Mongabay.co.id

Dagang Satwa Dilindungi di Facebook, Lelaki Deli Serdang Ini Dibekuk

 

Unit 3 Subdirektorat IV Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Selasa (08/1/2019) pukul 20.30 WIB, menangkap seorang pedagang satwa liar dilindungi. Arbain alias Bain, dibekuk di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Dari tangan pelaku, diamankan barang bukti tiga anak   elang brontok (Nisaetus cirrhatus), tiga anak kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), dan tiga anakan lutung budeng (Trachypithecus auratus).

“Ketiga jenis satwa tersebut dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM. 1/8/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi,” jelas Direktur Kriminal Khusus Polda Sumatera Utara, Kombes Pol. Rony Santana, di Mapolda Sumatera Utara.

Rony menjelaskan, kasus terungkap ketika tim cyber menemukan akun Facebook bernama Keyla Safittrie yang memperdagangkan satwa dilindungi. Tim dibentuk dan melakukan pengusutan dengan cara menyamar sebagai pembeli hingga tercapai kesepakatan transaksi. “Dari jual beli awal, kami mengamankan tiga lutung emas dari pelaku yang ternyata menggunakan nama palsu. Akhirnya, semua barang bukti didapatkan di rumahnya.”

Baca: Waspada, Ada Penyakit Zoonosis di Sekitar Kita

 

Anakan kucing kuwuk yang diamankan dari pelaku. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Rony menyatakan, pelaku dalam menjalankan aksinya tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional. Tetapi, memanfaatkan transportasi online dengan sistem cash on delivery (COD). Barang dikirim, diterima pemesan, dan uang diserahkan. Berdasarkan pemeriksaan, satwa-satwa yang diperdagangkan dibeli dari masyarakat pesisir pantai Hamparan Perak.

“Kami masih mendalami kasus ini. Pemeriksaan terus dilanjutkan termaksud apakah ada jaringan lain yang terlibat. Pelaku mengaku pemain tunggal, tapi kami tidak yakin karena pembelinya dari luar provinsi dan sudah puluhan yang dilego,” jelasnya.

Baca juga: Zoonosis Bukan Hanya Diwaspadai Tapi Juga Diantisipasi

 

Anakan lutung budeng yang dijual pelaku. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Hotmauli Sianturi menyatakan, pihaknya mengapresiasi pengungkapan kasus ini. Pihaknya telah melakukan operasi di hutan, jalur darat, serta udara dan laut untuk mencegah perburuan dan perdagangan satwa liar dilindungi. Ternyata, kini perdagangan satwa dilakukan dalam dunia maya. Menurut dia, selanjutnya bayi-bayi satwa tersebut dititipkan di Pusat Penyalamatan Satwa (PPS) Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Ada tiga dokter hewan yang akan mengawasi dan memeriksa kesehatannya.

“Harapanya, seluruh satwa itu nantinya bisa dilepasliarkan ke alam yang merupakan habitat aslinya. Saat ini, fokus utamanya adalah menyelamatkan dahulu,” jelasnya.

 

Hidup satwa liar di hutan, bukan untuk diperdagangkan. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

 

Tim medis pengganti induk

Tengku Jeni Adawiyah, Medis Veterina The Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU), Sabtu (12/1/19) mengatakan, tim medis perlu memberi perhatian khusus terhadap bayi-bayi satwa sitaan tersebut. Terutama menghindari terjadinya dehidrasi. Selain itu, tim medis harus bisa berperan sebagai induk satwa tersebut karena induk aslinya tidak ada lagi.

“Fungsi imunitas harus diperhatikan serius,” jelasnya.

 

Pelaku Arbain yang ditangkap aparat karena memperdagangkan satwa liar dilindungi. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Jeni menjelaskan, untuk burung, yang menyebabkan kematian salah satunya adalah virus, lalu parasit, bisa saja cacing. Memberikan kehangatan yang cukup, makanan yang sesuai seperti daging dapat meningkatkan kesehatannya. “Untuk lutung, yang harus diantisipasi adalah penyakit zonosis. Wajib menggunakan sarung tangan dan masker, agar tidak tertular virus.”

 

 

Sementara kucing kuwuk, adalah jenis kucing-kucingan yang kemungkinan terjangkit adalah penyakit diare, flu, atau panleko kimia (muntah mencret). Ada juga chlamidia yaitu virus dengan gejala mata berair, gusi dan mulut melepuh. Ini yang harus diperhatikan agar satwa sehat dan hidup.

“Pada intinya, perlu ada perlakuan khusus terhadap bayi-bayi satwa liar dilindungi tersebut. Tim medis adalah pengganti ibu mereka, memberi semangat untuk bertahan hidup dan tumbuh besar,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version