Mongabay.co.id

Tsunami Selat Sunda Tewaskan 222 Orang, BNPB: Hindari Dekat Pantai dan Tetap Waspada

Pemukiman sekitar pantai di Banten, luluh lantak dihantam tsunami. Foto: BNPB

 

 

 

Riefian Fajarsyah, tampak sedang bernyanyi di panggung dengan iringan sang gitaris, Herman Sikumbang, drummer Andi Dharmawan, dan Basist M Awal Purbani. Malam itu, Sabtu (22/12/18) sekitar pukul 21.30, Band Seventeen, manggung di Tanjung Lesung Beach Resort, Anyer, Banten. Kala lagu kedua sedang berlangsung, tanpa dinyana, gelombang laut menghantam, menyapu personil band dan para penontonnya. Begitu cuplikan video detik-detik aksi panggung Seventeen, sebelum tsunami menghantam. Belakangan, hanya sang vokalis yang selamat, Herman dan Awal, tewas, sedang Andi, masih hilang.

Tsunami datang tiba-tiba melibas dan meluluhlantakkan pemukiman, hotel, termasuk lokasi Seventeen, manggung. Berbagai sarana dan infrastruktur di pesisir pantai Selat Sunda, terdampak di Kabupaten Serang dan Pandeglang (Banten) serta Lampung Selatan dan Tanggamus (Lampung).

 

Tim gabungan lakukan evakuasi korban tsunali di Lampung. Foto: Basarnas

 

Data sementara sampai Minggu sore (23/12/18), sudah 222 korban meninggal dunia, luka-luka 843 orang. Korban belum ditemukan 28 orang.

“Semua warga Indonesia. Korban dan kerusakan ini meliputi di empat kabupaten terdampak yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kepada Mongabay, Minggu di Yogyakarta.

Korban, katanya, diperkirakan masih terus bertambah karena belum semua evakuasi. Pendataan juga masih dilakukan.

Untuk rincian, Pandeglang tercatat 164 orang meninggal, 624 luka-luka, dua orang hilang. Kerusakan fisik meliputi 446 rumah, sembilan hotel, 60 warung, 350 kapal dan perahu, serta 73 kendaraan rusak. Daerah yang terdampak di 10 kecamatan. Lokasi yang banyak ditemukan korban adalah di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.

“Banyak korban wisatawan dan masyarakat setempat. Daerah wisata sepanjang pantai dari Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Pantai Teluk Lada, Panimbang dan Carita, sedang banyak wisatawan berlibur, kemudian diterjang tsunami,” kata Sutopo.

Korban di Serang tercatat 11 orang meninggal, 22 luka-luka, dan 26 orang hilang. Kerusakan bangunan masih pendataan.

Sedangkan korban di Lampung Selatan ada 48 orang meninggal dunia, 213 luka-luka dan 110 rumah rusak. Di Tanggamus, satu orang meninggal dunia. Di Perairan Lampung, penduduk Pulau Sebesi dan Pulau Legundi, belum bisa dievakuasi.

 

TNI bersama tim gabungan lakukan penyisiran korban tsunami di pesisir pantai di Banten. Foto: BNPB

 

Syamsiar, Sekretaris Desa Pulau Sebesi Syamsiar saat dikonfirmasi mengatakan, sekitar 500 warga mengungsi di pegunungan.

Daerah paling berdampak gelombang tsunami di Dusun III Regahan Lada, dengan 50 rumah hancur terhempas gelombang setinggi empat meter.

Dia sudah berkoordinasi dengan tim dari Polairut, namun hingga kini belum ada kapal bisa menyandar di Dermaga Sebesi. Pulau Sebesi tak jauh dari Gunung Anak Krakatau.

Toha, Kepala Desa Legundi Pesawaran, mengatakan, di daerahnya, dusun 02-04 Selegang hancur.

“Warga masih mengungsi di atas gunung untuk menghindari tsunami susulan,” katanya.

Beberapa warga terutama laki-laki berusaha turun melihat keadaan tempat tinggal mereka sambil mengambil beberapa harta benda yang bisa bermanfaat selama dalam pengungsian.

“Kami tidak bisa keluar dari pulau ini, perahu nelayan hanya tersisa satu, lainnya hancur terhempas gelombang ke daratan,” kata Toha.

Tim gabungan Basarnas, BPBD, TNI, tim medis dan relawan fokus evakuasi korban terkena reruntuhan bangunan di Desa Kunjir dan Desa Way Muli dan Desa Cugung Kecamatan Rajabasa Kabupaten Pesawaran.

Berdasarkan data yang dihimpun dari potensi dan dinas kesehatan sampai pukul 16.52, tim SAR gabungan temukan 58 korban tewas ke beberapa tempat.

Informasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Panjang, sudah terpakai 50 kantong jenazah dan masih kekurangan tiga kantong lagi.

“Kami belum bisa mengindentifikasi total korban meninggal karena masih bolak-balik mengevakuasi jenazah ke rumah sakit terdekat dari lokasi bencana,” kata petugas KKP Panjang Hermanwisa.

Sebagian warga mengungsi di pegunungan. Korban tsunami di Bandarlampung, masih mengungsi di Kantor Pemerintahan Lampung.

Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung Ahamd Raflie Pahlevi mengatakan, sebelum tsunami, BMKG sudah memantau ada potensi gelombang tinggi buntut angin kencang dan pasang laut maksimum terjadi pukul 19.00 dengan ketinggian sekitar 1.5 meter.

“Ini merupakan hal wajar terjadi hampir setiap bulan, namun erupsi gunung anak Krakatau pada pukul 21.05 memperparah kondisi itu,” katanya.

Air sudah pasang meningkat karena longsoran bawah laut yang menyebabkan tsunami pukul 21.30 di Selat Sunda kemarin.

BMKG memperkirakan, sampai 26 Desember, gelombang laut maksimum 2.5 meter dan kecepatan angin 20 knot.

BMKG Maritim, mengimbau masyarakat di pesisir pantai, tetap tenang dan menjaga kewaspadaan khusus malam hari karena ada potensi pasang maksimum kembali pukul 18.00-21.00.

BNPB bilang, penanganan darurat terus dilakukan. BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, serta kementerian dan lembaga terkait terus mendampingi pemerintah daerah lakukan penanganan darurat. Pemerintah Banten dan kabupaten terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Posko, pos kesehatan, dapur umum, dan pos pengungsian didirikan untuk menangani korban.

“Dikerahkan alat berat untuk membantu proses evakuasi. Saat ini terdapat lima ekskavator, dua loader, dua dump truck, dan enam mobil tangki air,” katanya.

 

Evakuasi korban tsunami di pesisir pantai di Lampung. Foto: Basarnas

 

 

Minim peralatan

Sutopo mengimbau, masyarakat tak beraktivitas apapun di sekitar pantai, karena masih berpotensi tsunami.

Penyebab terjadi, katanya, tsunami belum dapat dipastikan, namun kemungkinan karena longsor bawah laut dan kaitan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.

“Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Mei hingga sekarang. Sampai kini, tremor terus terjadi namun tak ada yang besar.”

BNPB, BMKG,dan pihak berwenang lain terus mengumpulkan data dan menganalisis tentang penyebab, jumlah terjangan, dan tinggi gelombang tsunamim Mengingat , kejadian ini tanpa ada peringatan alias tiba-tiba.

Mengacu penjelasan BMKG, katanya, tsunami Sabtu malam karena kemungkinan ada longsoran bawah laut dampak aktivitas Gunung Anak Krakatau, dan gelombang pasang akibat bulan purnama.

Data, katanya, kemungkinan masih terus bertambah. Hingga kini, belum semua daerah dilengkapi sensor, baik longsor, dan banjir maupun tsunami.

Bencana longsor, katanya, korban masih banyak. Paling saat ini hanya ada 300 sampai 400-an alat pendeteksi longsor, padahal kebutuhan ribuan. Banjir juga, katanya, sistem peringatan masih kurang. “Apalagi ada tsunami dipicu longsor dan aktivitas vulkanik, tidak punya. Maka kita perlu dikembangkan.”

Dia bilang, banyak bencana terjadi di Indonesia jadi perlu sistem peringatan bersifat multi. Dia sarankan, perlu ada sistem kebencanaan terintegrasi (multi hazard early warning system).

Saat ini, isu tsunami milik BMKG, soal gunung milik geologi.

“Maka perlu MHEWS. Jadi peringatan multi, tidak sendiri-sendiri, tetapi terintegrasi. Regulasi sedang disiapkan, nanti akan dibentuk mitigasinya, dikoordinir Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, nanti juga terkait pedanaan.”

 

 

BPBD Jogja kirim bantuan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta mengirim bantuan personel untuk penanganan pascatsunami di Selat Sunda, pada Sabtu malam. Tim BPBD akan membantu proses tanggap darurat.

“Tim kami akan bertugas selama enam hari mulai 23-28 Desember 2018, dapat diperpanjang sesuai kebutuhan di lapangan,” kata Danang Samsurizal, Manager Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Yogyakarta.

Tim BPBD Yogyakarta, terdiri dari personel Tim Reaksi Cepat dan Petugas Pusdalops BPBD yang memiliki kompetensi manajemen Posko Penanganan Darurat Bencana. Untuk tim lanjutan, akan koordinasi lebih lanjut.

Eko Teguh Paripurno, Kepala Prodi Magister Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta mengatakan, perlu koordinasi agar masyarakat tak dibuat bingung oleh kepentingan masing masing lembaga dalam menangani tsunami di Banten dan Lampung.

Dalam bencana ini, katanya, warga perlu memastikan kembali apakah tinggal di sempadan tsunami atau tidak. Kalau iya, katanya, perlu lebih menekankan prinsip kehati-hatian dengan berusaha mandiri membangun sistem peringatan dini.

Untuk pemerintah, katanya, harus memastikan kembali semua perangkat bekerja dengan baik sesuai standar operasional prosedur dan kaidah sistem peringatan dini berfokus pada komunitas.

“Mengembangkan perangkat tepat guna bagi komunitas tempatan. Secara sadar memlihara sistem dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian,” kata Eko.

 

Keterangan foto utama:   Pemukiman sekitar pantai di Banten, luluh lantak dihantam tsunami. Foto: BNPB

Exit mobile version