Mongabay.co.id

BKSDA Tegaskan Cagar Alam Pulau Sempu Bukan Tempat Wisata

Puluhan tenda berderet di dekat Segara Anakan di Pulau Sempu. Foto: BBKSDA Jawa Timur

 

 

Masih banyak yang berwisata ke Cagar Alam Pulau Sempu, walau terlarang. Parahnya, Pemerintah Kabupaten Malang dan agen wisata masih saja mempromosikan Pulau Sembu, sebagai salah satu obyek wisata. BBKSDA Jatim, berang, dan berkirim surat ke berbagai pihak, menegaskan, kalau Pulau Sempu, bukan tempat wisata.

 

 

Usai libur Natal dan tahun baru, bertebaran foto berwisata di Pulau Sempu, Jawa Timur, di media sosial. Sejumlah orang pakai latar Segara Anakan di Pulau Sempu, lengkap dengan tenda di pesisir segara.

Bahkan, sebagian kenakan pakaian renang berenang dan mandi di Segara Anakan. Mereka juga berswafoto sembari memuji keindahan alam di pulau yang berada di pesisir selatan Kabupaten Malang ini.

Warga Pakisaji, Kabupaten Malang Anna Khoiriyah Pakisaji, datang bersama keluarga. Mengendarai sepeda motor menempuh perjalanan sekitar 40 kilometer. Akhir Desember 2018, Anna bersama delapan orang lain, melapor ke sebuah pos.

“Petugas berseragam hijau, membayar Rp5.000 per orang. Tujuan berwisata. Masuk harus laporan, dilihat KTP lengkap. kalau menyeberang tak usah izin,” kata Anna.

Lantas, petugas menghubungi pemandu menunju pulau yang berstatus cagar alam ini. Untuk menggunakan jasa pemandu harus merogok kocek Rp150.000. Selain itu, juga menyewa perahu menyeberang dari Pantai Sendangbiru, Desa Tambak Rejo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang Rp350.000. Ongkos ini untuk pulang pergi.

Anna masuk ke Pulau Sempu, kali ketiga, sebelumnya bebas tak ada pemandu. Dia bisa keluar masuk Sempu sesuka hati, asal ada perahu yang menyediakan jasa penyeberangan. “Sekarang harus memakai guide. Katanya ada pengunjung yang pernah diserang macan,” kata Anna.

 

Petugas BBKSDA Jawa Timur dan Profauna meminta wisatawan meninggalkan Pulau Sempu. Foto : dokumentasi Profauna

 

Berangkat sekitar pukul 14.00, Anna dan rombongan tiba di Sempu sekitar pukul 18.00. Dia berjalan selama tiga jam sampai di Segara Anakan. Sempat terdengar auman seperti macan tutul. Sesampai di sana mereka mendirikan tenda.

“Dibantu guide saat mendirikan tenda. Ada beberapa wisatan,” katanya. Pantai bersih dan indah menjadi tujuan Anna yang mengaku menyukai petualangan dan berwisata alam ini. Dia sempat beberapa kali mendaki sejumlah gunung di Jawa.

Jumlah pengunjung, katanya, dibatasi. Tak boleh banyak orang di Pulau Sempu. Pengunjung bisa menginap di pulau selama sepekan. Semua sampah harus dibawa pulang, dilarang membuang di lokasi.

“Ya, di sana bermain air, dan menikmati pemandangan alam,” katanya.
Dia bersama rombongan selama dua hari, saat kembali koloni monyet ekor panjang merebut makanan di dalam tas. Anna tak tahu kalau Sempu cagar alam. Dia pikir, Sempu, sama dengan pantai lain untuk berwisata.

 

Pulau Sempu, yang masuk promosi obyek wisata Pemerintah Kabupaten Malang. Foto: Malangkap.go.id

 

Pemkab dan agen wisata ‘jual’ Sempu, BKSDA kirim surat

Laman situs Pemerintah Kabupaten Malang juga mengunggah obyek wisata salah satu Pantai Sendangbiru dan Pulau Sempu. Informasi promosi wisata terlihat dalam laman ini.. Informasi itu diunggah Rabu, (13/12/17).

Beragam poster dan baliho dengan foto Pulau Sempu juga menghias Bandara Juanda II, Surabaya. Termasuk foto laguna di Sempu, berjajar dengan sejumlah obyek wisata lain di Jawa Timur. Poster terpasang sejak Juli 2018.

Menanggapi poster ini, Nandang Prihadi, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur melayangkan surat ke Direktur Angkasa Pura Bandara Juanda Surabaya, 3 Oktober 2018.

Isinya, meminta Direktur Angkasa Pura mencopot poster yang menempel dinding di Bandara Juanda II Surabaya.

“Publikasi tanpa izin BBKSDA Jatim selaku pengelola Cagar Alam Pulau Sempu,” tulis Danang. Publikasi itu mengindikasikan Pulau Sempu sebagai destinasi wisata yang tak sesuai tujuan cagar alam. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 28/2011, cagar alam untuk penelitian, pendidikan, konservasi alam, penyerapan karbon dan pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

Untuk mencegah masyarakat masuk ke Pulau Sempu, berwisata, Nandang kembali berkirim surat kepada Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Malang, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim dan Kabupaten Malang. Surat keluar 14 Desember 2018 menegaskan kalau Sempu bukan tempat wisata.

“Surat itu penegas, tak boleh berwisata di Pulau Sempu,” katanya saat dihubungi Mongabay. Dia khawatir, kalau pergantian tahun wisatawan melonjak dan jadi momentum masuk ke Sempu. Dia meminta, agensi perjalanan wisata tak menjual atau mempromosikan Sempu sebagai tempat wisata.

“Sampai saat ini belum ada laporan yang masuk ke sana,” kata Danang.

Dia mengamati, masih banyak agensi perjalanan wisata mempromosikan dan menjual paket wisata ke Sempu. Informasi dan promosi itu disebar melalui media sosial, internet dan papan reklame di sejumlah titik.

 

Perahu nelayan bersandar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap membelakangi Pulau Sempu. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Cegah wisatawan ke Sempu

Petugas BBKSDA Jatim menghalau wisatawan yang mau masuk ke Sempu dan minta mencari alternatif wisata alam di sekitar Sempu. Tujuannya, agar Sempu tetap terjaga tak rusak. Petugas juga dikerahkan berpatroli di Sempu.

Lembaga Protection of Forest & Fauna (Profauna) turut berpatroli bersama petugas BBKSDA Jatim. Patroli bersama mencegah orang tak berkepentingan selain konservasi, penelitian dan pendidikan masuk Cagar Alam Sempu.

“Aktivitas wisata masih terjadi, tak berhenti total,” kata Rosek Nursahid, Ketua Profauna. Para wisatawan, katanya, masuk tak melalui Pantai Sendangbiru, tetapi dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dadap yang tak terpantau petugas. Selama patroli, katanya, masih menemukan wisatawan di Pantai Waru-watu, pintu masuk menuju Pulau Sempu.

Rosek menyesalkan, masih banyak oknum pejabat kukuh masuk Sempu. Patroli menemukan rombongan pejabat masuk berwisata, bukan penelitian. Selain itu, juga menemukan sejumlah travel menjual paket wisata ke Sempu. Wisatawan di Pulau Sempu, katanya, diminta langsung meninggalkan lokasi.

Saat patroli, petugas berjumpa langsung dengan macan tutul (Panthera pardus). Ada juga jejak dan bekas cakar di pohon tetapi belum terdata berapa jumlah di Sempu. “Akan dipasang camera trap (kamera pengintai-red),” kata Rosek.

 

Tumpukan sampah yang ditinggalkan para wisatawan yang masuk Pulau Sempu. Foto: dokumentasi Profauna

 

Pulau Sempu, unik memiliki beberapa tipe ekosistem, mulai hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan hujan tropis dataran rendah. Berbagai vegetasi ditemukan, antara lain bendo (Artocarpus elasticus), triwulan (Terminalia), wadang (Pterocarpus javanicus), dan Buchanania arborescens. Sementara vegetasi hutan pantai didominasi Baringtonia raceunosa, nyamplung (Calophylum inophylum), ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus tiliaceus) dan pandan (Pandanus tectorius).

Selain itu, ada empat jenis vegetasi mangrove dapat dijumpai, yakni Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata, api-api (Avicennia sp.) dan tancang (Bruguiera sp). Kawasan hutan menjadi habitat sejumlah satwa langka dan dilindungi, seperti elang Jawa (Nisaetus bartelsi), lutung Jawa (Tracypithecus auratus), dan macan tutul Jawa (Panthera pardus melas).

Ada juga satwa lain seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus sp), kijang (Muntiacus muntjak), dan kancil (Tragulus javanicu). Pulau Sempu jadi cagar alam sejak 1928, khusus buat penelitian, pengembangan pengetahuan dan pendidikan konservasi. Ia terlarang untuk pariwisata, yang bisa mengancam kelestarian keragaman hayati. Berwisata kawasan cagar alam merupakan pelanggaran yang bisa dipidanakan.

Lembaga konservasi Sahabat Alam Indonesia mendampingi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat pesisir agar nelayan tak tergoda menyediakan jasa perahu dan pemandu menuju Pulau Sempu.

Pemberdayaan nelayan, katanya, antara lain memasang rumpon. Sebanyak tiga rumpon terpasang untuk para nelayan. “Hingga sekali memancing 100 kilogram sampai dua ton cakalang, dan tuna,” kata Ketua Sahabat Alam Indonesia Andik Syaifudin.

Pendapatan nelayan lebih besar dengan menangkap ikan dibanding menyediakan jasa untuk wisatawan. Selain itu, juga meningkatkan paket wisata kuliner hasil laut, wisata memancing, menyelam, dan berselancar.

“Termasuk atraksi lumba-lumba dan paus bisa dilihat sepanjang tahun,” katanya. Jadi banyak alternatif wisata bisa mengalihkan wisatawan agar tak masuk ke Cagar Alam Pulau Sempu.

 

Keterangan foto utama:   Puluhan tenda berderet di dekat Segara Anakan di Pulau Sempu. Foto: BBKSDA Jawa Timur

Petugas BBKSDA Jawa Timur dan Profauna berpatroli di Pulau Sempu. Foto: dokumentasi Profauna

 

Exit mobile version