal. Saya lakukan ini untuk membuka potensi pengembangan industri holtikultura dan pastinya untuk mencegah kepunahan tanaman buah lokal yang langka dan endemik,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version