Mongabay.co.id

Menggugah Perubahan Perilaku dengan Serial Pulau Plastik

 

Robi Navicula memandu serial Pulau Plastik, sebuah dokumenter pendek yang direncanakan 8 episode. Tim produksi merilis episode pertama pada Jumat (30/1/2019) petang di Potato Head, sebuah resor tepi pantai yang mengampanyekan zero waste di kawasan Seminyak, Kuta, Bali.

Dalam episode pertama ini, Gede Robi Supriyanto, juru bicara dan vokalis band rock Navicula ini menjadi figur dominan dalam alur film serial ini. Ia memandu sejak awal sampai akhir, merangkai satu babak ke babak lain. Hendak membuktikan dampak sampah plastik bagi hewan laut, manusia, petani, dan sawah.

Mulai dari perjalanan aktivismenya di konser untuk pejuang Kendeng yang terus bergerak mempertahankan sumber air dari pembangunan pabrik semen di Jawa Tengah. Lalu berlanjut ke Semarang menemui sosok peneliti ahli teknologi pangan Inneke Hantoro dari Universitas Katolik Soegijapranata.

Dari sebuah meja makan warung tenda seafood, pembuktian Robi berlanjut ke tambak mencari sampel ikan bandeng dan kerang hijau. Ia melihat cara pengujian sampel, sampai melihat bentuk mikroplastik dari mikroskop.

Perjalanan di Jawa Tengah ini menjadi pembuka film Pulau Plastik episode pertama dengan durasi 20-an menit ini. Meneguhkan Robi sebagai aktivis lingkungan dan sosial yang akan secara serius mengajak warga peduli dengan perubahan perilaku menangani sampah.

baca :  Bali Pulau Surga atau Surga Sampah?

 

Robi Navicula pemandu film Pulau Plastik dan peneliti mikroplastik saat syuting di Semarang. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Hal ini dimulai dari rumahnya sendiri di Ubud. Di sebuah rumah dominan kayu ini, Robi memperlihatkan isi tong sampahnya. Ia memilah organik dan anorganik.

Dari rumah, film ini beralih ke sebuah kelompok warga yang diajak melihat isi tong sampah. Kebanyakan sampah organik. Di Bali, sejumlah laporan menyebut sampah organik mendominasi sekitar 70% dibanding anorganik. Ini masuk akal karena umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen tiap hari, biasanya terdiri dari daun, janur, dan bunga. Belum termasuk jika ada upacara agama, jumlah sesajen jauh lebih banyak.

Sementara sampah anorganik paling banyak kemasan makanan dan bungkus plastik belanjaan warung atau pasar. Karena masih didominasi sampah organik, komposting atau pembuatan kompos dari sampah disarankan, dibanding membuangnya ke TPA. Terlebih jika TPA punya insenerator untuk membakar sampah, akan tidak efektif.

Robi juga mengunjungi sekelompok petani yang sedang membersihkan saluran airnya dari gundukan sampah. Terbawa ke hilir dari hulu. Para petani terlihat kecewa dan minta perhatian pemerintah untuk masalah baru pertanian. “Mungkin dari rumah anda. Beres di rumah tapi tidak buat petani,” gugahnya.

Lalu apa solusinya? Selain pemilahan sampah, film ini memperkenalkan salah satu inisiatif pengangkutan sampah mobile bernama Simalu. Dibuat Putu Aga Darma, ia mengoperasikan kendaraan untuk mengangkut sampah jika dihubungi pengguna aplikasi ini.

baca juga :  Break Free From Plastic: Paksa Perusahaan Ubah Produksi Sampah

 

Salah satu syuting serial episode perdana. Foto: arsip Pulau Plastik/Mongabay Indonesia

 

Kesegaran film ini muncul saat tim Pulau Plastik berburu warga yang belanja membawa tas sendiri di supermarket Tiara Dewata, salah satu swalayan tertua di Bali. Tak mudah mencari pembeli seperti ini. Ketika berhasil, muncul sorak sorai suporter dari tim produksi yang bersiap di Tiara. Seorang perempuan muda mendapat hadiah sepeda. Ini yang memancing tawa penonton.

Namun scene ini dilakukan sebelum Dua pejabat di Bali, Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan Gubernur Bali Wayan Koster mengeluarkan regulasi pelarangan sampah plastik yang dimulai Januari 2019.

Regulasi tersebut adalah Peraturan Walikota Denpasar No.36/2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik dan Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Isi Peraturan Gubernur (Pergub) lebih panjang dan cukup ambisius. Pergub Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai ini bertujuan pengurangan limbah plastik sekali pakai dan mencegah kerusakan lingkungan.

Plastik Sekali Pakai (PSP) adalah segala bentuk alat/bahan yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, lateks sintetis atau polyethylene, thermoplastic synthetic polymeric dan diperuntukkan untuk penggunaan sekali pakai.

Namun hanya tiga jenis PSP yang dilarang dalam Pergub ini yakni kantong plastik, polysterina (styrofoam), dan sedotan plastik. Aturan ini mewajibkan setiap orang dan lembaga baik pemasok, distributor, produsen, penjual menyediakan pengganti atau substitusi PSP. Juga melarang peredaran, distribusi, dan penyediaan PSP baik oleh masyarakat, pelaku usaha, desa adat, dan lainnya.

Gede Robi yang coba belanja di supermarket mengaku tak mudah menghindari plastik atau wadah sekali pakai. Hampir semua produk pangan kini dibungkus plastik dengan alasan lebih mudah diambil dan lebih bersih. “Bisakah belanja tanpa plastik?” tanya Robi.

baca juga :  Bali Larang Plastik Sekali Pakai Mulai 2019

 

Pengenaan tas plastik berbayar bisa mengurangi-penggunaan plastik hingga 40 persen di pusat perbelanjaan Tiara Dewata, Denpasar, Bali. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

Manajer Operasional Tiara Dewata Novie Setyo Utomo menyebut sebelum Perwali Denpasar, pihaknya mengeluarkan sekitar 20 kilogram kantong kresek per hari, ini ekuivalen 9000 kresek. “Perwali membantu mengurangi konflik dengan pelanggan,” sebut pria ini. Sejak Perwali Tiara tak menyediakan kresek lagi.

Walikota Denpasar yang populer dengan nama Rai Mantra hadir saat peluncuran episode pertama serial ini. Ia menyebut target awal pengurangan kresek sekitar 40-50% di retail modern, dan pasar 30-40%. “Tak hanya menyangkut ekosistem lingkungan juga ekonomi,” ujarnya.

Robi di penutup episode pertama berharap ini jadi awal perubahan yang baik menuju Bali pulau bebas plastik. Serial ini diproduksi kerjasama Kopernik, Akarumput, dan ASA Film.

Kopernik adalah lembaga bisnis sosial di Ubud, salah satunya mengampanyekan teknologi yang diklaim lebih ramah lingkungan. Pendukung lain adalah Suzy Hutomo, CEO The Body Shop Indonesia.

Salah satu strategi penggugah kampanye pengurangan plastik adalah cemaran mikroplastik di laut. Makin banyak yang meneliti kandungan mikroplastik pada ikan di laut, sungai, dan tambak.

Salah satunya Dhaniswara Masanti, Yoanita (2017) dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata. Dalam web kampus ini, sebuah penelitian berjudul Identifikasi Mikroplastik Pada Ikan Belanak (Mugil Cephalus) di Tambak Ngebruk, Semarang menyebutkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel ikan belanak, air serta sedimen terbukti mengandung mikroplastik dan ditemukan 4 jenis tipe mikroplastik yaitu fiber, fragmen, film, dan monofilament. Tipe mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel ikan belanak serta air adalah tipe fiber dengan beberapa warna seperti merah, hitam dan bening.

baca :  Air Laut Indonesia Sudah Terpapar Mikroplastik dengan Jumlah Tinggi, Seperti Apa?

 

Melindungi kehidupan ikan purba Coelacanth adalah tugas kita bersama, termasuk membebaskan laut dari sampah plastik. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Pengambilan sampel dilakukan dua kali pada bulan yang berbeda, jumlah sampel ikan yang diambil adalah 30 ekor, sedangkan untuk air dan sedimen diambil 5 sampel pada tiap bulannya. Degradasi plastik menjadi partikel yang lebih kecil atau yang dikenal dengan mikroplastik menjadi masalah terkait keamanan pangan karena dapat masuk ke dalam jaringan makanan serta berpotensi mentransfer senyawa toksik contohnya POPs (persistent organic pollutant).

Mikroplastik adalah partikel plastik mikroskopis yang lebih kecil dari 5 milimeter. Mikroplastik juga masuk ke laut melalui selokan, misalnya dengan mencuci pakaian sintetis dan sisa-sisa kosmetik.

“Permasalahan di Indonesia banyak solusinya, salah satunya semua permasalahan bisa teratasi apalagi kita melakukannya bersama,” tambah Robi bersama bandnya Navicula dalam peluncuran film ini.

 

Exit mobile version