Mongabay.co.id

Tiongkok Berencana Luncurkan Bulan Tiruan Ke Angkasa. Apa Dampaknya bagi lingkungan?

 

Tiongkok memang dikenal mahir membuat apapun, termasuk menduplikasi sesuatu. Namun kali ini, negeri tersebut tak meniru produk buatan negara lain. Tak tanggung-tanggung, Tiongkok akan meluncurkan bulan tiruan ke angkasa mulai 2020 mendatang.

Di masa mendatang, langit malam yang memayungi negara tersebut bisa jadi lebih terang dibanding malam di belahan bumi manapun.  Ide fantastis ini dicetuskan agar pada malam hari suasana jalan jadi lebih terang, dan juga menghemat biaya listrik untuk penerangan di malam hari.

Para ilmuwan Tiongkok berencana menempatkan bulan artifisial di atas kota Chengdu yang terletak di provinsi Sichuan. Seperti dilansir Astronomy.com, permukaan benda angkasa raksasa ini nantikan akan merefleksikan cahaya matahari ke bumi.

baca : Ini Kabar Terakhir Benih Tanaman yang Ditanam Badan Antariksa China di Permukaan Bulan

 

Gerhana Bulan Penumbra yang dipantau dari Banda Aceh, Jumat [5 Mei 2023] malam. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut BBC, bulan buatan made in China ini akan ditempatkan pada ketinggian 500 km di atas permukaan Bumi,  di suatu area di luar angkasa bernama Low Earth Orbit (LEO). Di area tersebut juga telah nangkring mahakarya umat manusia yang lain, yakni  International Space Station atau ISS yang diluncurkan pada tahun 1998. Sebagai informasi, jarak antara bulan asli dengan bumi sekitar 380 ribu kilometer.

Rencananya, bulan tiruan tersebut  akan mirip cermin yang memantulkan cahaya matahari pada area seluas 50 km persegi atau area dengan diameter antara 10-80 km, atau kira-kira seluas 2 kali kota Yogyakarta.  Meski begitu, bulan tiruan ini akan memiliki intensitas cahaya yang delapan kali lebih terang dibandingkan cahaya pantulan dari Bulan asli.

Wu Chunfeng, Kepala Tian Fu New Area Science Society mengatakan  “Tingkat cahayanya dalam pandangan manusia sekitar seperlima dari lampu penerangan jalan,” jelas Wu seperti dilansir Time.com.

Wu juga telah mengkalkulasi bahwa  bulan tiruan ini  dapat menghemat anggaran listrik kota Chengdu sekitar 1,2 miliar yuan ($174 juta) atau sekitar Rp.2,5 triliun. Bulan buatan juga diharapkan juga bisa menerangi tim penolong apabila terjadi mati listrik atau bencana alam. Jika proyek ini berjalan sukses, Cina akan mengirim lagi tambahan bulan buatan ke langit sebanyak tiga buah pada 2022.

Selain manfaatnya, tentu ada juga dampak negatifnya. Direktur di Institut Teknologi Harbin, Kang Weimin mengatakan bahwa bulan palsu akan mirip dengan cahaya seperti senja dan seharusnya tidak mempengaruhi rutinitas hewan.

baca juga :  Fenomena Tiga Supermoon Ternyata Berpengaruh Kepada Aktivitas Satwa Laut. Seperti Apa?

 

Supermoon yang berlamngsung 14 November 2016. Foto: Kris Smith/Nasa.gov

 

Meski begitu, lebih banyak ilmuwan, terutama di luar Tiongkok yang menyebut proyek ambisius ini jika benar terjadi, akan berbahaya. Hal tersebut lantaran pancaran gelombang mikro atau laser yang ditembakkan panel surya itu akan setara dengan cahaya Matahari di siang hari sehingga bisa mengganggu ekosistem.

Menurut John Barentine dari International Dark-Sky Association yang dikutip Forbes, bulan tiruan ini akan berdampak pada peningkatan cahaya secara signifikan di kota yang sudah mengalami polusi cahaya.

“Bulan tiruan ini akan menimbulkan masalah bagi penduduk Chengdu yang kemudian tidak bisa mematikan cahaya yang tidak mereka inginkan, sekaligus masalah bagi  populasi hewan dan tumbuhan di daerah terpapar cahaya” tambahnya. Banyak satwa yang mungkin instingnya akan mengatakan bahwa jika suasana begitu terang, maka itu adalah siang hari.

Para ahli lain menyatakan bahwa bulan tiruan ini, jika benar beroperasi, akan mengganggu sektor lain seperti dunia penerbangan, dan transportasi lain.

baca juga :  Indahnya Super Snow Moon, Purnama Paling Besar dan Terang

 

Supermoon yang terjadi pada 1 Januari 2018. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version