Mongabay.co.id

Ada Potensi Energi Terbarukan Dibalik Kritisnya Danau Limboto

 

Kondisi Danau Limboto makin memprihatinkan. Dalam Konferensi Nasional Danau Indonesia, disebut bahwa Limboto merupakan salah satu danau terkritis. Beberapa pakar memprediksi, danau ini akan hilang. Data yang masih sering dijadikan rujukan adalah laporan Badan Lingkungan Hidup dan Riset Daerah (BLHRD) Provinsi Gorontalo.

Danau Limboto pada 1932 luasnya 8.000 hektar dengan kedalaman 30 meter. Tahun 1970, luasnya 4.500 hektar, kedalaman 15 meter. Pada 2003, luasnya 3.054,8 hektar, kedalaman 4 meter. 2010, luasnya 2.537,2 hektar, kedalaman 2 sampai 2,5 meter. Sementara pada 2012, luasnya 2.500 hektar dengan kedalaman 1,8 sampai 2,5 meter.

Namun menurut Muhammad Tahir, Kepala Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung (BPDASHL) Gorontalo, sesungguhnya kedalaman Limboto hanya satu meter dan penuh lumpur sedimen.

“Ketika saya naik speedboat, perahunya kandas oleh lumpur. Apalagi di area tangkapan DAS Limboto terjadi peningkatan kerusakan. Jangan sampai prediksi hilang terbukti,” ungkapnya dalam diskusi yang digelar Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda), Sabtu, 15 Desember 2018.

Baca: Sengkarut Lahan dan Revitalisasi Danau Limboto (bagian – 1)

 

Pemandangan Danau Limboto di pagi hari. Eceng gondok telah menyelimuti Danau Limboto hingga 70 persen. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Kritisnya Danau Limboto dibenarkan Delyuzar Ilahude, peneliti madya dari Puslitbang Geologi Kelautan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Menurutnya, tiga puluh tahun lalu Limboto terkenal penghasil ikan tawar seperti mujair, sepat siam, gabus, nila dan lainnya. Akibat perubahan ekosistem danau, ikan berkurang drastis. Eceng gondok menjalar, hampir menutupi kawasan danau. Bahkan diduga, limbah rumah tangga maupun industri ikut mencemari danau tersebut.

Delyuzar yang merupakan kandidat peneliti utama melakukan riset tentang potensi besar gas dangkal atau gas biogenik di Danau Limboto. Hasil penelitiannya dipaparkan saat Konferensi Tahunan Keadilan Sosial yang digelar The Indonesian Social Justice Network (ISJN) di Universitas Muhammadiyah Gorontalo, 7-9 Desember 2018.

Ia menjelaskan, disamping menyelamatkan kondisi danau, perlu inovasi yang dapat mengoptimalkan potensinya. Dari aspek energi melalui survei geologi dan geofisika. “Metode ini untuk mengetahui karakteristik sedimen bawah dasar danau terutama tatanan litologinya, serta endapan sedimen sebagai penyusun danau,” ungkapnya.

Baca: Revitalisasi Danau Limboto dan Aspek Ekologi yang Terabaikan (bagian – 2)

 

 

Danau Limboto yang diprediksi akan hilang akibat eceng gondok dan pendangkalan. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Gas biogenik, energi ramah lingkungan

Berdasarkan identifikasinya, Delyuzar menemukan adanya gas biogenik atau gas dangkal (gas charged sediment) di bawah lapisan permukaan dasar danau. Gas ini berpotensi sebagai energi ramah lingkungan yang dapat dikembangkan untuk keperluan rumah tangga, pengganti bahan bakar minyak maupun gas elpiji. Energi ini dapat diperoleh gratis, karena dekat masyarakat sebagai pengguna.

“Penggunaannya juga dapat mengurangi pemanasan global,” ungkapnya.

Dalam paparannya, Delyuzar menyebut bahwa pasokan gas biogenik akan berumur panjang jika kondisi danau tempat produksi gas methan oleh bakteri methanogenik dipertahankan. Potensinya cukup besar, misalnya di muara sungai besar, tempat pembentukan delta terjadi.

“Gas biogenik tidak berbahaya bagi masyarakat karena karakteristiknya bertekanan rendah dengan komposisi lebih dari 90 persen methan (CH4). Juga, tidak beracun. Penggunaan skala kecil rumah tangga dan industri kecil menengah (UKM) akan sangat bermanfaat, selain biayanya rendah.”

Pelajaran yang didapat dari inovasi pemanfaatan gas biogenik di Danau Limboto adalah dapat meningkatkan elektrifikasi masyarakat secara umum. “Juga, dapat menjadi contoh daerah-daerah lain yang memiliki potensi gas biogenik,” terangnya.

Baca juga: Danau Limboto Gorontalo Diprediksi Hilang 2025

 

Danau Limboto yang dulunya asri. Foto: Wikipedia COmmons/Tropen Museum

 

Sungai purba di Danau Limboto

Yang menarik, dalam penelitian tersebut, Delyuzar menemukan aliran sungai tua pada bagian selatan Danau Limboto. Dia mengaplikasikan metode geofisika subbottom profiling sebagai perekam data lapisan bawah permukaan dasar danau yang disesuaikan dengan kondisi danau, yang telah mengalami pendangkalan ada banyak keramba ikan.

Alat yang digunakan adalah strata box yang dilengkapi sensor penerima signal. Pengambilan data untuk mengetahui tatanan struktur geologi yang teridentifikasi dalam lapisan sedimen. Prinsip metode ini menggunakan gelombang suara yang dipancarkan kedalam dasar danau, kemudian sinyal pantulan diterima oleh unit penerima sinyal (transduser) dan diteruskan ke unit komputer yang dapat ditampilkan pada layar monitor.

“Hasilnya, sungai tua atau sungai purba terekam pada subbottom profile tadi,” ungkapya.

Menurut dia, data itu bisa menjelaskan apa yang terjadi di Danau Limboto. Berdasarkan analisa Delyuzar, dulu sebelum terjadi pendangkalan dan sebelum ada rumah-rumah penduduk di area danau, di jalur tersebut ada sungai yang mengalirkan air danau ke outlet bagian timur danau.

Analisa berikutnya, diduga ada sesar atau patahan yang memotong danau. Karena indikatornya adalah air panas yang muncul di sekitar daerah Kecamatan Pentadio, Kabupaten Gorontalo. Air panas tersebut dimanfaatkan pemerintah setempat sebagai tujuan wisata di Pentadio Resort.

“Tapi, hal ini perlu penelitian lebih lanjut,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version