Mongabay.co.id

Paus Membusuk di Pantai Wisata Bokori

Bangkai paus. BPSPL Kendari belum bisa mengindentifikasi jenis dan ukuran paus karena sudah rusak parah. BPSPL pun mengambil beberapa sampel tubuh paus untuk identifikasi di laboratorium guna mendapatkan informasi lebih lanjut. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

Penjaga tempat wisata Pulau Bokori, Desa Bajo, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, menemukan bangkai paus terdampar di pesisir pantai, Kamis (28/2/19) sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Kondisinya, sudah membusuk dan sulit teridentifikasi.

Tandi, penjaga pantai mengatakan, bangkai paus ditemukan malam hari, baru keesokan hari lapor ke pemerintah desa. Dia bilang, lokasi persis di Pulau B, Pulau Bokori. Warga di sini menyebutnya, lokasi pemecah ombak.

Kala saya mendatangi Pulau Bokori, Jumat sore, Tandi dan beberapa penjaga pulau sedang mengemudi speedboad. Di belakang mereka terikat tali memanjang ke jaring berisi bangkai paus. Mereka menarik bangkai menuju laut dalam mau ditenggelamkan.

Tandi memperkirakan, panjang mamalia raksasa ini sekitar 12 meter. Namun, dia tak tahu pasti karena bukan ahli paus. “Kira-kira begitu pak,” katanya.

Pulau Bokori, katanya, memang perlintasan mamalia laut seperti paus. Setiap sore hari, mereka sering melihat paus melintas. Bahkan pada, 28 Januari 2019, paus sperma sempat terdampar di pulau ini.

“Kami evakuasi, selamat. Panjang kira-kira 15 meter itu waktu. Kemarin baru lagi kita dapat kalau ada paus terdampar,” katanya.

Mendengar kabar ada paus terdampar di Pulau Bokori, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, wilayah satuan kerja (Satker) Kendari, langsung menuju lokasi.

Jufri, Kepala BPSPL Kendari via telepon mengatakan, belum tahu jenis paus terdampar itu. Pasalnya, berdasarkan panduan penanganan mamalia laut, kondisi paus terdampar sudah kode 4 atau pembusukan tingkat lanjut.

“Bangkai sangat membusuk, kulit mengelupas, dan sangat berbau. Kami hanya mengambil bagian tubuh berupa rahang, untuk diteliti di laboratorium.”

 

Bangkai paus ditemukan terdampar di pantai Pasir Bokori. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

Mereka juga belum bisa pastikan ukuran karena sudah rusak, kepala dan ekor saja hampir menyatu.

Jufri menduga, paus terdampar ini sama dengan yang ditemukan di Perairan Morowali, sekitar dua minggu lalu. Kala itu, di Morowali, ada paus mati terapung di tengah laut.

“Ada kami bawa ke laboratorium untuk diteliti. Kami menduga, ini bangkai paus yang Morowali, di sana ada bangkai tak dievakuasi. Hingga terbawa ombak sampai ke sini.”

Hingga kini, BPSPL masih terus mendalami penyebab paus terdampar dan mati membusuk di Pulau Bokori. Instansi ini, katanya, belum bisa memastikan penyebab hewan mamalia itu terdampar. Meskipun begitu, katanya, langkah penanganan sudah mereka jalankan termasuk mengevakuasi bangkai paus.

“Kita belum tahu, apakah terhantam kapal, atau terperangkap dan kemungkinan-kemungkinan lain. Itu kami belum bisa pastikan,” kata Jufri.

Saya juga menghubungi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kendari, menanyakan bagaimana kondisi laut Sultra terutama Perairan Konawe Selatan dan Konawe.

Hal ini, katanya, guna mengetahui kondisi cuaca dan ombak yang mungkin bisa memicu paus terdampar.

Ado Sitoyono, prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, menjelaskan, kondisi perairan Sultra saat ini landai, tak ada cuaca buruk yang mengakibatkan gelombang tinggi. Dengan begitu, katanya, gelombang bukan penyebab paus mati dan terdampar.

“Tetapi kalau paus mati sebelum sampai Pulau Bokori, mungkin saja bisa. Kemudian terbawa arus sampai ke Bokori, ini bisa terjadi,” katanya.

 

Keterangan foto utama:    Bangkai paus. BPSPL Kendari belum bisa mengindentifikasi jenis dan ukuran paus karena sudah rusak parah. BPSPL pun mengambil beberapa sampel tubuh paus untuk identifikasi di laboratorium guna mendapatkan informasi lebih lanjut. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

Paus mati terdampar di Pulau Bokori, ini belum dapat teridentifikasi karena sudah rusak parah. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Exit mobile version