Mongabay.co.id

Menata Kota Malang Atasi Banjir

Banjir di Kota Malang, Desember lalu. Foto: dari Facebook Komunitas Asli Peduli Malang

 

 

Desember lalu, banjir melanda Kota Malang, Jawa Timur. Ketinggian air beragam mulai sekitar 50 cm sampai lima meter. Rumah Makan Ringin Astri terendam, termasuk mobil dan motor yang parkir di sana. Rumah makan yang terletak di persimpangan Jalan Borobudur dan Jalan Soekarno Hatta, bak danau.

Foto Rumah Makan Ringin Asri, terendam banjir bertebaran di media sosial. Banjir juga terjadi di sejumlah ruas jalan. Jalan raya bak sungai. Para pengendara terjebak banjir, bahkan ada motor hanyut karena pengendara nekat menerabas banjir. Dua mobil terperosok dan hanyut karena tanah amblas setelah genangan air.

Kota Malang, berada di dataran tinggi, antara 440-667 meter di atas permukaan laut (m.dpl). Kota terbesar kedua di Jawa Timur ini di kelilingi gunung dan perbukitan. Sungai Brantas, membelah kota, hulu sungai terpanjang di Jawa Timur ini, berada di Kota Batu.

Secara geografis Kota Malang, di kelilingi gunung. Gunung Arjuna sebelah Utara, Gunung Semeru di sebelah timur, Gunung Kawi dan Panderman di sebelah barat dan Gunung Kelud di selatan. Temperatur udara antara 17-30 derajat celsius, dengan total penduduk 824.000 jiwa. Kota Malang seluas 252.000 klometer persegi.

Wali Kota Malang Sutiaji di akun instagram menyampaikan permohonan maaf karena banjir yang melanda sejumlah kawasan. “Setelah dicek lapangan, penyebab banjir selain karena hujan deras juga dam (bendungan-red) air di Sungai Tlogomas dibuka hingga sungai meluap tak mampu menampung air,” tulis Sutiaji.

Banjir di Rumah Makan Ringin Asri, katanya, karena sungai tersumbat bambu warga hingga meluap dan menggenangi kawasan.

Sejumlah kawasan yang tergenang atau banjir meliputi Soekarno-Hatta, Jalan Gajayana, dan Bantaran. Untuk mengatasi banjir, katanya, akan melanjutkan terowongan raksasa untuk mengalirkan air ke sungai. Terowongan raksasa dibangun 2015 untuk mengatasi banjir terutama di sekitar Pulosari, Jalan Galunggung dan Dieng.

Terowongan raksasa sepanjang 1.400 meter membentang sepanjang Jalan Wilis-Jalan Bondowoso-Jalan Galunggung-Jalan Tidar, berakhir di Kali Metro. Terowongan raksasa ini dinilai ampuh mengatasi banjir Malang.

Terowongan serupa bakal dibangun di sepanjang Jalan Soekarno Hatta. Teknologi pembuatan terowongan, diklaim pertama kali di Jawa Timur dengan anggaran Rp40 miliar.

 

Bnajir di Kota Malang, hingga jalan lonsor dan mobil terpelosok. Foto: dari Facebook Komunitas Asli Peduli Malang

 

 

Ruang hijau

Dewan Daerah Walhi Jawa Timur, Purnawan D. Negara menilai, Kota Malang banjir karena salah urus. Lantaran banyak sungai dan saluran drainase tertutup bangunan. Sepanjang Jalan Soekarno-Hatta dan Borobudur, berdiri rumah toko (ruko) yang dibangun dekat bantaran sungai.

“Hingga badan sungai menyempit, saat hujan deras tak mampu menampung air,” katanya.

Ruko tetap tegak berdiri meski dibangun di daerah terlarang seperti sepadan sungai. Pembangunan ruko, kata Purnawan, seharusnya didahului studi lingkungan guna menganalisis dampak pembangunan di dekat sepadan sungai.

Ironisnya, genangan terjadi di sepanjang Sungai Brantas. Seharusnya, air hujan diserap tanah melalui sumur resapan, sedangkan sebagian mengalir ke sungai.

Padahal, katanya, Pemerintah Kota Malang, sudah membangun saluran drainase berteknologi tinggi untuk mengatasi banjir.

Selain itu, banjir karena ruang terbuka hijau di Kota Malang, susut, dan penataan taman di kota, sebatas kosmetik.

Selama 10 tahun terakhir, Pemerintah Kota Malang dianggap sebagai “penjarah ekologi.” Kebijakan justru bertentangan dengan prinsip lingkungan seperti alih fungsi sejumlah ruang terbuka hijau (RTH). “Taman Kunir diubah menjadi kantor kelurahan,” katanya.

Juga Kantor Samsat dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, di sudut Alun-alun. Sebelumnya, perumahan mewah dibangun di hutan kota bekas Kampus Akademi Penyuluh Pertanian (APP), kawasan Stadion Gajayana diubah jadi pusat perbelanjaan dan hotel serta bekas Sekolah Peternakan (SNAKMA) jadi pusat perbelajaan dan taman hiburan.

Pemerintah Kota Malang, katanya, punya tagline Malang Ijo Royo-royo tetapi mendorong perubahan ruang terbuka hijau (RTH) jadi kawasan terbangun.

Walhi khawatir, kalau persoalan ini jadi preseden buruk perubahan alih fungsi lahan. Untuk itu,mendesak, Wali Kota Malang memperhatikan kondisi tata ruang agar tak terjadi persoalan sama. “Malang jadi kota genangan, bukan kota kenangan,” kata Purnawan.

Untuk mencegah banjir, Walhi menuntut Pemerintah Kota Malang menyetop alih fungsi taman, hutan kota dan RTH. Juga mendorong pemerintah dan swasta alokasikan lahan jadi hutan kota atau RTH yang diserahkan kepada publik.

Selain itu, katanya, perlu juga terobosan seperti keberanian membongkar SPBU jadi kawasan hijau, baik taman atau RTH.

 

Alun-alun Kota Malang menjadi ruang terbuka hijau yang tetap bertahan sampai saat ini. Eko Widianto/Mongabay Indonesia

 

 

Sumur injeksi

Muhammad Bisri, pakar pengairan Universitas Brawijaya Malang, membangun sumur injeksi di sekeliling kampus. Dia menghitung, seharusnya di Malang, dibangun ribuan sumur injeksi buat mengendalikan banjir. Sebagai dataran tinggi, aneh kalau Malang banjir. “Banjir di Malang terjadi karena masalah drainase,” katanya.

Air hujan tak bisa terserap langsung ke tanah, ruang terbuka hijau berkurang berganti bangunan jadi air mengalir tak terarah. Selokan dan drainase tak bisa menampung seluruh air hujan hingga banjir di titik-titik tertentu.

Dia bilang, sumur injeksi juga berfungsi menampung air tanah. Konstruksi sumur resapan berbeda dengan sumur injeksi. Kalau sumur resapan berdiameter satu meter kedalaman sekitar 5-6 meter. Kalau sumur injeksi, minimal kedalaman 20-25 meter berdiameter sekitar enam meter. Lapisan bawah ditata dengan batu dan kerikil.

Saat ini, baru dibangun 30 sumur injeksi di Kota Malang. Salah satu berada di sekitar Masjid Jami’ Alun-alun Kota Malang. Konstruksi sumur injeksi memerlukan dana lumayan, sekitar Rp 400 juta.

Menurut Bisri, pengambilan air tanah dengan sistem sumur artesis di Kota Malang, makin menjamur. Air tanah terus terkuras. Kalau dibiarkan tanpa diimbangi konservasi, akan menyebabkan penurunan muka tanah (land subsidence).”Perlu konservasi air, salah satu dengan sumur injeksi,” katanya.

 

Keterangan foto utama:    Banjir di Kota Malang, Desember lalu. Foto: dari Facebook Komunitas Asli Peduli Malang

 

 

Exit mobile version